Perusahaan Berinovasi untuk Bertahan di Masa Pandemi
Perusahaan berinovasi untuk bertahan di masa pandemi Covid-19.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penurunan daya beli masyarakat berdampak pada pelemahan konsumsi. Untuk menjaga kinerja, perusahaan produsen barang konsumsi berinovasi dalam produk dan jalur penjualan.
Langkah yang dilakukan PT Unilever Indonesia Tbk itu, di antaranya, menyesuaikan takaran produk agar bisa memangkas harga.
Per triwulan III-2020, laba bersih Unilever Indonesia Rp 5,4 triliun atau turun 1,27 persen dibandingkan dengan triwulan III-2019 yang sebesar Rp 5,51 triliun. Laba ditopang penjualan bersih Rp 32,4 triliun atau tumbuh 0,3 persen secara tahunan.
Penjualan yang tumbuh tipis tersebut ditopang segmen produk kebutuhan rumah tangga, termasuk produk kebersihan dan kesehatan. ”Segmen tersebut berkontribusi 70 persen terhadap seluruh penjualan perusahaan,” kata Direktur Keuangan Unilever Indonesia Arif Hudaya dalam paparan publik secara virtual, Selasa (3/11/2020).
Pertumbuhan penjualan produk kesehatan dan kebersihan terjadi seiring peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga diri selama pandemi Covid-19.
Arif menambahkan, langkah Unilever Indonesia dalam menghadapi daya beli masyarakat yang merosot, di antaranya, menyesuaikan takaran produk. Dengan cara itu, harga jual produk bisa dipangkas sehingga tetap bisa dibeli masyarakat.
Segmen produk kebutuhan rumah tangga menyumbang pendapatan Rp 22,8 triliun per triwulan III-2020. Pencapaian ini meningkat 2,01 persen secara tahunan.
Adapun penurunan penjualan terjadi pada segmen produk makanan dan minuman. Per akhir September 2020, pendapatan dari penjualan produk makanan dan minuman sebesar Rp 9,66 triliun atau turun 3,5 persen secara tahunan.
Arif menambahkan, selain berinovasi agar harga produk tetap bisa sesuai dengan daya beli masyarakat, perusahaan berekspansi dengan memperkuat jalur penjualan digital. Digitalisasi juga ditempuh untuk membantu mitra usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk mendapat pasokan produk Unilever.
”Kami optimistis tetap bisa membangun bisnis yang konsisten, kompetitif, menguntungkan, serta bertanggung jawab. Perusahaan akan fokus pada produk inti yang relevan dengan kebutuhan konsumen saat ini,” ujar Arif, menambahkan.
Perusahaan akan fokus pada produk inti yang relevan dengan kebutuhan konsumen saat ini.
Relaksasi pembatasan
Dihubungi secara terpisah, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai, perbaikan kinerja sejumlah perusahaan sektor barang konsumsi pada triwulan III, termasuk Unilever Indonesia, terjadi lantaran adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) direlaksasi. Puncak PSBB berlangsung pada Maret-Mei 2020.
Namun, relaksasi pembatasan sosial hanya akan menjadi sentimen positif sementara bagi sektor barang konsumsi. Pemulihan kondisi bisnis baru akan terlihat sejalan dengan kepastian vaksinasi Covid-19.
”Selama kasus Covid-19 belum bisa dikendalikan, daya beli masyarakat dan konsumsi domestik belum akan pulih sehingga pergerakan ekonomi masih akan kembali melambat,” ujarnya.
Konsumsi masyarakat berperan 57 persen terhadap produk domestik bruto Indonesia triwulan III-2020. Pelemahan konsumsi rumah tangga berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sementara ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede menilai, kontributor utama dalam konsumi domestik adalah masyarakat kelas menengah atas, dengan kontribusi sekitar 45 persen terhadap konsumsi nasional. Namun, konsumsi kelompok menengah atas masih tersendat karena ketidakpastian di masa mendatang masih tinggi, termasuk rasa aman belum terjamin karena vaksin belum ada.
Kontributor utama dalam konsumi domestik adalah masyarakat kelas menengah atas, dengan kontribusi sekitar 45 persen terhadap konsumsi nasional.
Sementara stimulus konsumsi pemerintah kepada kalangan masyarakat menengah ke bawah belum berdampak positif terhadap konsumsi domestik. Kontribusi masyarakat kelompok menengah bawah terhadap perekonomian domestik sekitar 18 persen.
”Triwulan IV-2020 menjadi periode pembuktian pemerintah untuk menguji efektivitas program pemulihan konsumsi dan daya beli masyarakat. Jika berhasil, Indonesia akan segera lepas dari jeratan resesi di awal 2021,” ujarnya. (DIM)