Tabungan Masyarakat Tumbuh Positif di Tengah Perlambatan Konsumsi
Penghimpunan dana simpanan masyarakat oleh perbankan tumbuh positif selama pandemi Covid-19. Pertumbuhan tabungan dan investasi adalah imbas kekhawatiran masyarakat terhadap ketidakpastian ekonomi di masa mendatang.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
Kompas/Priyombodo
Ilustrasi pengunjung memilih produk pakaian di pusat perbelanjaan di kawasan Kembangan, Jakarta Barat, Kamis (17/10/2019). Pemerintah memproyeksikan perekonomian RI sepanjang tahun 2019 hanya tumbuh 5,08 persen atau lebih rendah dari proyeksi yang sampai semester I-2019 optimistis pada kisaran 5,2 persen. Konsumsi masyarakat masih menjadi motor penggerak ekonomi di Tanah Air.
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah kontraksi yang terjadi pada sektor konsumsi rumah tangga akibat imbas pandemi Covid-19, dana simpanan masyarakat di perbankan tetap tumbuh positif. Namun pertumbuhan dana itu tetap melambat.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia David Sumual, Rabu (5/8/2020), menilai, penyebab terkontraksinya pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2020 yang secara tahunan minus 5,32 persen dipengaruhi perlambatan dari sisi belanja masyarakat, investasi, dan perdagangan.
Penurunan konsumsi utamanya terjadi pada Mei 2020 di saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) gencar diterapkan di banyak daerah. PSBB ini menahan aktivitas perekonomian, salah satunya menahan konsumsi rumah tangga.
”Pada puncak PSBB, konsumsi masyarakat tertahan. Ini terlihat dari penurunan jumlah transaksi,” kata David saat dihubungi di Jakarta.
Penyebab terkontraksinya pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2020 yang secara tahunan minus 5,32 persen dipengaruhi perlambatan dari sisi belanja masyarakat, investasi, dan perdagangan.
Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan, transaksi nontunai menggunakan anjungan tunai mandiri (ATM), kartu debit, kartu kredit, dan uang elektronik pada Mei 2020 turun 24,46 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Kontraksi tahunan terjadi di seluruh kelompok konsumsi rumah tangga, di antaranya restoran dan hotel (minus 16,53 persen) serta transportasi dan komunikasi (minus 15,33 persen).
Pada Rabu siang, Badan Pusat Statistik merilis, ekonomi Indonesia pada triwulan II-2020 tumbuh minus 5,32 persen. Konsumsi rumah tangga yang selama ini merupakan motor penggerak ekonomi nasional tumbuh minus 5,51 persen.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, pandemi Covid-19 berdampak negatif terhadap dunia usaha. Ini terlihat dari banyaknya perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pemotongan gaji.
”Penurunan pendapatan masyarakat inilah yang memotong daya beli masyarakat dan tingkat konsumsi, yang berimbas pada kontraksi ekonomi,” ujarnya.
Di tengah kontraksi yang terjadi pada lini konsumsi masyarakat, dana simpanan masyarakat pada perbankan tetap tumbuh positif meski tetap melambat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, pada triwulan II-2020, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 7,42 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Sementara pertumbuhan DPK pada triwulan II-2019 sebesar 9,54 persen secara tahunan.
"Pertumbuhan tabungan dan investasi adalah imbas dari kekhawatiran masyarakat terhadap ketidakpastian ekonomi di masa mendatang," kata Piter.
Pertumbuhan tabungan dan investasi adalah imbas dari kekhawatiran masyarakat terhadap ketidakpastian ekonomi di masa mendatang. (Piter Abdullah)
Dalam paparan ”Perkembangan Kebijakan dan Kondisi Terkini Sektor Jasa Keuangan” pada awal pekan ini, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyatakan, pertumbuhan DPK ditopang oleh layanan digital yang memudahkan nasabah. Sementara berdasarkan kelompoknya, bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV, dengan modal inti di atas Rp 30 triliun, mencatatkan pertumbuhan DPK hingga 11,9 persen.
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Warga mengantre di salah satu kasir pusat perbelanjaan di Medan, Sumatera Utara, Senin (3/8/2020). Kasus positif Covid-19 meningkat pesat dalam sepekan terakhir akibat semakin ramainya tempat publik. Semakin banyak masyarakat tidak menerapkan protokol kesehatan terhadap Covid-19 di Sumatera Utara.
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja menjelaskan, per semester I-2020 dana giro dan tabungan (CASA) BCA tumbuh 12,8 persen secara tahunan mencapai Rp 575,9 triliun. Dana giro dan tabungan ini berkontribusi sebesar 75,6 persen dari total DPK pada Juni 2020.
Jaringan transaksi perbankan yang luas merupakan faktor pendorong pertumbuhan dana tersebut. BCA terus berinvestasi pada platform layanan transaksi perbankan, khususnya pada kanal digital.
”Jumlah rekening pada semester II-2020 tumbuh 11,9 persen secara tahunan mencapai 22,5 juta rekening, ditopang oleh layanan pembukaan rekening daring,” ujar Jahja.
Berdasarkan data Distribusi Simpanan Bank Umum Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), nominal DPK per Juni 2020 mencapai Rp 6.250 triliun. DPK tersebut terdiri dari deposito sebesar Rp 2.640 triliun, tabungan Rp 1.986 triliun, dan giro Rp 1.624 triliun.
Dilihat dari pertumbuhannya, komponen giro mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan posisi Juni 2019, yaitu mencapai 8,8 persen. Sementara komponen deposito tumbuh 3,9 persen dan tabungan tumbuh 1,7 persen secara tahunan.
Kunci pertumbuhan
David Sumual, menilai, pemerintah perlu menggenjot lebih banyak anggaran belanja untuk memperkuat daya beli masyarakat. Hal ini bisa membuat pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2020 bisa kembali positif.
”Belanja pemerintah sebenarnya bisa menopang pertumbuhan ekonomi, tetapi belum efektif pada triwulan kedua tahun ini,” ujarnya.
Wartawan menyimak data pertumbuhan perekonomian terkini melalui layar monitor saat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan keterangan terkait strategi pemerintah untuk memulihkan perekonomian nasional di Jakarta, Rabu (5/8/2020). Skenario pemulihan ekonomi nasional akan berlanjut hingga tahun 2021, mengingat dampak pandemi Covid-19 diprediksi masih akan terus terjadi hingga tahun depan.
Sementara itu, Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis Eric Sugandi berpendapat, masih ada peluang ekonomi tumbuh, tetapi dengan catatan realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) harus efektif. Konsumsi rumah tangga dan investasi dinilai tetap akan menjadi kunci dari pertumbuhan ekonomi.
”Selanjutnya, pengeluaran pemerintah bisa membantu pertumbuhan, baik secara langsung maupun melalui efek berganda dari konsumsi rumah tangga dan investasi,” katanya.
Eric memprediksi pertumbuhan yang lebih baik pada triwulan III-2020 juga terlihat dari sisi ekspor yang diprediksi membaik. Ini sejalan dengan dibukanya pintu ekonomi mitra dagang strategis Indonesia.