Sinergikan Pendidikan SDM Transportasi dengan Dunia Usaha
Lembaga pendidikan sektor perhubungan dinilai perlu bersinergi dengan pelaku usaha dan industri. Keberadaan SDM yang kompeten dibutuhkan untuk mengisi kebutuhan di sektor transportasi.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sumber daya manusia yang kompeten dan berdaya saing menjadi faktor penting membangun sektor transportasi. Keterkaitan mesti terjalin di antara pemangku kepentingan dalam membangun sumber daya manusia transportasi tersebut.
Kementerian Perhubungan pun mendidik sumber daya manusia transportasi darat, angkutan sungai danau dan penyeberangan, perkeretaapian, laut, dan udara. ”Kami mendidik di lebih dari 27 lembaga pendidikan yang ada di seluruh Indonesia,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam seminar daring ”Transportasi Merajut Keberagaman”, di Jakarta, Kamis (27/8/2020).
Pendidikan sumber daya manusia (SDM) transportasi diharapkan mampu menghasilkan insan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Hal ini dibutuhkan dalam memberikan pelayanan transportasi yang berfokus dan mengutamakan keselamatan serta keamanan dengan berpedoman peraturan nasional ataupun internasional.
Kepala Badan Pengembangan SDM (BPSDM) Perhubungan Sugihardjo menyebutkan, ada 28 unit pelaksana teknis BPSDM, terdiri dari 20 politeknik, 1 sekolah tinggi, 1 akademi, 1 sekretariat, serta 5 balai pendidikan dan pelatihan (diklat). ”Pendidikan vokasi kami tidak hanya memenuhi standar nasional, tetapi juga standar internasional,” ujarnya.
Kurikulum diklat vokasi Kementerian Perhubungan sektor laut, misalnya, menerapkan standar dari International Maritime Organization (IMO). Kurikulum di sektor udara menerapkan standar International Civil Aviation Organization (ICAO).
Keterkaitan serta keterhubungan antara masyarakat, pemerintah, lembaga pendidikan, dan dunia usaha atau dunia industri menjadi hal penting dalam pendidikan vokasi. Salah satu contoh adalah program yang digagas Politeknik Penerbangan Surabaya bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surabaya.
”Jadi, Wali Kota Surabaya sangat perhatian terhadap pemuda-pemuda yang mempunyai potensi, tetapi tidak mampu. Akhirnya, mereka diberi beasiswa dan dititipkan sekolah di Politeknik Penerbangan Surabaya,” ujar Sugihardjo.
Contoh lain, BPSDM Perhubungan juga bekerja sama dengan industri ground handling Lion di Batam yang akan langsung menerima lulusan. ”Pendidikannya tidak mementingkan gelar, hanya sembilan bulan, agar (mereka) punya kompetensi atau kemampuan memelihara pesawat,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Agus Taufik Mulyono menuturkan, pendidikan SDM transportasi perlu bersinergi dengan dunia usaha serta dunia industri. Alumni lembaga pendidikan SDM transportasi harus mampu mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri.
”Kebijakan makro pemerintah di bidang pendidikan adalah perluasan akses pendidikan tinggi dan pendidikan vokasi yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan,” kata Agus.