Pergudangan logistik terus tumbuh di masa pandemi Covid-19 seiring perkembangan belanja dalam jaringan. Kebutuhan gudang menyasar lahan di kawasan industri.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kondisi pandemi Covid-19 yang memacu kegiatan masyarakat secara digital menopang pertumbuhan industri pergudangan logistik. Perkembangan transaksi belanja secara digital ini mendorong pengembangan bisnis pergudangan logistik di lahan kawasan industri.
Berdasarkan data JLL Indonesia, aktivitas pergudangan logistik di Indonesia meningkat dalam enam bulan terakhir di masa pandemi. Tren serupa terjadi di negara-negara Asia Tenggara. Subsektor kawasan industri tumbuh dibandingkan dengan subsektor properti lain, seperti perkantoran, ritel, dan residensial.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Pengembangan Kawasan Ekonomi Sanny Iskandar mengemukakan, permintaan lahan kawasan industri untuk gudang penyimpanan sebenarnya telah berkembang sejak sebelum pandemi Covid-19. Namun, di masa pandemi, pola belanja daring dan perdagangan secara elektronik yang meluas telah memicu investasi gudang penyimpanan di kawasan industri.
”Permintaan gudang penyimpanan tersebut untuk produk-produk yang diimpor maupun produk-produk dalam negeri yang membutuhkan kapasitas penyimpanan lebih luas karena permintaan yang tinggi,” katanya, Minggu (18/10/2020).
Sejalan dengan permintaan lahan industri untuk pergudangan, pembangunan pusat data di kawasan industri juga tumbuh. Kebutuhan kapasitas pusat data yang semakin luas menyebabkan pembangunan pusat data bergeser ke kawasan industri. Kendati permintaan lahan kawasan industri terus meningkat, pertumbuhannya hingga akhir tahun 2020 diprediksi hanya sekitar 60 persen dibandingkan dengan realisasi tahun lalu.
Head of Research JLL Indonesia James Taylor mengemukakan, sektor pergudangan logistik tetap diminati dan dibidik investor di masa pandemi Covid-19. Selama masa pandemi, perusahaan e-dagang dan makanan minuman aktif menyewa gudang logistik.
Per triwulan III-2020, ada pasokan baru dua gudang logistik seluas total 133.000 meter persegi, dengan tingkat okupansi 89 persen. Okupansi itu terutama dari pergudangan logistik. Beberapa pengembang dan penyewa pergudangan memilih lokasi kawasan industri dengan kapasitas ruang yang lebih luas. Hingga kini, luas total pergudangan logistik di Jabodetabek sekitar 1,7 juta meter persegi.
”Sektor pergudangan sangat diminati investor, sektor di mana penyewa sangat aktif di tengah pasar yang kompetitif,” kata James.
Sebelumnya, Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengungkapkan, beberapa investor pengembang sekaligus operator mulai mengincar lahan-lahan potensial untuk dijadikan kawasan industri yang berhubungan dengan logistik, pergudangan, dan pusat distribusi. Pergudangan logistik telah menjadi tren baru dalam pengembangan kawasan industri, di samping industri otomotif serta industri makanan dan minuman.
Investor pengembang sekaligus operator mulai mengincar lahan-lahan potensial untuk dijadikan kawasan industri yang berhubungan dengan logistik, pergudangan, dan pusat distribusi.
Pergudangan dan logistik berkembang terutama seiring pertumbuhan bisnis e-dagang serta bisnis yang terkait teknologi seperti pusat data. Beberapa investor dari luar negeri mengincar kawasan industri di Bodetabek, Semarang, Surabaya, bahkan di luar Jawa.
”Di Indonesia akan berkembang pusat distribusi, terutama di kota-kota besar. Hal ini menjadi motivasi investor logistik untuk memperluas kebutuhan logistik,” katanya.
Director Advisory Services Colliers International Indonesia Monica Koesnovagril mengemukakan, e-dagang terus tumbuh seiring semakin banyak masyarakat belanja daring. Permintaan lahan skala kebih kecil untuk industri logistik berkembang serta lahan untuk pusat data semakin banyak di luar Jakarta. Selain itu, permintaan lahan berkembang untuk gudang pendingin di dekat kota besar dan tidak tertutup kemungkinan masuk ke kawasan industri.