Kombinasi Pameran Virtual dan E-dagang Beri Dukungan Ganda kepada UMKM
Denyut ekonomi Indonesia tetap hidup meskipun dihantam pandemi Covid-19. Aktivitas ekonomi yang terhambat oleh pembatasan secara fisik tetap menemukan jalannya melalui dunia maya.
Denyut ekonomi Indonesia tetap hidup meskipun dihantam pandemi Covid-19. Aktivitas ekonomi yang terhambat oleh pembatasan secara fisik tetap menemukan jalannya melalui dunia maya. Platform digital dan virtual pun dimanfaatkan untuk menopang jalannya bisnis, mulai dari kegiatan promosi hingga penjualan.
Platform e-dagang (marketplace) bisa dibilang menjadi salah satu penopang ekonomi dalam situasi pandemi seperti saat ini. Platform tersebut berperan besar dalam menghubungkan produsen, pedagang, dan konsumen.
Platform lain yang menjadi andalan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta industri untuk memasarkan produknya adalah pameran virtual. Wadah ini tetap diperlukan agar pemasaran dan promosi bisa dilakukan secara terkoordinasi.
Baca juga: Jembatan Virtual Perdagangan
Layaknya pameran luar jaringan (offline), pameran virtual akan memudahkan masyarakat mencari informasi dan mencapai akad kerja sama bisnis atau transaksi produk sejenis dalam satu tempat.
Pameran virtual yang diadakan dalam satu website juga menyuguhkan banyak acara untuk menarik pengunjung, seperti tawaran diskon, presentasi bisnis, unjuk bincang (talkshow), penghargaan (award), dan undian berhadiah (lucky draw).
Beberapa pameran virtual juga menawarkan bantuan kepada pelaku UMKM untuk masuk ekosistem e-dagang. Dengan fasilitas itu, ditambah pelatihan digitalisasi, UMKM semakin dimudahkan untuk mendapatkan pembeli atau pasar potensial.
Dengan demikian, kombinasi pameran virtual dan platform e-dagang akan memberikan dukungan ganda kepada UMKM.
Marak
Beragam kegiatan pameran, atau ekshibisi, atau expo, yang biasa diadakan di luar jaringan, kini marak dilakukan secara dalam jaringan (daring). Mengandalkan website yang didesain khusus, beragam acara pameran diadakan.
Sebut saja Festival Virtual Bangga Mesin Buatan Indonesia (BMBIfest), International Franchise, License and Business Concept Expo & Conference (IFRA) Virtual Expo, hingga Indonesia Properti Virtual Expo.
Dalam penyelenggaraannya, penyelenggara pameran virtual tidak sendirian, tetapi juga bekerja sama dengan perusahaan e-dagang. Kerja sama ini terlihat dalam kegiatan BMBIfest yang diselenggarakan pada 15-17 September 2020 atas dukungan Kementerian Perindustrian dan e-dagang Blibli.
Baca juga: Peluang UMKM Jajal Ruang Pamer Virtual
Di mata peserta pameran, kolaborasi penyelenggaraan pameran virtual dan penjualan di platform e-dagang memberi secercah harapan di tengah sulitnya menjalankan bisnis selama pembatasan sosial untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.
Direktur PT Hinoka Alsindo Tekni Yusliandi, salah satu peserta BMBIfest, mengakui bahwa keberadaan pameran virtual dan marketplace saling mendukung. Pameran virtual, yang baru pertama kali diikuti perusahaan produsen peralatan mesin itu, membantu mereka berinteraksi dengan calon klien melalui demonstrasi dan konsultasi daring.
”Pameran biasanya, kan, ada pertemuan fisik dengan pengunjung dan kita bisa memamerkan produk yang nyata atau ada barangnya. Perbedaannya dengan virtual, kita bisa banyak memamerkan barang dan yang ikut bisa dari mana pun,” katanya pekan lalu.
”Sebelumnya, kami kesulitan menjual barang karena permintaan sedikit. Namun setelah pameran, alhamdulillah banyak yang tertarik, baik dari pameran atau lewat e-commerce. Kemarin ada yang pesan Rp 60 juta dan dalam waktu dekat ada lagi yang pesan mesin pengepakan senilai Rp 100 juta,” tutur Yusliandi.
Kekuatan dari penyelenggaraan pameran secara virtual ini juga dinanti Deasy Esterina (29). Pendiri usaha mode Kreskros ini akan mencoba merasakan pameran virtual perdananya, yakni Trade Expo yang akan digelar pada pertengahan Oktober 2020.
Acara pameran itu sangat diharapkan untuk bisa meningkatkan penjualan dan memberikan sumbangan transaksi pada usahanya.
”Saya harap, ada fokus dari penyelenggara untuk memastikan adanya pembeli. Jangan sampai cuma bikin acara, tetapi enggak ada hasilnya,” ujar Deasy.
Lia Mustafa (56), desainer sekaligus pemilik House of LMar di Yogyakarta, menilai, penjualan di platform digital tidak luput dari tantangan. Perlu ada sumber daya manusia yang secara khusus mengelola setiap platform, baik di media sosial maupun di platform e-dagang.
Sementara itu, pameran virtual juga bermanfaat dalam masa pandemi untuk mempertunjukkan mode busana terbaru. Terlebih, produk-produk yang ikut dalam pameran virtual sudah dikurasi sehingga kualitas terjamin.
Namun, menurut Lia, pameran virtual memerlukan dukungan penuh dari instansi yang menyelenggarakan. Tidak hanya menyediakan platform secara digital, tetapi harus mencarikan calon pembeli yang potensial. Misalnya, kegiatan pameran tersebut harus dipromosikan secara gencar kepada masyarakat secara luas.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menyampaikan, pameran virtual tetap dibutuhkan sebagai pilihan bagi konsumen dan membuat adanya persaingan pasar virtual yang sempurna. Dengan begitu, e-dagang tidak akan didominasi oleh platform digital tertentu.
Meski demikian, perlindungan konsumen tetap harus menjadi yang utama, terlebih apabila transaksi yang dilakukan bernilai besar. Kepercayaan konsumen dapat didapatkan, misalnya, dengan menghadirkan perantara untuk memberi penilaian terhadap produk yang hendak dibeli.
”Umumnya, kalau membeli mobil, motor, atau rumah, para konsumen itu akan tetap merasa seeing is believing. Maka, dalam penjualan virtual, alternatifnya bisa dengan menghadirkan perantara yang dapat memberi penjelasan dan jaminan terkait kualitas produk,” ujar Tauhid.
Kolaborasi
Platform e-dagang sendiri sangat mendukung keberadaan pameran virtual dengan menawarkan kanal dan teknologi digitalnya untuk dipakai oleh para penyelenggara pameran.
Hal ini, antara lain, dilakukan Tokopedia, yang awal Oktober lalu berkolaborasi dalam penyelenggaraan Jakarta Dessert Week (JDW), pameran kuliner khusus hidangan penutup.
JDW kali ini dibuat dengan tema khusus dan berbeda dibanding gelaran pesta belanja di platform marketplace Tokopedia. Peserta pameran menjual menu kreasi spesial, bekerja sama dengan beberapa sponsor. Selain itu, acara seperti demo memasak virtual juga dihadirkan.
”Acara ini merupakan salah satu komitmen Tokopedia dalam memberikan panggung seluas-luasnya kepada pegiat usaha lokal untuk dapat beradaptasi di tengah pandemi. Kami melihat animo masyarakat terhadap kolaborasi ini sangat tinggi,” kata AVP of Business Tokopedia Jessica Stephanie Jap kepada Kompas, pekan lalu.
Tokopedia pun menawarkan pegiat usaha pameran lainnya, seperti Jakarta Sneaker Day (JSD), JakCloth, dan Big Bad Wolf, untuk memanfaatkan kanal daring.
”Harapannya, berbagai inisiatif ini dapat memberikan panggung bagi para pegiat usaha lokal dari berbagai industri untuk tetap berinovasi lewat pemanfaatan teknologi digital, sekaligus membantu mendorong pemulihan ekonomi Indonesia yang saat ini terdampak pandemi,” lanjutnya.
Visi serupa diutarakan CEO Blibli Kusumo Martanto, beberapa waktu lalu. Blibli juga mendukung berbagai penyelenggaraan pameran visual dengan tujuan mempercepat transformasi digital menuju era industri 4.0.
”Kita punya tujuan bersama, Indonesia harus menjadi negara industri 4.0. Kami berharap, usaha dan industri kecil menengah bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengembangkan pemasaran di luar negeri. Dan, kami ingin menjadi mitra mereka untuk membawa produk kebanggaan Indonesia ke pasar global,” tuturnya.