Antar Makanan dengan Skuter Listrik, Fajar Bisa Bayar Uang Kuliah
Pengantar makanan dengan skuter listrik semakin marak. Meskipun jarak tempuh terbatas, pengemudinya bisa mendapatkan pemasukan yang cukup untuk hidup sehari-hari.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
KOMPAS/INSAN ALFAJRI
Skuter listrik terparkir di toko martabak, Jalan Syahdan, Kemanggisan, Jakarta Barat, Kamis (27/8/2020).
Pengantar makanan dengan skuter listrik semakin marak beberapa bulan terakhir. Pengemudinya mulai dari sarjana, mahasiswa, hingga mereka yang dulu bekerja sebagai pengojek daring. Pendapatan dari usaha ini tergolong lumayan di tengah pandemi Covid-19.
Layanan antar makanan dengan skuter listrik (Grabwheels) disediakan oleh Grab Indonesia, khususnya untuk Grabfood. Pengemudinya berseliweran di sejumlah lokasi, antara lain di Jalan Rawa Belong dan di sekitar Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat. Hampir di setiap toko makanan yang menerima pesanan makanan daring terdapat pengemudi Grabwheels.
Salah satunya Fajar Fadillah (20). Pada Kamis (27/8/2020) siang, Fajar menunggu makanan di salah satu restoran di Jalan Rawa Belong. Dia merupakan mahasiswa di salah satu universitas swasta di Jakarta Barat. Dia masuk kuliah setiap Sabtu atau skema kuliah untuk kelas karyawan.
Karena banyak waktu senggang, dia mencari kerja sambilan. Ditambah lagi, dia harus membayar uang semester sebesar Rp 3 juta. Maka, dua bulan lalu, ia menjadi pengemudi Grabwheels. Hasil dari usaha ini bisa untuk menutup kebutuhan hidupnya.
KOMPAS/INSAN ALFAJRI
Fajar Fadillah (20), pengantar makanan dengan skuter listrik di Rawa Belong, Jakarta Barat, Kamis (27/8/2020).
”Selama pandemi Covid-19, aku harus mikir untuk nyari uang semester Rp 3 juta. Mau minta orangtua tak enak karena mereka juga lagi susah. Makanya, aku gabung Grabwheels. Kalau rajin, minimal selalu bawa pulang Rp 100.000 per hari,” ujarnya.
Dia mendaftar di selter Grabwheels Tomang, Jakarta Barat. Setiap hari, selain Sabtu, dia menjemput skuter elektrik ke Tomang dan mengembalikan lagi seusai bekerja. Jika pesanan sedang ramai, ia bisa mendapat Rp 200.000 per hari.
Dodi (23), pengemudi Grabwheels, menuturkan, jarak pengantaran makanan berada dalam radius 3 kilometer. Jarak tempuh ini terkait kekuatan baterai penggerak skuter. Baterai skuter tahan 5-6 jam.
Dodi merupakan lulusan salah satu kampus swasta di Jakarta Barat. Sembari menunggu panggilan wawancara kerja, dia mencari nafkah dengan mengantar makanan.
KOMPAS/INSAN ALFAJRI
Dodi (23), pengantar makanan dengan skuter listrik di Rawa Belong, Jakarta Barat, Kamis (27/8/2020).
Sebagai seorang sarjana, Dodi tak gengsi menjalani pekerjaan ini. Sebab, pendapatannya tak jauh berbeda dibandingkan karyawan kantoran. ”Kalau enggak milih-milih orderan bisa dapat Rp 250.000-Rp300.000, loh, per hari," katanya.
Selain mahasiswa, sejumlah pengemudi merupakan orang yang dulu bekerja sebagai pengojek daring. Arif (24), misalnya, dulu merupakan pengemudi Grabbike. Dia hijrah ke Grabwheels sekitar dua bulan lalu karena pesanan lebih banyak.
”Grab reguler ordernya lagi sepi. Makanya, pindah ke Grabwheels. Dalam sehari saya bisa mengantar makanan hingga 28 kali. Penghasilan rata-rata Rp 200.000 sehari,” katanya lagi.
Selama pandemi Covid-19, aku harus mikir untuk nyari uang semester Rp 3 juta. Mau minta orangtua tak enak karena mereka juga lagi susah. Makanya, aku gabung Grabwheels. Kalau rajin, minimal selalu bawa pulang Rp 100.000 per hari.
Sepinya order di Grab reguler pun dirasakan oleh Putra Azhari (27), pengemudi Grabwheels yang dulu juga jebolan Grabbike. Ini pula yang menjadi pertimbangannya pindah ke Grabwheels.
Menurut dia, yang harus diingat untuk pengemudi Grabwheels adalah selalu melihat indikator baterai. Jangan sampai keenakan mengantar pesanan, lalu lupa mengisi ulang baterai. ”Kalau aku patokannya 10 order. Setelah itu harus ganti baterai,” ujarnya.
Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menjelaskan, layanan Grabwheels hadir sejak awal 2020. Pengemudinya saat ini adalah orang yang sudah terdaftar sebagai mitra Grabbike. Ke depan, katanya, pengemudi Grabwheels juga dibuka untuk orang di luar mitra Grabbike.
Dia melanjutkan, selter Grabwheels berada di Kuningan, Tanjung Duren, Blok M, Kelapa Gading, Bintaro, Serpong, dan Karawaci. Mereka yang ingin menjadi pengemudi Grabwheels bisa mendatangi selter tersebut untuk membawa KTP, kartu keluarga, Surat Keterangan Catatan Kepolisian, dan buku tabungan.
Kompas/Yuniadhi Agung
Sejumlah ojek daring menunggu pesanan makanan di Pasar Santa, Jakarta Selatan, Senin (13/7/2020). Kawasan Pasar Santa ini dalam beberapa tahun yang lalu sempat menjadi tempat singgah yang populer di kalangan remaja karena kios-kios kosong di pasar tersebut disewakan kembali dan berubah menjadi aneka kios yang menjual berbagai pernik kekinian yang menarik. Tempat kumpul baru ini berdapingan dengan kios tradisional yang menjual barang kebutuhan pokok. Seiring dengan perkembangan waktu, banyak kios yang tutup sehingga Pasar Santa menjadi sepi. Beberapa kios yang masih bertahan antara lain menjual pakaian distro, gerai penjualan kaset, cd , dan piringan hitam, serta sejumlah kedai kopi. Selain itu, tempat tersebut didominasi oleh kios aneka makanan dan minuman yang kebanyakan melayani pemesanan secara daring. Masa transisi pembatasan sosial berskala besar tidak banyak merubah kondisi tempat tersebut karena masih minimnya kunjungan ke tersebut. Sejumlah penyewa kios berencana menggelar sejenis festival di Pasar Santa namun datangnya pengunjung dalam jumlah yang besar berisiko untuk penularan virus Covid-19. Kompas/Yuniadhi Agung (MYE)13-07-2020
Sebelumnya, mereka harus terdaftar dulu sebagai mitra Grabbike.
Layanan Grabwheels, lanjut Ridzki, bertujuan untuk mempercepat penggunaan kendaraan listrik di Indonesia dan mewujudkan jaringan transportasi yang lebih ramah lingkungan. "Inovasi ini juga merupakan bukti nyata Grab dalam mendukung tujuan pemerintah dalam memiliki 2 juta unit kendaraan listrik di Indonesia pada tahun 2025," katanya.