Ekonomi kerakyatan dengan gotong royong memberdayakan masyarakat sekitar diharapkan mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
Peranan usaha mikro, kecil, dan menengah di tengah pandemi Covid-19 dinilai dapat menyelamatkan perekonomian Indonesia. Melalui penyediaan lapangan kerja baru dan penyerapan tenaga kerja, diharapkan mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan mengatasi kemiskinan.
Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) selama ini mampu menyerap 116,98 juta (97 persen) tenaga kerja dengan jumlah unit usaha mencapai 64,19 juta unit (99,99 persen). Kontribusinya terhadap produk domestik bruto pun menyumbang hingga 60 persen.
Keadaan ini dapat menjadi peluang usaha bagi para pekerja yang dirumahkan atau terkena pemutusan hubungan kerja, mengingat angka pengangguran pada tahun ini diperkirakan bertambah 4 juta-5,5 juta orang dibandingkan dengan 2019.
Untuk itu, kegiatan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dalam proses usaha diharapkan dapat menjadi peluang bagi masyarakat sekitar. Bergotong royong memajukan kesejahteraan bersama.
Muhammad Ade Prasetyo (27), pelaku UMKM Kerakyatan Rumah Pojok Gurame As-Syifa, mencoba membangun ekonomi kerakyatan di lingkungannya, di Kampung Baru Asih, Kelurahan Muncul, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan. Ada sekitar lima warga sekitar yang membantu dalam pengolahan makanan.
Usaha yang baru dibangun sejak 3 Maret 2020 itu didasari pada tingginya permintaan kebutuhan pangan secara online. Produk olahan ikan bumbu dan unggas ungkep pun disediakan secara dalam jaringan (daring) agar bisa sampai ke setiap keluarga.
”Awalnya saya bekerja di perusahaan ritel sudah delapan tahun, tapi waktu ada pandemi Covid-19, terkena PHK (pemutusan hubungan kerja). Terus saya berpikir harus bangkit, inovasi apa yang bisa saya buat untuk bantu masyarakat,” kata Ade.
Kebutuhan asupan pangan bagi masyarakat yang harus tetap berada di rumah dilihat Ade sebagai peluang usaha. Dengan bermodalkan Rp 400.000, kini usaha penjualan makanan olahan mampu meraup omzet hingga Rp 19 juta per bulan.
Tak berhenti pada usahanya, Ade berupaya membantu warga sekitar untuk turut dalam berwirausaha. Ia membantu memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh para tetangga melalui akun media sosial dan juga memajangnya di Rumah Pojok Gurame As-Syifa.
Kini, Ade sudah mempunyai pelanggan tetap dan akan terus menambah pemasaran lewat media sosial Instagram dengan akun @umkmkerakyatan. Selain memasarkan produk, ia juga mencari agen dan reseller sehingga akan banyak membantu dalam mengembangkan UMKM kerakyatan.
”Sejujurnya memang belum banyak warga sekitar yang tertarik untuk berwirausaha, maka mental wirausahanya itu yang harus dibentuk dulu. Seiring berjalannya usaha, saya akan coba untuk terus mengedukasi warga melalui cerita dan pengalaman,” kata Ade.
Yafeth Steven Wetipo (32), pemilik usaha Highland Roastery di Jayapura, juga menghadapi kondisi serupa. Selama enam tahun membangun usaha kopi, belum banyak masyarakat sekitar yang ingin turut berwirausaha.
”Kalau bicara orang Papua, mentalnya bisa kita bilang mental jualan, ya jualan, tapi kalau berwirausaha, ya, agak susah. Keadaan alam yang terlalu memanjakan membuat kita maunya semua itu instan, sekali jualan harus dapat uang yang banyak,” kata Yafeth.
Berdasarkan pengalamannya, Yafeth pernah membantu usaha kurir yang dijalankan adiknya. Setiap ada pemesanan kopi, ia meminta adiknya yang mengambil dan mengantar kopi agar usaha kurir bisa berjalan.
Namun, kata Yafeth, adiknya bersama teman-teman yang membantu melihat pemasukan dari usaha ini tidak langsung memberikan hasil besar. ”Mereka berpikir kalau usaha ini lama jadi kaya, akhirnya mereka pun malas-malasan,” ujarnya.
Untuk itu, daya tahan dan mental berwirausahalah yang pertama kali harus dibentuk dan dibangun oleh masyarakat. Yafeth berharap, apa yang kini ia kerjakan dapat menjadi contoh nyata bagi anak muda lain untuk berjuang menjadi tuan di tanah sendiri melalui wirausaha.
Dalam menjalankan usaha Highland Roastery, Yafeth memberdayakan sekitar 10 petani di lima kabupaten di Jayapura. Selain itu, ada tujuh karyawan yang membantu di bagian distribusi dari petani ke bagian pengolahan.
”Harapannya, tempat saya bisa jadi tempat berbagi pengalaman yang menghasilkan teman-teman berjiwa wirausaha. Saat ini saya melihat ada sedikit tren ke arah sana. Saya ingin menyadarkan bahwa kita juga bisa bersaing,” ucap Yafeth.
Peranan UMKM
Dalam artikel ”Analisis Program Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan pada UMKM di Kota Mataram” yang terbit pada 2019, dikatakan, UMKM sangat berperan dalam mengurangi tingkat pengangguran. Selain itu, UMKM juga dapat memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang potensial di suatu daerah yang belum diolah secara komersial.
Penulis artikel, Desi Suryati dan Baiq Salkiah dari Universitas Nahdatul Wathan Mataram, mencatatkan, penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan UMKM, termasuk petani dan nelayan kecil, merupakan prioritas utama dalam mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan. Butuh dukungan agar keterbatasan mereka dapat menjadi berdaya.
Pemberdayaan kegiatan ekonomi rakyat sangat terkait dengan upaya menggerakkan perekonomian perdesaan. Perlu ada percepatan pembangunan perdesaan, termasuk daerah terpencil, daerah minus, daerah kritis, daerah perbatasan, dan termasuk daerah terbelakang lainnya.
”Pembangunan prasarana perdesaan dalam mendukung pengembangan keterkaitan desa-desa sebagai bentuk jaringan produksi dan distribusi yang saling menguntungkan dapat membuat masyarakat lebih produktif. Semua ini harus dikelola secara adil, transparan, dan produktif dengan mengutamakan hak-hak rakyat setempat,” ujar penulis.
Pola pikir masyarakat yang sering kali mengikuti tren sehingga memudahkan mengganti jenis usaha juga menjadi persoalan bagi UMKM dalam membangun usaha. Hal lain yang perlu dipahami, yaitu masih kurangnya penyerapan dan penggunaan teknologi sehingga sistem penjualan masih bersifat konvensional dan kurang menjangkau pasar.