Untuk menekan agar ekonomi tidak jatuh semakin dalam dan imbasnya ke tenaga kerja, teknopreneur dan desa diberdayakan. Gerakkan juga ekonomi akar rumput di desa.
Oleh
M Paschalia Judith J/aris prasetyo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah akan membina 1.000 wirausahawan teknologi untuk menyerap tenaga kerja dan mengembangkan ekonomi lokal. Di desa koperasi, badan usaha milik desa atau BUMDes serta masyarakat akar rumput perlu diperkuat untuk mengungkit ekonomi lokal.
Pada Senin (28/9/2020), Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional bersama Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia meluncurkan program ”Seribu Technopreneur Sejuta Pekerjaan” secara virtual.
Nota kesepahaman kerja sama ini ditandatangani oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro; pendiri Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia, Sandiaga Uno; dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia Ilham Habibie.
Sandiaga mengatakan, ekosistem kewirausahaan Indonesia membutuhkan wirausaha teknologi yang mampu menghasilkan inovasi dari akar rumput dan tepat guna. ”Jadilah pendisrupsi di tengah pandemi. Lihat sektor yang unggul dan bantu bangkitkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” ujarnya.
Jadilah pendisrupsi di tengah pandemi. Lihat sektor yang unggul dan bantu bangkitkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah.
Menurut Sandiaga, pengukuran program tersebut akan berorientasi pada dampak yang dapat ditimbulkan. Prinsip idealnya ialah dampak yang dihasilkan bersifat masif dan anggaran yang dibutuhkan di skala minimal.
Dalam enam bulan ke depan, tim akan mengukur keberjalanan program ini. Pendampingan dan pelatihan dalam program ini turut merangkul pelaku usaha swasta dan lembaga swadaya masyarakat.
Bambang menuturkan, wirausaha teknologi diharapkan dapat melahirkan teknologi tepat guna. Kriteria teknologi ini adalah mudah dioperasikan dan dirawat pengguna sesuai dengan karakteristik wilayah sekitar, memenuhi standar yang berlaku, serta gampang dijangkau atau diakses oleh pengguna.
”Teknologi tepat guna ini sebaiknya dapat diterapkan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing UMKM ataupun usaha-usaha yang ada di desa serta mampu memperluas akses pembiayaan dan pasar,” katanya.
Program Seribu Technopreneur Sejuta Pekerjaan, lanjut Bambang, berada di lingkup Startup Inovasi Indonesia yang mendapatkan anggaran sekitar Rp 150 miliar per tahun. Melalui dana itu, tim akan membina wirausahawan teknologi, mulai dari pengembangan ide, membuat proposal, hingga mendirikan dan mengelola bisnis.
”Akan ada bantuan pembiayaan di awal. Jika skalanya berpotensi diperbesar, kami akan mengenalkan mereka dengan para investor untuk akses pembiayaan,” tuturnya.
Ilham menegaskan, wirausahawan teknologi mesti mampu menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi serta memudahkan aktivitas perekonomian masyarakat. Teknologi tepat guna yang dikembangkan tidak harus membentuk aplikasi atau piranti lunak.
Teknologi itu dapat menciptakan lapangan kerja dari hulu hingga hilir, baik secara langsung maupun tidak langsung. ”Artinya, kehadiran wirausahawan teknologi dapat membantu perekonomian lokal, khususnya UMKM,” ujarnya.
Dalam seminar daring ”Pemulihan Ekonomi Indonesia di Masa Pandemi” pada Minggu malam, Wakil Menteri Keuangan 2014-2019 Mardiasmo mengusulkan agar peran perdesaan semakin diperkuat dalam upaya memulihkan ekonomi nasional yang terpukul akibat pandemi Covid-19.
Peran yang perlu diperkuat adalah koperasi unit desa (KUD), (BUMDes), karang taruna, dan ibu-ibu pegiat pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK). Semua fungsi tersebut digerakkan untuk menciptakan lapangan kerja baru yang dapat menampung pengangguran di perdesaan.
”Harus ada peran aktif kepala daerah. Memang, modelnya ekonomi kecil-kecilan, tetapi terbukti tangguh dan tahan lama sekaligus bisa mengurangi pengangguran baru akibat pandemi Covid-19,” katanya.
Peran yang perlu diperkuat adalah koperasi unit desa (KUD), (BUMDes), karang taruna, dan ibu-ibu pegiat pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK).
Pekan lalu, Presiden Joko Widodo mendorong transformasi ekonomi desa yang menjadi penyangga saat terjadi krisis di wilayah perkotaan. Pandemi Covid-19 yang tak kunjung terkendali diperkirakan meningkatkan ruralisasi, arus balik penduduk dari kota ke desa lantaran hilangnya lapangan pekerjaan di perkotaan.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Hendri Saparini, berpendapat, dalam situasi krisis, UMKM selalu menjadi penyelamat ekonomi. Pemerintah sudah mengucurkan stimulus untuk pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi. Namun, stimulus yang mencapai ratusan triliun rupiah tersebut harus memiliki daya serap tinggi terhadap produk UMKM.