Permintaan kredit perbankan masih rendah meskipun penawaran tersedia.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
Kompas
Ilustrasi spanduk penawaran kredit usaha rakyat (KUR) terpasang di Sentra Kredit Kecil BNI, Pasar Tanah Abang, Jakarta, Februari lalu.
JAKARTA, KOMPAS — Program pemulihan ekonomi nasional masih fokus pada sisi pasokan sehingga belum bisa mendorong permintaan kredit masyarakat. Permintaan yang masih lemah mengakibatkan pertumbuhan kredit bank-bank swasta besar nasional juga rendah. Dampak lanjutannya, laba bank swasta per triwulan III-2020 masih tertekan.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, penyaluran kredit membaik pada Juli 2020, yakni tumbuh 1,53 persen secara tahunan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan Juni 2020 yang tumbuh 1,49 persen secara tahunan.
Namun, pada Agustus 2020, pertumbuhan kredit perbankan merosot jadi 1,04 persen dalam setahun. Sementara pada September 2020 anjlok menjadi 0,12 persen secara tahunan.
Ketua Bidang Kajian dan Pengembangan Perhimpunan Bank-bank Nasional Aviliani berpendapat, bank non-BUMN merasakan dampak pelemahan ekonomi terhadap perlambatan permintaan kredit. Sebab, penyaluran dana pemulihan ekonomi nasional pemerintah terlalu fokus pada pasokan ketimbang mengembalikan permintaan kredit.
”Contohnya, pemerintah berupaya menggenjot penyaluran dana dalam bentuk subsidi bunga kepada UMKM. Namun, hal ini belum optimal mendorong kredit karena permintaan yang masih rendah,” ujarnya saat dihubungi pada Minggu (1/11/2020).
Hal ini belum optimal mendorong kredit karena permintaan yang masih rendah.
Untuk mendorong pemulihan kredit, pemerintah menempatkan dana di perbankan. Bank-bank BUMN yang tergabung dalam Himpunan Bank-bank Milik Negara menerima penempatan dana Rp 47,5 triliun untuk mendorong kredit Rp 166,39 triliun. Sementara Bank Pembangunan Daerah menerima penempatan dana Rp 14 triliun yang mendorong penyaluran kredit Rp 17,39 triliun dan bank syariah memperoleh penempatan Rp 3 triliun untuk disalurkan dalam bentuk kredit Rp 1,7 triliun.
Dari alokasi dana pemulihan ekonomi nasional Rp 695,2 triliun, lanjut Aviliani, penyaluran sisi permintaan berupa bantuan langsung tunai Rp 203 triliun.
Bank swasta
Berdasarkan data laporan keuangan triwulan III-2020, penyaluran kredit dan laba bank-bank swasta kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha III dan IV, selain bank BUMN, turun. Laba PT Bank Permata Tbk turun 60,64 persen, sedangkan laba PT Bank Danamon Indonesia Tbk turun 43,13 persen secara tahunan.
Adapun kredit PT Bank Pan Indonesia Tbk turun 12,98 persen.
Melalui keterangan resmi, Direktur Utama Bank Danamon Yasushi Itagaki menyampaikan, Danamon memiliki integrasi bisnis kuat yang mampu menjawab permintaan kredit yang baik pada tahun depan. Di samping itu, pengelolaan perbankan digital Bank Danamon cukup maju sehingga dapat menarik generasi muda berpendapatan tetap menjadi nasabah loyal.
Sementara itu, Presiden Direktur Bank Panin Herwidayatmo optimistis kinerja akan meningkat pada 2021, bermodalkan pencapaian yang cukup baik pada tahun ini. Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (CAR) pada September 2020 sebesar 27,3 persen atau meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2020, yakni 23,3 persen.
Direktur Utama Bank Permata Ridha DM Wirakusumah menyampaikan optimismenya atas kinerja yang solid.
Dalam keterangan resmi Komite Stabilitas Sistem Keuangan, profil risiko lembaga jasa keuangan sedikit meningkat pada Agustus 2020. Hal ini tecermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) gros sebesar 3,22 persen, naik dibandingkan dengan triwulan II-2020 yang sebesar 3,11 persen. (DIM)