Rupiah mengisi ruang kosong dompet setiap orang, menjadi saksi bisu bersedekah atau kebaikan hati seseorang, bahkan menjadi saksi diam aneka ragam kejahatan dan kecurangan, termasuk korupsi.
Oleh
hendriyo widi
·4 menit baca
Rupiah bukan sekadar alat tukar. Melalui wujudnya yang berbentuk logam dan kertas, rupiah mengisahkan kekayaan dan keberagaman Indonesia. Rupiah bahkan membawa aneka pesan untuk tak lupa pada sejarah dengan selalu menghadirkan pahlawan-pahlawan nasional.
Pada November 2020 nanti, rupiah sudah berumur 70 tahun. Usia yang sangat matang untuk mata uang yang resmi dipakai secara nasional menggantikan Oeang Republik Indonesia atau ORI pada 2 November 1949.
Sejak resmi dipakai empat tahun setelah Indonesia merdeka, rupiah yang berasal dari bahasa Sansekerta, rupya (koin perak), itu mengalami jatuh-bangun. Rupiah pernah diperdagangkan di pasar gelap. Rupiah pernah mencari pengakuan dunia. Rupiah juga pernah mengalami pelemahan tertinggi, yaitu Rp 16.800 per dollar Amerika Serikat pada saat krisis ekonomi 1998.
Rupiah akan terus menghadapi tantangan. Kematangannya terus diuji, terutama menghadapi ketidakpastian global akibat pagebluk Covid-19. Di tengah kematangannya melintasi waktu dan perubahan zaman, rupiah dibuat dan ”bergerak” ke berbagai penjuru daerah Nusantara dan masuk ke berbagai lini kehidupan masyarakat.
Rupiah akan terus menghadapi tantangan. Kematangannya terus diuji, terutama menghadapi ketidakpastian global akibat pagebluk Covid-19.
Rupiah juga turut berperan dalam pengembangan ekonomi kepulauan Indonesia. Untuk menyuplai rupiah ke sejumlah pelosok dan pulau-pulau terdepan Nusantara, Bank Indonesia (BI) bekerja sama dengan perbankan dan TNI Angkatan Laut menggulirkan program Rupiah Jelajah Nusantara sejak 2012.
Pada 31 Oktober-9 November 2018, misalnya, digelar Ekspedisi Kas Keliling Pulau-pulau Tertinggal, Terdepan, dan Terpencil di wilayah Indonesia bagian timur, seperti Pulau Kasui, Kei Kecil, Yamdena, Leti, Wetar, Alor, Pantar, dan Solor.
Kegiatannya tak hanya berupa layanan kas keliling atau penukaran uang, tetapi juga sosialisasi keaslian rupiah untuk mengeliminasi peredaran uang palsu, memberikan bantuan sosial, dan pengobatan gratis. Selain itu, BI juga meneliti sejumlah kemungkinan upaya riil yang dapat dilakukan untuk meningkatkan eksistensi rupiah dan pengembangan perekonomian setempat.
Hampir setiap hari masyarakat memegang rupiah. Rupiah mengisi ruang kosong dompet setiap orang, menjadi saksi bisu bersedekah atau kebaikan hati seseorang, bahkan menjadi saksi diam aneka ragam kejahatan dan kecurangan, termasuk korupsi. Misinya sebagai si pembawa pesan jarang sekali ditangkap masyarakat. Padahal, melalui rupiah, pesan itu begitu mudah berpindah tangan dengan cepat.
Rupiah mengisi ruang kosong dompet setiap orang, menjadi saksi bisu bersedekah atau kebaikan hati seseorang, bahkan menjadi saksi diam aneka ragam kejahatan dan kecurangan, termasuk korupsi.
Pada 17 Agustus 2020, pemerintah dan BI meluncurkan uang peringatan (commemorative money) HUT Ke-75 Kemerdekaan RI. Uang peringatan adalah uang rupiah yang dikeluarkan secara khusus untuk tujuan tertentu atau untuk memperingati suatu peristiwa yang berskala nasional atau internasional. Misalnya, peringatan HUT Kemerdekaan RI, peristiwa sejarah nasional, dan kegiatan olahraga berskala internasional yang digelar di Indonesia.
Uang peringatan HUT Ke-75 Kemerdekaan RI itu memuat beberapa gambar, yaitu proklamator RI Soekarno dan Mohammad Hatta, pengibaran bendera pada masa Proklamasi Kemerdekaan 1945, dan pembangunan infrastruktur (tol trans-Jawa, jembatan Youtefa di Papua, dan moda raya terpadu). Selain itu, ada juga peta Indonesia emas pada bola dunia, satelit Merah Putih, dan anak-anak Indonesia mengenakan pakaian adat yang mewakili sejumlah daerah di wilayah barat, tengah, dan timur Indonesia.
BI memaknai rangkaian gambar-gambar tersebut untuk mensyukuri kemerdekaan, menyongsong masa depan gemilang, dan memperteguh kebinekaan. Peluncuran tersebut merupakan kali keempat BI menerbitkan rupiah edisi uang peringatan.
Rupiah tak sekadar kertas atau recehan untuk aneka transaksi. Kendati berupa recehan bernilai rendah, ada pesan yang dibawanya.
Sebelumnya, BI pernah menerbitkan uang logam emas dan perak untuk memperingati HUT Ke-25 Kemerdekaan RI, uang logam emas saat HUT Ke-45 Kemerdekaan RI, dan uang logam emas saat HUT Ke-50 Kemerdekaan RI. Saat peringatan HUT Ke-25 Kemerdekaan RI, misalnya, BI membuat uang logam emas dan perak bergambar burung cendrawasih; arca batu manjusyri Candi Tumpang, Malang, Jawa Timur; penari wayang wanita; dan ukiran garuda bali.
Pada era 70-an dan 80-an, tepatnya pada 1974 dan 1987, BI menerbitkan uang logam seri ”Cagar Alam” bergambar harimau jawa, orangutan, komodo, babi rusa, dan badak jawa bercula satu. Pada 1990, BI juga menerbitkan uang logam seri ”Save The Children” bergambar dua anak bermain badminton dan penari Bali. Kemudian pada 1999 dilanjutkan dengan seri ”Children of The World” bergambar kegiatan pramuka dalam penanaman sejuta pohon dan anak laki-laki bermain kuda lumping.
Rupiah tak sekadar kertas atau recehan untuk aneka transaksi. Kendati berupa recehan bernilai rendah, ada pesan yang dibawanya.