Festival Belanja Daring Berpotensi Tingkatkan Transaksi
Tawaran diskon bisa menjadi daya tarik bagi konsumen untuk berbelanja secara dalam jaringan.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19, festival belanja dalam jaringan atau daring dapat meningkatkan transaksi dalam ekosistem perdagangan melalui sistem elektronik. Namun, penyelenggara ajang belanja mesti tetap memberi daya tarik berupa potongan harga dan menawarkan produk-produk yang esensial.
Berdasarkan riset ”Perilaku Konsumen E-commerce Indonesia”, peningkatan transaksi pada Hari Belanja Online Nasional 12 Desember 2019 mencapai 5,3 kali lipat dibandingkan dengan rata-rata harian dan menjadi yang tertinggi dibandingkan festival lain. Kenaikan transaksi pada ajang belanja daring yang digelar pada 11 November 2019 dan 9 September 2019 menempati posisi kedua dan ketiga dengan angka 3,7 kali lipat dan 3,1 kali lipat.
Data tersebut diambil dari 10 juta transaksi di Kredivo sepanjang 2019 pada enam wadah atau platform e-dagang. Transaksi-transaksi itu berasal dari hampir 1 juta pengguna di 34 provinsi di Indonesia. Dalam riset ini, Kredivo menggandeng Katadata Insight Center.
Menurut Direktur Riset Katadata Insight Center Mulya Amri, festival belanja akan mengalami tren yang sama pada tahun ini meskipun terjadi pandemi Covid-19. ”Penyelenggara acara (belanja daring) sebaiknya menyasar konsumen yang tidak mengalami pengurangan pendapatan karena daya belinya potensial,” ujarnya saat konferensi pers daring, Selasa (4/8/2020).
Untuk meraih pasar yang lebih luas, Mulya menilai, pemberian potongan harga akan berdampak signifikan. Pelaku e-dagang, khususnya, mesti memberi diskon untuk produk-produk yang mengharuskan konsumen menabung terlebih dahulu, seperti barang elektronik dan gawai, di festival-festival belanja daring tersebut.
Terkait potensi festival belanja daring di tengah pandemi, Head of Marketing and Alliances Kredivo Indina Andamari menyebutkan, ada sejumlah pergeseran produk yang diminati masyarakat. Konsumen cenderung mencari barang yang bersifat esensial, seperti makanan, produk kesehatan, peralatan rumah tangga, perlengkapan hobi dan olahraga, serta pulsa dan paket data.
Berdasarkan hasil riset, jumlah transaksi terbesar pada 2019 berupa produk-produk dalam kategori busana dan aksesori. Adapun nilai transaksi terbesar dipegang oleh kategori produk gawai dan aksesorinya.
Konsumen cenderung mencari barang yang bersifat esensial, seperti makanan, produk kesehatan, peralatan rumah tangga, perlengkapan hobi dan olahraga, serta pulsa dan paket data.
Masih relevan
Secara keseluruhan, menurut Indina, hasil riset 2019 tersebut masih relevan jika dijadikan acuan untuk strategi belanja daring bagi pelaku e-dagang pada 2020. ”Sejumlah tren, seperti waktu belanja yang diminati beserta frekuensinya, merupakan kecenderungan yang berlanjut,” katanya.
Berdasarkan hasil riset yang sama, aktivitas belanja daring paling sering terjadi pada pukul 10.00-13.00 dan 19.00-21.00. Khusus pada saat festival belanja, seperti tanggal 12 Desember 2019, transaksi terpadat berlangsung pada pukul 22.00-22.59.
Indina menyebutkan, 70 persen transaksi Kredivo digunakan untuk belanja daring di ekosistem e-dagang. Dia berharap komposisinya menjadi 80 persen pada tahun ini.
Hasil survei juga menyebutkan, 60 persen konsumen cenderung berbelanja di lebih dari satu platform e-dagang. Indina menuturkan, 33 persen konsumen perempuan dan 15 persen konsumen laki-laki memilih berbelanja di satu platform e-dagang saja.
Menanggapi hasil riset itu, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (Idea) Ignatius Untung mengatakan, preferensi konsumen belum bersifat tunggal. Oleh sebab itu, strategi pendekatan dan citra e-dagang untuk meraih konsumen yang loyal menjadi penting.