Digitalisasi dinilai menjadi kunci bagi UMKM untuk bertahan di tengah pandemi. Namun, jumlah pelaku usaha yang ”go online” relatif kecil. Butuh inovasi untuk mendigitalkan UMKM.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Digitalisasi menjadi kunci agar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah mampu bertahan serta berkembang di tengah pandemi Covid-19. Namun, sejauh ini jumlah pelaku usaha yang telah masuk ke ekosistem digital masih relatif kecil. Solusi dan inovasi dibutuhkan untuk digitalisasi UMKM.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Arif Rahman Hakim, Senin (10/8/2020), mengatakan, UMKM yang terbukti dapat bertahan dan bahkan tumbuh adalah mereka yang dapat membaca peluang serta menyesuaikan bisnisnya. Salah satunya dengan masuk ke ekosistem digital atau ”go digital”.
Akan tetapi, baru sekitar 13 persen atau 8 juta pelaku UMKM yang sudah ”go digital”. Oleh karena itu, semua pihak mesti bahu-membahu agar UMKM mampu bertahan dan bahkan berkembang di tengah situasi sulit.
Upaya itu salah satunya ditempuh Gojek Indonesia. ”Dari awal Gojek berdiri sembilan tahun lalu, kami bekerja sama dengan 500.000 lebih mitra merchant, 95 persennya adalah UMKM,” kata Co-CEO Gojek Andre Soelistyo, dalam webinar UMKM Go Digital Dukungan untuk Pemulihan Ekonomi Nasional”, Senin.
Pandemi memaksa sebagian mitra UMKM tutup atau berhenti sementara. Gojek pun berinovasi dan mencatat pertumbuhan mitra baru. ”Ada sekitar 120.000 mitra baru terdaftar empat bulan terakhir karena banyak solusi dan inovasi yang membantu mereka bertahan dan tumbuh,” ujarnya.
Ekosistem Gojek memberikan solusi operasional bisnis UMKM, mulai aspek administrasi, pemesanan, pemasaran, pengiriman, dan pembayaran. Gojek bermitra dengan 20 lebih institusi pembayaran, perusahaan logistik, dan pemerintah.
Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengawasan Pajak Nufransa Wira Sakti menuturkan, teknologi berperan penting, termasuk di masa pandemi Covid-19. Sistem dan ekosistem baru berbasiskan teknologi dapat mempertemukan penjual dan pembeli di pasar dalam jaringan.
Apalagi secara fisik pertemuan keduanya terbatasi akibat pembatasan sosial berskala besar dan lainnya. Teknologi ini harus ditunjang berbagai macam infrastruktur.
”Selain itu juga sinergi kekuatan pemerintah dan swasta atau gotong royong untuk memajukan ekonomi kita yang kemarin diumumkan negatif,” kata Nufransa.
Direktur Utama Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Smesco) Kementerian Koperasi dan UKM Leonard Theosabrata, dalam berbagai kesempatan, menuturkan, Smesco melalui berbagai inisiatif program berusaha membantu para pelaku UMKM masuk ke platform digital.
Menurut Ketua Umum DPP Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (Hipmikindo) Syahnan Phalipi, e-business, e-commerce, dan e-marketing bernilai penting pada era globalisasi dan terlebih saat pandemi Covid-19 sekarang ini.
Pelaku UMKM harus memanfaatkan teknologi informasi dalam proses bisnisnya, termasuk saat berpromosi ataupun beraktivitas jual-beli barang dan jasa. Perkembangan zaman dan teknologi harus diikuti agar bisnis para pelaku UMKM berkembang dan berkelanjutan.