Pandemi Percepat Pertumbuhan Konsumen dan Transaksi Digital
Pandemi Covid-19 mempercepat pertumbuhan konsumen dan transaksi digital.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 memicu percepatan pertumbuhan konsumen digital dan nilai transaksinya. Pemerataan akses telekomunikasi kian mendesak agar Indonesia dapat menikmati akselerasi pertumbuhan tersebut, terutama dalam memulihkan perekonomian nasional.
Facebook dan Bain&Company meluncurkan studi berjudul ”Digital Consumers of Tomorrow, Here Today” pada akhir Agustus lalu. Studi ini salah satunya berisi proyeksi pertumbuhan konsumen digital di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Dalam riset tersebut, konsumen digital di kawasan Asia Tenggara diperkirakan 310 juta orang pada akhir 2020 dan 340 juta orang pada 2025. Pada studi sebelumnya, konsumen digital di Asia Tenggara diprediksi 310 juta orang pada 2025.
Menurut dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Fithra Faisal, pandemi Covid-19 mempercepat ekosistem dan kebiasaan penggunaan kanal digital yang semula diperkirakan dapat tercapai dalam 5-10 tahun mendatang. ”Kebiasaan menggunakan platform digital ini dapat berlanjut hingga masa setelah pandemi karena efisiensi yang ditawarkan,” ujarnya saat dihubungi, Minggu (6/9/2020).
Pandemi Covid-19 mempercepat ekosistem dan kebiasaan penggunaan kanal digital.
Proyeksi nilai total transaksi atau GMV dari ritel dalam jaringan (daring) juga berubah. Semula, pada 2025, GMV di Asia Tenggara diperkirakan 120 miliar dollar AS. Kini, proyeksi terbaru GMV pada 2025 berada sekitar 147 miliar dollar AS. Riset terbaru juga menyebutkan, potensi GMV pada 2020 mencapai 53 miliar dollar AS.
Indonesia menjadi kontributor tertinggi dalam jumlah konsumen digital di kawasan Asia Tenggara. Konsumen digital Indonesia pada 2020 diperkirakan 137 juta orang atau naik 15 persen dibandingkan akhir 2019. Pertumbuhan ini juga lebih tinggi dibandingkan Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Singapura, yang rata-rata 5-9 persen.
Konsumen digital Indonesia pada 2020 diperkirakan 137 juta orang atau naik 15 persen dibandingkan dengan akhir 2019.
Adapun GMV dari ritel daring Indonesia pada 2020 diperkirakan 26 miliar dollar AS dan pada 2025 sebesar 72 miliar dollar AS. Dalam studi sebelumnya, GMV yang dapat diperoleh Indonesia pada 2025 diperkirakan 48 miliar dollar AS.
Agar Indonesia dapat menikmati potensi tersebut secara optimal dan menggunakannya dalam pemulihan perekonomian, Fithra menilai pemerintah mesti memperkuat infrastruktur telekomunikasi. Masih ada kesenjangan konektivitas dan akses internet antara Pulau Jawa dan luar Jawa. Padahal, membuka usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam ekosistem e-dagang menjadi alternatif sumber penghasilan di tengah pandemi Covid-19.
Praktisi digital Ignatius Untung menilai pandemi Covid-19 yang memacu transformasi pola konsumsi daring perlu disertai literasi digital. Agar potensi pertumbuhan tersebut dapat optimal, pergesaran konsumsi digital mesti menyeluruh, khususnya ke kelompok masyarakat yang sampai saat ini masih nyaman dengan transaksi fisik.
Dia mengusulkan, pemerintah menyediakan layanan publik secara daring yang waktunya lebih singkat dibandingkan jika diurus secara fisik. ”Kelompok masyarakat ini mesti dipaksa dulu, baru nanti terbiasa. Salah satunya dalam pola konsumsi daring,” ujarnya.
Menurut Country Director Facebook Company Indonesia Pieter Lydian, perpindahan konsumen dari kanal fisik ke daring yang pesat akan mendorong perubahan bisnis ke arah kanal serba ada. Dalam hal ini, kemampuan pelaku usaha dan industri untuk menyesuaikan bisnisnya sesuai dengan tren konsumen terkini menjadi kunci.
Partner dari Bain&Company, Edy Widjaja, menyoroti pergerakan konsumen digital Indonesia yang tumbuh secara eksponensial. Hal ini menandakan Indonesia merupakan negara dinamis yang berpotensi menjadi salah satu mesin pertumbuhan ekonomi digital di tingkat regional. (JUD)