Tidak hanya menyediakan platform jasa penjualan, pemberdayaan UMKM, khususnya yang terdampak pandemi, juga menjadi sumbangsih perusahaan teknologi.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan teknologi menjadi salah satu media bagi usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM untuk memasarkan produk secara digital. Tidak sekadar menyediakan platform jasa penjualan, pemberdayaan UMKM, khususnya yang terdampak pandemi, juga menjadi sumbangsih perusahaan teknologi.
Grab Indonesia, sebagai perusahan teknologi yang menyediakan layanan pesan antar makanan, misalnya, sudah bermitra dengan ratusan ribu pedagang atau merchant. Bahkan, sejak awal masa pandemi hingga awal September, ada 185.000 merchant yang bergabung.
Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi mengatakan, selama 2020, pihaknya menargetkan total 400.000 merchant masuk dalam ekosistem digital Grab. Dengan semakin banyaknya UMKM yang bergabung, Neneng menilai, akan semakin banyak yang terbantu dengan fasilitas pemasaran dan jasa transportasi.
”Misalnya, Ibu Jessica dengan Warung Yeni di Tangerang. Selama pandemi, penjualan mereka hancur sekali karena mereka berjualan beras di pasar. Tetapi, setelah bergabung dengan Grab, yang menyediakan layanan antar Grab Express, pendapatannya jadi naik sama seperti sebelum pandemi,” katanya dalam Kompas Talks di Instagram harian Kompas, Sabtu (19/9/2020).
Selain melalui fitur GrabFood, yang difokuskan pada pelaku usaha kuliner, ada juga GrabMart yang, antara lain, menghubungkan pedagang produk kebutuhan harian kepada penggunanya. Neneng menyebut, saat ini pihaknya bermitra dengan 32.000 pedagang tradisional di 30 kota di Indonesia.
Tidak hanya menyediakan platform yang mendukung ekosistem digital, Grab Indonesia juga menghadirkan solusi melalui aplikasi dan situs portal khusus GrabMerchant. Aplikasi yang diluncurkan tahun lalu menawarkan fitur informasi dan pengelolaan operasional bisnis sehari-hari yang dapat menunjang pertumbuhan bisnis pelaku usaha.
Adapun selama masa pandemi, Grab Indonesia meluncurkan program Terus Usaha. Program itu mencakup berbagai inisiatif pelatihan dan peningkatan keterampilan UMKM serta iklan gratis untuk membantu mereka meningkatkan visibilitas secara daring guna meningkatkan penjualan.
”Grab juga meluncurkan microsite yang dirancang khusus bagi UMKM untuk memberikan tips dan juga pengetahuan lainnya agar mereka dapat mengembangkan bisnisnya,” lanjut Neneng.
Bentuk tanggung jawab Grab Indonesia terhadap upaya pemberdayaan UMKM juga dilakukan dengan bekerja sama dengan pemerintah dalam mempercepat pencapaian target 10 juta UMKM yang terdigitalisasi. Hal itu juga merupakan bagian dari misi 2025 GrabForGood yang diluncurkan September 2019.
Dalam hal ini, kerja sama dilakukan, antara lain, dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam bentuk pelatihan usaha dan digitalisasi.
”Saya sudah meminta seluruh desain pelatihan dan pendampingan UMKM terintegrasi dengan ekosistem digital. Kerja sama dengan platform digital sangat penting,” kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki (Kompas, 1/9/2020).
Program pemberdayaan yang disediakan Grab Indonesia tidak hanya membantu usaha yang turun karena terdampak pandemi, tetapi juga mereka yang baru memulai usaha. Kemampuan menumbuhkan atau inkubasi bisnis ini dirasakan pemilik usaha Bun Kopi di Lampung, Anggar Sae Prima.
Pada acara Kompas Talks, Anggar menceritakan bahwa usahanya baru dimulai ketika pandemi muncul sekitar lima bulan lalu. Sebagai alternatif usaha di tengah pembatasan sosial, ia mencoba menjual kopi dalam kemasan botol yang dapat digunakan berulang dalam beberapa hari.
”Kami buat konsep penjualan di mana pelanggan tidak perlu repot datang ke kafe kami untuk minum kopi di tempat, tapi cukup pesan di aplikasi untuk teman kerja dari rumah,” katanya, yang menyebut 70-80 persen usahanya didukung penjualan daring.
Meski memulai usaha di tengah pandemi berisiko, Anggar mengatakan usahanya terbantu dengan ekosistem digital serta program pemberdayaan Grab Indonesia. Program perusahaan teknologi digital itu membantunya mendapatkan pendampingan usaha secara langsung.
”Tim Grab di Lampung betul-betul mendukung dan kasih edukasi ke merchant. Dari situ saya jadi belajar, dari media sosial, gimana cara foto produk, cara bagaimana orang mau melirik merchant kita lewat event, dan lain-lain,” tuturnya.
Meski Anggar belum mengharapkan keuntungan untuk Bun Kopi, bantuan pendampingan tersebut diharapkan bisa mempertahankan usaha, bahkan mengembangkannya.