Penanganan Tuntas Covid-19 Akan Mendorong Kinerja Manufaktur
Penuntasan kasus Covid-19 akan mendorong kinerja industri. Realisasi bantuan atau insentif bagi pelaku usaha juga akan berdampak positif bagi manufaktur.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepercayaan masyarakat terhadap penanganan tuntas Covid-19 dinilai akan mendorong konsumsi yang selanjutnya meningkatkan produksi manufaktur. Realisasi bantuan untuk meningkatkan konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah pun diharapkan dapat menjaga kinerja industri di tengah tekanan pandemi.
Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan Kawasan Ekonomi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Sanny Iskandar, Kamis (5/11/2020), mengatakan, tahun ini kondisi terberat dialami pelaku industri pada triwulan II-2020.
”Begitu masuk ke triwulan III-2020, kondisi sebetulnya mulai lumayan ketika ada pelonggaran PSBB (pembatasan sosial berskala besar),” kata Sanny ketika dihubungi di Jakarta.
Menurut Sanny, penyaluran bantuan tunai, program Kartu Prakerja, dan stimulus bagi pelaku usaha juga turut menggerakkan daya beli masyarakat karena adanya tambahan penghasilan. Hal ini selanjutnya berdampak terhadap permintaan barang sehingga pabrik dan industri pun mulai meningkatkan produksi.
Pelaku industri saat ini mengharapkan peningkatan tren kinerja industri di tengah upaya mengatasi pandemi. Apalagi, pada Agustus 2020, Purchasing Manager\'s Index (PMI) manufaktur Indonesia pernah mencapai 50,8.
Merujuk IHS Markit, siaran pers Kementerian Perindustrian pada 3 November 2020 menyebutkan, PMI manufaktur Indonesia pada Oktober 2020 sebesar 47,8 atau naik dibandingkan September 2020 yang sebesar 47,2.
”Semoga sampai akhir tahun ini PMI bisa balik lagi ke sekitar 50,” kata Sanny.
Pemerintah, lanjut Sanny, dapat membangkitkan rasa percaya diri pelaku usaha, termasuk untuk berekspansi, melalui konsistensi kebijakan. Sisa anggaran belanja pemerintah semestinya didorong agar segera tersalur.
Kedisiplinan masyarakat, terutama dalam menjalankan protokol kesehatan, juga dibutuhkan untuk menekan kasus Covid-19. Hilangnya rasa waswas masyarakat dinilai akan meningkatkan konsumsi yang dampaknya pun bakal dirasakan pelaku industri.
Kedisiplinan masyarakat, terutama dalam menjalankan protokol kesehatan, juga dibutuhkan untuk menekan kasus Covid-19. Hilangnya rasa waswas masyarakat dinilai akan meningkatkan konsumsi yang dampaknya pun bakal dirasakan pelaku industri.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia Rizal Tanzil mengemukakan, jika dibandingkan dengan triwulan II-2020, memang ada peningkatan permintaan di triwulan III-2020. ”Di lapangan ada peningkatan utilisasi industri kain dan rajutan menjadi 50-60 persen dari sebelumnya 40-50 persen,” ujarnya.
Pelaku industri tekstil optimistis pertumbuhan ekonomi di triwulan IV-2020 akan lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlindungan pasar dalam negeri, terutama di sektor pakaian jadi lokal, diharapkan ikut mendorong pertumbuhan ekonomi tersebut.
Badan Pusat Statistik mencatat, ekonomi Indonesia pada triwulan III-2020 masih tumbuh minus 3,49 persen. Kendati masih minus, pertumbuhan tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan triwulan II-2020 yang tumbuh minus 5,32 persen.
Pada triwulan III-2020, industri pengolahan juga masih terkontraksi atau tumbuh minus 4,31 persen secara tahunan. Angka ini juga membaik dibandingkan dengan triwulan II-2020 yang tumbuh minus 6,19 persen.
Khusus industri tekstil dan pakaian jadi, pertumbuhannya pada triwulan III-2020 minus 9,32 persen. Kontraksi ini tidak sedalam triwulan II-2020 yang tumbuh minus 14,23 persen.
Sementara itu, berdasarkan survei IPSOS, Indonesia termasuk negara yang memiliki optimisme dalam menatap masa depan terkait pandemi Covid-19. Insentif dan bantuan pemerintah, baik yang bersifat langsung kepada masyarakat maupun bisnis, selama pandemi berdampak positif dalam menghela optimisme tersebut.
”Ada 53 persen responden yang menyatakan optimistis karena mereka melihat ada panduan dari pemerintah untuk membantu UMKM,” kata Managing Director IPSOS Indonesia Soeprapto Tan dalam dialog produktif ”Kepercayaan Ekonomi Saat Pandemi” yang ditayangkan akun Youtube FMB9, Kamis.
Alasan lain timbulnya optimisme, antara lain, karena ada harapan vaksin akan ditemukan dan diberikan kepada masyarakat (46 persen), bantuan sosial tunai (37 persen), dan dukungan stimulus kepada pelaku usaha (32 persen).
Survei IPSOS dilakukan di enam negara ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam dengan sampel 500 responden di masing-masing negara. Survei gelombang I dilakukan pada 19-25 Mei 2020 dan gelombang II pada 18-22 September 2020.