Akibat Pandemi, 70 Acara Pariwisata di Palembang Batal Digelar
Akibat pandemi Covid-19, dari 101 ajang pariwisata di Palembang, sekitar 70 kegiatan batal digelar. Hal ini berdampak pada tidak tercapainya target jumlah wisatawan di Palembang.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Akibat pandemi Covid-19, dari 101 gelaran pariwisata di Palembang, sekitar 70 acara batal digelar. Hal ini berdampak pada tidak tercapainya target jumlah wisatawan. Tingkat okupansi hotel hingga kini belum normal, yakni baru mencapai 50 persen. Namun, kuartal IV-2020 menjadi asa baru untuk mendorong geliat pariwisata di Palembang.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang Isnaini Madani, Minggu (15/11/2020), mengatakan, pada awal tahun 2020 setidaknya ada 101 agenda pariwisata yang ditargetkan dapat digelar di Palembang, baik oleh pemerintah maupun pihak swasta. Namun, akibat pandemi Covid-19, sekitar 70 agenda wisata di antaranya batal tergelar.
Pada periode April-Agustus, tidak ada kegiatan pariwisata di Palembang. ”Mulai September hingga kini, kami berupaya untuk menggeliatkan kembali pariwisata,” ucap Isnaini.
Hingga akhir tahun, ungkap Isnaini, sekitar 30 agenda pariwisata akan digelar. Agenda pariwisata inilah yang diharapkan dapat mendongkrak jumlah wisatawan yang tersendat pada bulan-bulan sebelumnya. Beberapa agenda di antaranya adalah Lomba Bidar Mini di Sungai Keramasan, Palembang, dan Lomba Puisi di Bukit Siguntang.
Lomba Bidar Mini merupakan acara rutin yang digelar setiap tahun. ”Sebenarnya acara ini digelar untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda pada Oktober 2020. Namun, akibat pandemi, kami undur penyelenggaraannya pada 15 November 2020,” ucap Isnaini.
Ada 59 tim yang ikut berpartisipasi dalam lomba ini. Penyelenggaraannya sendiri telah menerapkan protokol kesehatan yang ketat dengan pengawasan dari Gugus Tugas Covid-19 Kota Palembang.
Akibat banyaknya acara pariwisata yang batal digelar, ucap Isnaini, target kunjungan wisatawan ke Palembang juga sulit tercapai. Pada awal tahun, pihaknya menargetkan 2,2 juta wisatawan nusantara dan 12.500 wisatawan mancanegara. ”Fokus kami sekarang bukan lagi mencapai target, melainkan menggeliatkan kembali pariwisata,” ucapnya.
Saat ini, menurut Isnaini, sudah banyak wisatawan yang datang ke Palembang. Mereka berasal dari beberapa daerah di luar Palembang dan luar Sumsel, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Lampung, yang datang melalui jalur darat dengan memanfaatkan jalan tol yang sudah menyambungkan Palembang dengan Lampung.
Fokus kami sekarang bukan lagi mencapai target, melainkan menggeliatkan kembali pariwisata.
Sementara untuk wisatawan yang datang melalui jalur udara belum bisa optimal karena masih banyak rute lalu lintas penerbangan yang belum dibuka. ”Pihak maskapai memprediksi penerbangan akan normal pada 2022. Namun, fokus utama tahun ini adalah menggeliatkan dulu pariwisata yang sempat terpuruk,” ujar Isnaini.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumsel Herlan Aspiudin menerangkan, pada November 2020 rata-rata tingkat okupansi dari 168 hotel yang ada di Palembang sebesar 50-60 persen. Hanya, angka ini menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, di mana tingkat okupansi mencapai 70 persen.
Walau menurun dibandingkan dengan tahun lalu, lanjut Herlan, tingkat okupansi bulan ini jauh lebih baik ketimbang pada awal pandemi, yakni pernah anjlok hingga 20 persen. Bahkan, pada saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Palembang, Juli lalu, tingkat okupansi sempat menyentuh 5 persen.
Akibat pandemi ini, ujar Herlan, setidaknya delapan hotel di Palembang untuk sementara berhenti beroperasi. Itu karena tingkat okupansi di bawah 40 persen. ”Padahal, angka itu adalah batas minimal untuk mendanai operasionalisasi sebuah hotel. Jika di bawah okupansi tersebut, pemilik hotel akan nombok,” ucap Herlan.
Menjelang akhir tahun, tambah Herlan, sejumlah hotel di Palembang berencana menggelar acara. Pada momen itu diharapkan tingkat okupansi mencapai 70 persen. Namun, pihaknya masih berkoordinasi dengan Gugus Tugas Covid-19 Palembang untuk memastikan tidak ada penyebaran Covid-19 selama masa liburan berlangsung. Libur akhir tahun sendiri menjadi salah satu musim puncak di Palembang.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Sumatera Selatan Hari Widodo menyebut, dalam tiga kuartal terakhir, perkembangan ekonomi di Sumsel berangsur membaik walau masih dalam kondisi terkontraksi. Badan Pusat Statistik Sumsel mencatat, secara year to year, pertumbuhan ekonomi di Sumsel pada kuartal III terkontraksi 1,40 persen. Ini lebih baik dibandingkan dengan kuartal II di mana pertumbuhan ekonomi terkontraksi 1,53 persen.
Bahkan, jika dilihat perbandingan antara kuartal II-2020 dan kuartal III-2020, pertumbuhan ekonomi di Sumsel tumbuh positif 4,12 persen. Hari memprediksi, pada kuartal IV-2020, tren positif ini akan terus berlanjut lantaran adanya upaya dari pemerintah untuk menyerap belanja pemerintah dan menggunakannya untuk pembangunan infrastruktur. Selain itu, beberapa sektor usaha sudah kembali beroperasi dan perekonomian kembali menggeliat.
Hari berharap semua pihak berkomitmen agar penyebaran Covid-19 di Sumsel tidak meluas, dengan benar-benar disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. ”Jika kasus Covid-19 di Sumsel dapat ditekan, bahkan sampai mencapai angka nol kasus, tentu pergerakan ekonomi akan terus menguat,” ucapnya.
Dengan adanya jaminan keamanan dan penerapan protokol kesehatan yang ketat, masyarakat tidak ragu untuk melakukan beragam kegiatan, seperti rekreasi, jalan-jalan, dan menginap di hotel. ”Mereka tidak ragu untuk membelanjakan uangnya. Itu karena belanja rumah tangga juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah,” kata Hari.