Bantu UMKM, BRI Dukung dari Permodalan hingga Pemasaran
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk terus berupaya mengajak UMKM untuk tetap berusaha. Berbagai model kredit usaha rakyat pun dihadirkan sebagai bantuan permodalan bagi pelaku usaha.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dalam masa pandemi Covid-19, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk terus mengajak para pelaku usaha, khususnya kecil dan mikro, untuk tetap memutar roda perekonomian. Tidak hanya melalui permodalan, bantuan juga diberikan melalui pendampingan hingga bantuan promosi.
Dalam laporan keuangan BRI 2019, penyaluran kredit segmen mikro tumbuh 12,19 persen dibandingkan dengan tahun sebelumya menjadi Rp 307,72 triliun. Perseroan juga mencatatkan pertumbuhan kredit segmen kecil dan menengah sebesar 11,18 persen mencapai Rp 717,86 triliun.
Direktur Konsumer Bank BRI Handayani menyampaikan, BRI senantiasa mendukung para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk tetap menjalankan usahanya di tengah pandemi. Bantuan diberikan melalui program kredit usaha rakyat (KUR).
”Teman-teman UMKM kami dorong untuk terus bergerak dan berusaha, jangan sampai berhenti. Kami mengajak para pelaku usaha untuk menjadi UMKM yang tangguh supaya tetap bisa menjadi penggerak ekonomi Indonesia,” kata Handayani, Selasa (20/10/2020).
Paparan ini disampaikan dalam acara virtual Kuliner Jadul dan Bincang Solusi UMKM. Hadir pula sebagai narasumber antara lain Komisaris Independen Bank BRI Rofikoh Rokhim dan Siti Fauziah yang merupakan pemeran Bu Tejo dalam film Tilik.
Program permodalan untuk kredit modal kerja dan kredit investasi, antara lain, terdiri dari KUR Super Mikro (plafon hingga Rp 10 juta), KUR Mikro (plafon Rp 10 juta-Rp 50 juta), dan KUR Kecil (plafon Rp 50 juta-Rp 500 juta). Adapun KUR Tenaga Kerja Indonesia untuk membiayai keberangkatan calon tenaga kerja ke negara penempatan digulirkan dengan plafon hingga Rp 25 juta.
Selain KUR, kata Handayani, ada kredit dengan bunga bersaing yang bersifat umum untuk semua sektor ekonomi dengan nama Kupedes. Program ini ditujukan untuk badan usaha atau perorangan yang memenuhi persyaratan dengan plafon sampai Rp 250 juta.
Pinjaman melalui platform digital juga disediakan BRI melalui aplikasi Pinjaman Tenang (Pinang) dan aplikasi Ceria. Kedua aplikasi ini memberikan pinjaman pembiayaan mulai dari Rp 500.000 hingga Rp 20 juta yang dapat dicairkan dalam waktu 10 menit.
Rofikoh Rokhim melanjutkan, BRI tidak hanya memberikan pinjaman modal, tetapi turut mendampingi UMKM. Upaya ini dilakukan dengan menghadirkan 54 Rumah BUMN BRI di sejumlah kota besar yang merupakan rumah kreatif untuk mendampingi para pelaku usaha.
Sementara itu, Indonesia Mall yang merupakan platform digital (marketplace) ditujukan untuk membantu mempromosikan produk-produk UMKM. Namun, tetap ada kurasi bagi produk UMKM untuk dapat dipasarkan di platform ini.
”Dalam berusaha, yang terpenting harus punya keunikan agar orang mencari produk yang kita tawarkan. Keunikan yang menjawab kebutuhan masyarakat, pada waktunya, akan membentuk pasar tersendiri,” katanya.
Memulai usaha
Pada pertengahan Agustus 2020, meski di tengah pandemi, Rofikoh membuka rumah makan Sumber Asli: Kuliner Tempo Dulu di kawasan Jakarta Selatan. Usaha ini diharapkan dapat berkontribusi bagi pemerintah dalam upaya meningkatkan lapangan kerja.
”Saya membuka usaha ini juga untuk menghadirkan menu pilihan makanan tradisional bagi warga di Jakarta yang tidak bisa pulang kampung karena pandemi. Bahan-bahan makanan, bahkan koki, saya datangkan langsung dari desa agar serasa di rumah sendiri,” kata Rofikoh.
Handayani pun mengajak masyarakat untuk berani memulai membuka usaha. Menurut dia, hal utama yang harus dipastikan adalah jenis usaha yang dijalankan sesuai dengan apa yang kita sukai.
”Pastikan dulu usaha yang dijalani sesuai dengan yang kita suka agar menjalaninya tidak menjadi beban. Pelajari pasarnya, pertimbangkan kecukupan modal, dan mulai saja dahulu karena setiap menunda itu kita akan kehilangan kesempatan,” ujarnya.
Memulai usaha, artinya harus bisa mengatur keuangan. Handayani menjelaskan, dalam menjaga keuangan dapat digunakan rumus 40 persen (kebutuhan harian), 10 persen (kegiatan sosial), 20 persen (investasi), dan 30 persen (maksimal biaya untuk bayar kredit).
Bu Tejo menyambut baik berbagai bantuan yang diberikan BRI. Ke depan, ia pun berencana untuk membuka usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta.
”Saya melihat banyak kreator di Yogya yang belum diberdayakan secara maksimal, misalnya dalam bidang perfilman. Semoga nantinya saya bisa memberdayakan masyarakat dan semakin jeli melihat peluang usaha,” kata Bu Tejo.