Jalur Ekspor Langsung Manado-Tokyo Dilayani Penerbangan Kargo
Ekspor langsung dari Manado ke Jepang kini dimungkinkan dengan rute penerbangan pesawat kargo Garuda Indonesia. Rute ini akan diterbangi sekali sepekan dengan volume kargo maksimal 15 ton.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
MANADO, KOMPAS — Ekspor langsung dari Manado ke Jepang kini dimungkinkan dengan rute penerbangan pesawat kargo. Pembukaan konektivitas dagang ini ditandai dengan pengiriman 10,35 ton produk perikanan dan pertanian dari Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku melalui Bandara Sam Ratulangi. Penerbangan akan dilaksanakan sekali sepekan.
Rute itu diterbangi maskapai Garuda Indonesia dengan Airbus A330-200. Pesawat mendarat di Bandara Narita di area metropolitan Tokyo pada Kamis (24/9/2020) sekitar pukul 06.30 waktu setempat. Penerbangan ditempuh sekitar 7 jam sejak lepas landas, Rabu (23/9) pukul 23.40 Wita, dari Bandara Sam Ratulangi, Manado.
Ekspor ini pun dirayakan jajaran anggota forum komunikasi pemerintah daerah Sulut, perwakilan Garuda Indonesia, dan para pengusaha dengan acara seremonial pelepasan keberangkatan di Bandara Sam Ratulangi. Semua hadirin wajib mengikuti tes cepat Covid-19 terlebih dahulu. Acara itu juga disiarkan melalui konferensi video.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulut Tienneke Adam mengatakan, penerbangan kargo perdana ke jepang ini membawa sekitar 10,23 ton produk perikanan, seperti tuna sirip kuning, tuna loin, dan tuna saku. Ada pula 124 kilogram produk pertanian yang dikirim sebagai sampel, antara lain nanas, kelapa, labu kuning, kulit pala, kunyit, dan lengkuas.
Secara rinci, 5,661 ton berasal dari enam unit pengolahan ikan (UPI) di Sulut, 4,152 ton dari satu UPI di Ambon, Maluku, dan 413 kilogram dari satu UPI di Gorontalo. Nilai ekspor produk perikanan kali ini sekitar 66.423,94 dollar AS.
Sebelumnya, Sulut sudah mengekspor 3.162 ton produk perikanan ke Jepang selama Januari-Agustus 2020. Jumlah itu mencakup 20 persen dari total volume ekspor perikanan Sulut yang mencapai 15.941 ton dengan nilai 85,95 juta dollar AS. Jepang pun menjadi negara tujuan ekspor utama.
”Sulut punya keunggulan dari segi geoposisi sebagai gerbang ke kawasan Pasifik, cocok menjadi simpul kargo untuk kawasan timur Indonesia. Penerbangan langsung dengan waktu yang lebih singkat ini diharapkan bisa berpengaruh pada kualitas dan produk. Harga jual juga bisa jadi lebih tinggi,” kata Tienneke.
Jalur ekspor ini bisa memperbaiki harga ikan di tingkat nelayan.
Sepanjang 2019, volume ekspor perikanan Sulut mencapai 23.689 ton dengan total nilai 142,53 juta dollar AS. Tienneke berharap jalur ekspor ini bisa terus mendorong volume ekspor produk perikanan dari Sulut. Dengan demikian, semua pelaku usaha di sektor perikanan, dari nelayan hingga usaha pengalengan ikan, bisa mendapatkan untung.
”Di awal pandemi, harga tuna sempat anjlok dari Rp 60.000 per kg menjadi Rp 36.000 per kg karena tidak terserap. Jalur ekspor ini bisa memperbaiki harga ikan di tingkat nelayan. Kami optimistis, volume ekspor dari Sulut bisa mencapai kuota 15 ton yang disediakan Garuda Indonesia, atau bahkan lebih sehingga frekuensi penerbangan bisa ditambah,” tuturnya.
Kepala Pusat Pengendalian Mutu Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Manado Widodo Sumiyanto mengatakan, Jepang adalah tujuan ekspor perikanan terbesar ketiga secara nasional. Pemangkasan waktu tempuh dari 24-30 jam menjadi 6-7 jam saja dengan penerbangan langsung dapat menjaga kualitas ikan tuna tetap pada grade A atau kualitas tertinggi.
BKIPM Manado pun berupaya mendorong pelaku usaha, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), untuk memanfaatkan peluang ekspor ini. Hal ini dilakukan dengan pemberian insentif berupa sertifikat kesehatan ikan dan produk perikanan tanpa biaya, dimulai dari inspeksi produk.
”Kami menjemput bola dalam kerja sama dengan Kantor Bea Cukai Manado. Hasilnya, kami bisa menyelesaikan semua izin dalam satu hari tanpa kami tarik biaya, kecuali untuk biaya sertifikat hasil perikanan ekspor sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2015. Hasilnya, kami bisa melahirkan dua eksportir baru,” kata Widodo.
Kepala Kantor Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Sulawesi Bagian Utara Cerah Bangun mengatakan, ekspor melalui jalur udara dapat menekan biaya logistik yang secara nasional kini masih 26 persen dari produk domestik bruto (PDB). ”Biaya ini sangat tidak hemat,” ucapnya.
Untuk menjaga keberlanjutan ekspor, DJBC Kementerian Keuangan telah membebaskan produk perikanan dari bea keluar. Harapannya, ekspor akan semakin menggeliat dan memberikan efek pengganda hingga ke level nelayan kecil. Pemerintah juga siap memberi kredit mikro bagi pelaku usaha kecil.
”Tujuan kita memang untuk mendorong ekspor. Kami harap produk semakin beragam sehingga ada value added (nilai tambah) diiringi serapan tenaga kerja,” kata Cerah.
Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan Kantor DJBC Maluku Tri Edi Santosa mengatakan, mulai sekarang, eksportir di Maluku tak harus mengirim produk perikanannya ke Jakarta lebih dulu. Jalur ekspor ini pun memberikan lebih banyak opsi pengiriman bagi para pelaku usaha.
Aryo Wijoseno, Chief Excutive Officer Garuda Indonesia Wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua, mengatakan, penerbangan dari Manado ke Tokyo berjalan sekali sepekan pada Rabu malam. Kapasitas maksimal kargo sekitar 15 ton. Untuk memenuhi muatan, ekspor produk perikanan sebanyak 4 ton turut disertakan dalam penerbangan ini.
Aryo menyatakan, dirinya optimistis ekspor perikanan dan pertanian dari Sulut ke Jepang akan terus meningkat. Sebab, Jepang merupakan negara tujuan ekspor utama dari Indonesia. Saat ini, rute penerbangan kargo ke Jepang juga dibuka dari Makassar, Surabaya, dan Medan.
”Ini adalah upaya strategis andalan kami mengatasi kelesuan bisnis airlines akibat pandemi Covid-19. Kami berharap untuk bisa terus membantu program pemerintah dengan konektivitas penerbangan domestik dan internasional dengan biaya logistik yang lebih rendah,” ujarnya.
Gubernur Sulut Olly Dondokambey mengapresiasi semua pihak terkait yang memungkinkan ekspor ini terlaksana. Ia berharap nelayan semakin sejahtera dan pengusaha semakin semangat dalam berproduksi sehingga produk-produk dari Sulut bisa mendunia.