Pola distribusi BBM yang rumit akibat kondisi geografis Indonesia berupa kepulauan menyebabkan harga BBM di pengecer mahal. Program BBM satu harga diharapkan dapat menghadirkan keadilan pasokan dan harga energi.
Oleh
ARIS PRASETYO
·4 menit baca
Distribusi bahan bakar minyak atau BBM di Indonesia disebut sebagai yang terumit di dunia. Di Indonesia yang terdiri atas belasan ribu pulau besar dan kecil, pengiriman BBM tak cukup menggunakan satu atau dua jenis moda transportasi. Di Indonesia, khususnya di wilayah timur, pengiriman BBM bisa menggunakan tujuh moda transportasi, yakni darat, laut, dan udara.
Kondisi geografis di Indonesia yang berupa kepulauan tak memungkinkan terhubung seluruhnya lewat pipa. Begitu pula tak cukup mengandalkan pengangkutan dengan truk. Agar BBM sampai ke masyarakat yang paling terpencil, BBM dikirim menggunakan kapal, truk tangki, lalu diangkut lagi menggunakan kapal, dilanjutkan dengan truk barang. Tak cukup di situ, BBM selanjutnya diangkut dengan pesawat dan dibongkar muat ke truk barang yang diteruskan ke stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU).
”Ongkos pengirimannya jauh melampaui harga jual BBM. Pengiriman BBM ke wilayah Papua bisa membutuhkan biaya distribusi Rp 30.000 per liter. Padahal, harga jualnya Rp 6.450 per liter (untuk jenis premium),” ujar Direktur Logistik dan Infrastruktur PT Pertamina (Persero) Mulyono saat memberi pelatihan kepada jurnalis mengenai proses bisnis minyak dan gas bumi dari hulu ke hilir, Sabtu (26/9/2020).
Distribusi BBM oleh Pertamina, lanjut Mulyono, didukung sejumlah infrastruktur, antara lain 104 pelabuhan dan sarana tambat, 118 terminal BBM, 24 terminal elpiji, 270 unit kapal, dan pipa BBM sepanjang 1.772 kilometer di seluruh Indonesia. Pendistribusian BBM lewat darat didukung 4.080 mobil tangki BBM dan 1.534 mobil tangki elpiji. Adapun pengiriman BBM lewat udara menggunakan tiga pesawat khusus Air Tractor.
”Pengiriman BBM menggunakan pesawat dilakukan untuk memasok BBM ke Papua dan Kalimantan Utara,” kata Mulyono.
Ongkos pengirimannya jauh melampaui harga jual BBM itu sendiri. Pengiriman BBM ke wilayah Papua bisa membutuhkan biaya distribusi Rp 30.000 per liter.
Mulyono menambahkan, pendistribusian BBM paling sederhana di Indonesia menggunakan tiga moda transportasi. BBM dari kilang minyak diangkut menggunakan kapal untuk dikirim ke terminal transit utama. Di Indonesia terdapat tujuh unit terminal transit utama. Dari terminal transit, kapal didistribusikan ke terminal BBM dengan masih menggunakan kapal.
Dari terminal BBM itulah awal pengangkutan BBM menggunakan truk tangki. Namun, tak semua BBM yang diangkut truk tangki berakhir di SPBU. Di wilayah terpencil berupa kepulauan, khususnya Indonesia bagian timur, BBM dari truk tangki ada yang masih harus dikirim ke kapal. Dari kapal dipindahkan ke truk barang, kemudian berakhir di SPBU.
”Namun, ada juga yang dari truk barang dipindahkan ke pesawat. Dari pesawat, dibongkar muat ke truk barang kemudian dikirim ke SPBU. Itulah kenapa distribusi BBM di Indonesia paling rumit di dunia,” ujar Mulyono.
Biaya pengiriman BBM menggunakan moda transportasi darat, seperti truk, hanya Rp 190 per liter. Biaya pengiriman membengkak menjadi Rp 3.300 per liter saat BBM diangkut dengan kapal. Paling mahal adalah pengangkutan menggunakan pesawat udara, yakni setidaknya Rp 15.100 per liter. Sebagai catatan, harga BBM jenis premium adalah Rp 6.450 per liter dan solar bersubsidi Rp 5.150 per liter untuk seluruh wilayah Indonesia.
Tantangan pendistribusian BBM lewat jalur laut atau sungai adalah cuaca (ombak besar), alur dangkal, faktor pasang surut, ataupun pelintasan jembatan yang membuat kapal tak bisa melintas. Badai besar bisa menghambat perjalanan kapal pengangkut BBM dan membuat pasokan BBM ke konsumen terlambat. Adapun tantangan distribusi BBM lewat jalur darat adalah banjir, masalah keamanan, dan jalanan rusak.
Di sini, harga BBM mahal sudah biasa dan tak jadi masalah. Yang penting BBM tersedia.
Minimnya fasilitas SPBU di wilayah terpencil membuat masyarakat bergantung kepada penjual BBM eceran. Rata-rata, harga per liter BBM jenis premium dan solar bersubsidi di tingkat pengecer tersebut Rp 10.000 hingga Rp 15.000. Di sejumlah wilayah terpencil di Papua, misalnya, harga BBM bisa menyentuh sedikitnya Rp 50.000 per liter.
Sejak 2017, pemerintah meluncurkan program BBM satu harga yang diwujudkan dengan membangun lembaga penyalur BBM resmi di lokasi yang disebut sebagai wilayah 3T, yaitu terdepan, terluar, dan terpencil. Program ini, selain untuk mengatasi kelangkaan pasokan BBM di wilayah 3T, juga untuk menyediakan BBM sesuai harga resmi kepada masyarakat di lokasi tersebut.
”Lokasi BBM satu harga terbaru ada di Desa Kabun, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, yang menjadi titik ke-172 sejak 2017. Tahun ini kami menargetkan program BBM satu harga terealisasi di 83 titik dan kami sudah merampungkan sebanyak 12 titik,” ujar Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman.
Pada 2013, Kompas merekam pengiriman BBM ke Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, yang menggunakan pesawat dari Jayapura. Saat itu, harga BBM jenis premium di pengecer mencapai Rp 70.000 per liter. Menurut Burhanuddin, salah satu pendatang di Oksibil, harga tersebut adalah harga normal. Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru, harga premium bisa mencapai Rp 100.000 per liter.
”Di sini, harga BBM mahal sudah biasa dan tak jadi masalah. Yang penting BBM tersedia,” kata Burhanudin.