Pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi sejalan dengan prediksi pelaku pasar. Bahkan, konsensus pasar sebelumnya memperkirakan ekonomi nasional pada triwulan II-2020 bakal terkontraksi lebih dalam, yakni minus 6 persen.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indeks Harga Saham Gabungan masih kebal terhadap sentimen kontraksi pertumbuhan ekonomi. Pelaku pasar dinilai telah mengantisipasi terkontraksinya ekonomi dalam negeri pada triwulan II-2020 dalam keputusan-keputusan transaksi pasar modal.
Pada penutupan perdagangan Rabu (5/8/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 52,04 poin atau 1,03 persen ke level 5.127,05. Investor asing mencatat transaksi jual bersih (net sell) di semua pasar sebesar Rp 435,81 miliar.
Sepanjang perdagangan hari ini, 251 saham menguat, 173 saham melemah, dan 161 saham stagnan. Adapun volume transaksi perdagangan sebesar Rp 9,3 triliun dari 10,3 miliar lembar saham yang diperdagangkan.
Analis PT MNC Sekuritas, Edwin Sebayang, mengatakan, rilis data produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada Rabu siang sudah sejalan dengan prediksi pelaku pasar. Bahkan, konsensus pasar sebelumnya memperkirakan ekonomi nasional pada triwulan II-2020 bakal terkontraksi lebih dalam, yakni minus 6 persen.
”Konsesus dari pelaku pasar nyatanya terlalu rendah sehingga data pertumbuhan ekonomi triwulan II-2020 sudah terantisipasi,” ujarnya.
Konsensus pasar sebelumnya memperkirakan ekonomi nasional pada triwulan II-2020 bakal terkontraksi lebih dalam, yakni minus 6 persen.
Pada Rabu siang, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, perekonomian Indonesia pada triwulan II-2020 tumbuh minus 5,32 persen. Kontraksi ini jadi yang terdalam sejak krisis finansial Asia dua dekade lalu, yakni pada triwulan I-1999, saat pertumbuhan ekonomi terkontraksi hingga minus 6,13 persen.
Menurut Edwin, jika dibandingkan dengan negara-negara yang bermitra dengan Indonesia, kontraksi 5,32 persen masih cenderung lebih rendah. Saat ini pelaku pasar justru sudah mulai memperkirakan pertumbuhan ekonomi di triwulan III tahun ini dengan harapan pertumbuhan kembali terjadi mengingat aktivitas ekonomi sudah mulai dibuka.
Indikator lain, seperti pertumbuhan penyaluran kredit perbankan secara tahunan, sudah mulai terjadi. Hingga Juli 2020, kredit sudah tumbuh 2,2 persen, sedangkan pada Juni 2020, pertumbuhannya 1,49 persen.
Data penjualan mobil di akhir triwulan II-2020, yang juga merefleksikan pemulihan konsumsi masyarakat, juga mulai membaik. Ini juga menimbulkan optimisme pasar.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil ritel atau dari dealer ke konsumen, sepanjang Juni 2020, sebanyak 29.862 unit. Angka ini meningkat 74,8 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya 17.083 unit.
”Pasar modal sebagai leading indicator, tentunya membuat investor melihat jauh ke proyeksi triwulan III-2020 yang akan lebih baik sehingga IHSG masih menguat,” ujar Edwin.
Pasar modal sebagai leading indicator tentunya membuat investor melihat jauh ke proyeksi triwulan III-2020 yang akan lebih baik sehingga IHSG masih menguat.
Sementara itu, analis PT Jasa Utama Kapital, Chris Apriliony, menilai, pelaku pasar dalam negeri sudah jauh mengantisipasi data perekonomian dalam negeri pada triwulan II-2020. Secara teknis, IHSG berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan selanjutnya pekan ini.
”IHSG juga sudah terkoreksi menjelang rilis data kontraksi pertumbuhan ekonomi yang secara tahunan pun masih cenderung rendah. Sentimen positif lainnya adalah BPS juga menyebutkan bahwa ekonomi pada triwulan III-2020 terlihat ada peningkatan,” ujarnya.