Konsumsi masyarakat merupakan tiket untuk keluar dari resesi. Agar mau berbelanja, masyarakat harus diyakinkan perihal rasa aman.
Oleh
Agnes Theodora
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pekerjaan rumah untuk memulihkan kondisi ekonomi di tengah pandemi Covid-19 masih menumpuk. Sebab, kendati perekonomian RI pada triwulan III-2020 lebih baik dibandingkan dengan triwulan II-2020, perbaikannya masih lebih lambat dibandingkan dengan negara-negara lain.
Pemerintah disarankan realistis dan menyusun strategi lebih baik di bidang ekonomi dan kesehatan.
Menurut data Badan Pusat Statistik, perekonomian RI terkontraksi 3,49 persen secara tahunan pada triwulan III-2020. Secara triwulanan, tumbuh 5,05 persen dibandingkan dengan triwulan II-2020. Pada triwulan II-2020, perekonomian Indonesia terkontraksi 5,32 persen.
Belanja pemerintah merupakan satu-satunya komponen sumber pertumbuhan triwulan III-2020 yang tumbuh positif. Adapun komponen lainnya terkontraksi. Belanja pemerintah berperan 9,69 persen dalam struktur produk domestik bruto (PDB) menurut pengeluaran triwulan III-2020.
Konsumsi rumah tangga yang porsinya paling besar dalam PDB triwulan III-2020, yakni 57,31 persen, terkontraksi 2,17 persen.
Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebenarnya lebih lambat daripada negara-negara mitra dagang.
Perekonomian Amerika Serikat yang pada triwulan II-2020 terkontraksi 9 persen, pada triwulan III-2020 terkontraksi 2,9 persen, Singapura dari minus 13,3 persen menjadi minus 7 persen, dan Hong Kong dari minus 9 persen menjadi minus 3,4 persen. Sementara China dari tumbuh 3,2 persen menjadi 4,9 persen dan Vietnam dari 0,4 persen menjadi 2,6 persen.
”Hal ini perlu jadi catatan agar lebih realistis dan optimal membenahi penanganan Covid-19, meningkatkan penyerapan anggaran pemulihan ekonomi dan belanja pemerintah, serta meningkatkan konsumsi masyarakat,” kata Tauhid dalam diskusi secara virtual di Jakarta, Minggu (8/11/2020).
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, realisasi dana perlindungan sosial per 2 November 2020 sebesar Rp 176,38 triliun atau 86,51 persen dari pagu Rp 203,9 triliun.
Namun, bantuan sosial (bansos) belum mampu mengerek konsumsi rumah tangga. ”Masyarakat belum mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan yang mendasar seperti makan dan minum. Padahal, pemerintah menggenjot penyaluran bansos selama beberapa bulan terakhir,” ujarnya.
Masyarakat belum mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan yang mendasar, seperti makan dan minum.
Menurut Ahmad, hal ini menunjukkan ada persoalan dalam penyaluran bansos. Oleh karena itu, sejumlah hal terkait bansos perlu dievaluasi, antara lain sasaran, proses pendataan, jenis, dan jumlah bantuan.
Peneliti Indef Eko Listiyanto mengungkapkan, pemerintah juga belum mampu menumbuhkan rasa aman dan optimisme masyarakat kelas menengah-atas untuk kembali berbelanja. Sebab, penanganan Covid-19 belum optimal.
Upaya mengatasi resesi merupakan kunci agar konsumsi masyarakat terakselerasi. Sebaliknya, konsumsi masyarakat yang meningkat merupakan jalan keluar dari resesi.
”Hal ini seharusnya menjadi fokus utama pemerintah. Kalau kasus Covid-19 turun, pasti masyarakat berani konsumsi dan pemulihan ekonomi bisa cepat,” kata Eko.
Jika pemerintah tidak mengubah strategi, perekonomian triwulan IV-2020 diperkirakan masih terkontraksi.
Secara terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan ekonomi secara triwulanan sudah berbalik, kendati belum signifikan. Ia optimistis pertumbuhan ekonomi 2021 bisa mencapai 5 persen. ”Bisa dikatakan, kita sudah berhasil melewati titik terendah,” katanya.
Kalau kasus Covid-19 turun, pasti masyarakat berani konsumsi dan pemulihan ekonomi bisa cepat.
Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Raden Pardede meyakini, rasa percaya masyarakat kelas menengah-atas untuk berbelanja akan tumbuh pada triwulan IV-2020. ”Kami lihat optimisme mulai muncul lagi karena tahun depan kita bisa mulai melakukan vaksinasi secara signifikan, dimulai dari akhir tahun ini kepada tenaga kesehatan,” kata Raden, Minggu.
Rasa percaya masyarakat kelas menengah-atas untuk berbelanja akan tumbuh pada triwulan IV-2020.Raden Pardede
Kendati tidak seketika positif pada akhir tahun ini, Raden meyakini, perbaikan kondisi ekonomi terus terjadi. ”Setidaknya mendekati nol. Tren ini yang terus kita perbaiki dan semoga bisa melesat pada tahun depan dengan adanya vaksin dan berlakunya Undang-Undang Cipta Kerja yang memberi optimisme pada dunia usaha,” ujarnya.