Paul R Milgrom dan Robert B Wilson, Teori untuk Memilih Pemenang Lelang Terbaik
Akademi Sains Kerajaan Swedia menganugerahi dua ekonom AS, Paul R Milgrom (72) dan Robert B Wilson (83), Hadiah Nobel Ekonomi 2020.
Oleh
SIMON SARAGIH
·5 menit baca
Bayangkan ada tender untuk pekerjaan umum, seperti pembangunan jalan, pelabuhan, atau infrastruktur lainnya. Bagaimana memilih perusahaan yang paling layak sebagai pemenang? Apakah peserta dengan harga terendah otomatis menang? Tidak. Sebab, peserta berharga terendah bisa terkena ”winner’s curse”; karena mengajukan harga sangat rendah berisiko tidak dapat menjual hasilnya dengan tarif efisien kepada masyarakat.
”Bagaimana memutuskan penawar terbaik? Itulah yang ditemukan dalam dasar teori lelang yang disusun Paul R Milgrom dan Robert B Wilson,” kata Goran K Hansson, Sekretaris Jenderal Akademi Sains Kerajaan Swedia, di Stockholm, Swedia, Senin (10/10/2020).
Teori lelang tersebut, yang telah mengalami perbaikan dari waktu ke waktu, membuat Akademi Sains Kerajaan Swedia menganugerahi dua ekonom AS, Paul R Milgrom (72) dan Robert B Wilson (83), Hadiah Nobel Ekonomi 2020. Keduanya akan berbagai hadiah uang sebesar 10 juta krona Swedia (1,1 juta dollar AS) atau setara Rp 15,9 miliar.
Temuan dua ekonom AS soal teori lelang terbaik itu muncul berdasarkan riset-riset pada dekade 1980-an hingga 1990-an. ”Temuan-temuan Paul R Milgrom dan Robert B Wilson telah memberi manfaat kepada penjual, pembeli, dan para pembayar pajak di seluruh dunia,” kata Hansson. Temuan ini, antara lain, didasarkan pada format lelang yang dikembangkan untuk pelelangan frekuensi radio, kuota penangkapan ikan, dan slot pendaratan pesawat di bandara.
Atas temuan tentang ”perbaikan teori lelang dan temuan-temuan soal format baru lelang”, demikian Akademi Sains Kerajaan Swedia saat memberi alasan pemberian Hadiah Nobel bagi dua ekonom AS tersebut. Jadi, bukan hanya teori lelang yang mereka temukan, melainkan juga soal bagaimana melaksanakan lelang yang baik.
Teori bisa ditemukan, tetapi mekanisme lelang juga amat menentukan sukses lelang. Jika teori lelang bagus, tetapi andaikan proses lelang, misalnya, dilakukan tertutup atau dengan kongkalikong, apalagi memakai katebelece, riwayat lelang pasti tidak menghasilkan kinerja ekonomi yang bagus bagi khalayak. Temuan dua ekonom ini juga mengingatkan soal iklim tender.
Lelang lewat internet, menurut Wilson, adalah juga format yang pantas dipikirkan karena asas keterbukaan dan bisa diakses semua pihak. Temuan mereka soal lelang ini amat menentukan manfaat besar yang didapatkan konsumen.
Teori lelang yang mereka temukan tidak terbatas pada lelang barang mewah, tetapi juga lelang di laman eBay. Bagaimana menawarkan produk untuk dilelang dengan harga yang layak sehingga menarik minat pembeli. Bagaimana mencegah ”kutukan pemenang (winner’s curse)”, di mana pemenang berhasil menang tender dengan harga terendah, tetapi jalan umum yang dia bangun, misalnya, tidak bagus alias cepat rusak.
Teori lelang yang ditawarkan dua ekonom AS itu juga menyinggung soal iklim investasi, iklim persaingan, dan iklim ekonomi. Teori mereka banyak diterapkan, antara lain, dalam proyek-proyek Komisi Telekomunikasi Federal AS (Federal Communications Commission/FCC), yang membuat lelang dilakukan dengan sistem yang transparan dan relatif penuh persaingan terbuka. ”Tawaran dari kami soal rancangan lelang dipakai FCC,” kata Milgrom.
Lelang yang baik, sekali lagi, harus memenuhi asas keterbukaan. Sebab, lelang itu relatif pelik. Pelelang dan pembeli sering tidak tahu bagaimana menentukan harga sebab ada informasi asimetris, alias informasi tidak lengkap. Mengatasi hal ini, Milgrom dan Wilson, misalnya, menawarkan solusi, seperti bagaimana memutuskan pemenang lelang. Karena itu, pelaksana lelang juga harus mengetahui harga-harga di pasar dan bagaimana profil perusahaan yang hendak dimenangkan dalam lelang.
Teori lelang yang mereka tawarkan menghindari mitos lelang, di mana proyek diberikan kepada penawar terendah tanpa kinerja. Juga menghindari pemberian lelang kepada penawar terendah yang merugikan peserta lelang. Pemenang yang baik pada umumnya adalah penawar dengan harga median. Dengan demikian, misalnya, jika itu terkait pembangunan jalan tol, pemenang proyek tidak kemudian mengenakan tarif jalan tol terlalu tinggi.
Bagaimana menawarkan produk untuk dilelang dengan harga yang layak sehingga menarik minat pembeli. Bagaimana mencegah ”kutukan pemenang (winner’s curse)”, di mana pemenang berhasil menang tender dengan harga terendah, tetapi jalan umum yang dia bangun, misalnya, tidak bagus alias cepat rusak.
Tidak kaget
Dua ekonom peraih Hadiah Nobel kali ini sama-sama dosen di Stanford University, Stanford, California, AS. Karena zona waktu yang berbeda, Komite Nobel menelepon pemenang pada pagi hari waktu California. Komite berhasil menghubungi Wilson, yang uniknya sepanjang hidupnya tidak pernah terlibat aksi lelang.
”Aku sendiri dapat kabar ini dari Wilson. Dia mengetuk pintu rumah saya pada pagi hari sebab kami tinggal berdekatan,” kata Milgrom. ”Sungguh manis saya rasakan,” kata Milgrom seraya mengatakan, para mahasiswa, kerabat, serta kolega telah lama menyebutkan dirinya dan Wilson akan meraih Hadiah Nobel suatu saat.
Dua ekonom ini dulunya adalah dosen dan mahasiswa. Wilson menyebut Milgrom adalah mantan mahasiswanya yang tergolong genius soal teori lelang ini. Keduanya sudah bekerja bersama soal riset lelang sejak dekade 1970-an. Wilson lulusan Ilmu Manajemen dari Harvard University kemudian menjadi dosen di Stanford dan menjadi pembimbing tesis doktoral untuk Milgrom. ”Semua ini adalah tentang membuat proses penentuan harga agar menjadi bermanfaat secara ekonomi,” kata Wilson.
Wilson mengatakan akan memanfaatkan setengah hadiah miliknya untuk jalan-jalan, tetapi setelah pandemi berakhir. ”Untuk sementara ditabung dulu, termasuk untuk keperluan istri dan anak-anak,” kata Wilson. Keduanya juga tidak bisa hadir pada penyerahan resmi Hadiah Nobel pada Desember mendatang sehubungan dengan pandemi. ”Nantilah perayaaannya kita lakukan setelah kondisi memungkinkan,” kata Hansson.
Dalam jumpa pers, saat pengumuman itu, ada pertanyaan, mengapa peraih Hadiah Nobel Ekonomi selalu dari AS, bukan dari Asia, misalnya, yang kini sedang berjaya dalam perekonomian. Hansson berkata, sejak lama AS telah mengalokasikan dana besar untuk pendidikan dan hasilnya adalah riset-riset oleh akademisi AS yang dirasakan sekarang. ”Kita lihat saja, apakah nanti akan ada perubahan secara gradual soal geografi para peraih Nobel,” kata Hansson.