Harbolnas Tetap Mendorong Muda-mudi Belanja Ketika Resesi
Kalangan muda tetap jeli memantau diskon dan tawaran menarik saat Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas). Situasi perekonomian yang sedang resesi tidak begitu berdampak pada hari belanja bermandi diskon tersebut.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gerakan Hari Belanja Online Nasional atau Harbolnas tetap mendorong sejumlah kalangan muda-mudi untuk berbelanja meski perekonomian dalam situasi resesi. Mereka tetap memantau tawaran diskon dan membeli barang sesuai kebutuhan pribadi.
Sejumlah warga yang berusia kurang dari 30 tahun merespons promosi Harbolnas sejak Rabu (11/11/2020) lantaran sejumlah platform mulai memberlakukan diskon pada pukul 00.00. Dillah Abdullah (24), warga Jakarta Utara, rela menunda tidur untuk menunggu rebutan diskon sejak Selasa (10/11/2020) malam demi mendapat barang kebutuhannya.
Perempuan itu berbelanja bedak, lipstik, dan sejumlah alat kecantikan lain dengan total harga Rp 162.000. Beragam diskon dari platform e-dagang Shopee membuatnya hemat ratusan ribu rupiah meski membeli hingga 14 barang belanjaan.
”Saya tadinya memang sudah targetkan untuk belanja alat kecantikan agar tidak lebih dari Rp 200.000. Setelah memasukkan beberapa produk, saya coba timbang-timbang lagi apakah butuh banget atau enggak. Akhirnya enggak bisa nahan, kalap beli semuanya. Untung masih sesuai budget saya,” tuturnya saat dihubungi, Rabu sore.
Pegawai swalayan ritel itu merasa masih mampu menyisihkan uang untuk belanja daring. Selama pandemi Covid-19, dia memang lebih sering berbelanja daring akibat jarang bepergian lagi. Anggaran belanja daring pun selalu diatur agar tidak berlebihan.
Tamara Selvira (23), warga Bandung, Jawa Barat, juga memanfaatkan diskon Harbolnas untuk membeli barang di kolom simpanan belanjaan. Lulusan Universitas Pendidikan Indonesia ini mempertimbangkan tawaran diskon dengan kebutuhan pribadi. Hal yang membuat dirinya belanja juga adalah bebas ongkos kirim yang berlaku pada sejumlah platform.
Hanna (25), warga Surakarta, Jawa Tengah, terdorong untuk belanja casing ponsel dan tali jam digital karena diskon yang sangat murah. Dari harga masing-masing produk yang berkisar puluhan ribu rupiah, total harganya kini menjadi Rp 10.000. Selain murah, pengiriman produk juga bebas biaya.
”Resesi begini enggak terlalu berpengaruh untuk keputusan belanja, sih. Saya sejak pandemi sudah irit dan cenderung memilih produk yang diskon. Karena momennya sedang diskon, masa dilewatkan?” ungkap perempuan pegawai swasta itu.
Seiring dengan kecenderungan warga belanja, Direktur Shopee Indonesia Handhika Jahja menyebut ada peningkatan transaksi pada satu jam pertama Harbolnas. Ada seorang pembeli yang bahkan menghabiskan hingga Rp 30 juta dalam sekali transaksi. ”Konsumen itu membeli ponsel, kamera, dan detergen pembersih,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima Kompas, Rabu sore.
Menurut Handhika, pembelian produk di Harbolnas sejauh ini didominasi oleh kebutuhan sehari-hari dan gaya hidup. Promo berlangsung hingga Rabu pukul 24.00.
Chief Customer Officer Lazada Indonesia Ferry Kusnowo juga menyatakan optimisme terhadap peningkatan transaksi selama Harbolnas. ”Banyak promo diskon dan gim yang kami berikan. Kami percaya festival belanja 11.11 ini akan sangat besar dibandingkan tahun sebelumnya,” ucap Ferry, seperti dilaporkan Kompas.com.
Menggenjot daya beli
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, Harbolnas menjadi penting untuk menggenjot daya beli masyarakat kalangan menengah dan atas di tengah situasi resesi. Harapannya, orang yang masih berdaya beli cukup kuat mungkin dapat terpicu untuk belanja sesuai kebutuhan.
Faisal memandang, semakin panjang program diskon terlaksana, akan semakin berdampak pada perekonomian, terutama menolong sektor perdagangan secara jangka panjang. ”Transaksi daring sebenarnya sudah menjadi pilihan sebagian orang selama pandemi. Saat Harbolnas ini, orang diharapkan makin terdorong untuk membeli dengan berbagai tawaran promo dan diskon,” tuturnya.
Faisal menilai, alangkah baik apabila kesempatan promo dan diskon Harbolnas turut mendorong pemberdayaan produk lokal. Dengan begitu, tidak hanya sektor perdagangan yang bergerak, tetapi juga diharapkan sektor industri, seperti manufaktur dan kerajinan lainnya, ikut tergerak.
”Selama ini, produk yang dijual di platform e-dagang kerap didominasi barang impor. Saya harap, promo dan diskon ini juga berdampak kepada industri dalam negeri, bahkan UMKM. Dengan begitu, dampak untuk pemulihan ekonomi bisa makin besar,” ujarnya.
Ekonom Institute for Development on Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, juga menilai keterlibatan sektor UMKM dalam pesta diskon itu masih terbatas. Sebab, baru sekitar 13 persen sektor UMKM di Indonesia beradaptasi dengan platform digital. Sebagian besar usaha, terutama yang mikro, masih bertahan dengan cara konvensional meski sedang pandemi.
”Perlu lebih banyak lagi pelibatan UMKM dalam platform e-dagang sehingga dampak kepada mereka serta ekonomi nasional lebih terasa. Apalagi, sejauh ini platform e-dagang masih didominasi barang impor,” jelas Bhima.