Koperasi dicita-citakan sebagai sokoguru perekonomian nasional.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19, koperasi unjuk gigi sebagai model perekonomian rakyat dengan nilai gotong royong yang dapat bertahan. Untuk memperkuat ketahanan tersebut, penyaluran permodalan dan digitalisasi berperan krusial.
Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki, koperasi menjadi salah satu penyelamat perekonomian di tengah tekanan pandemi Covid-19. ”Saat-saat seperti ini menjadi momentum menunjukkan ’wajah’ koperasi nasional yang dicita-citakan, yakni semangat gotong royong,” katanya pada diskusi dalam jaringan yang diadakan Ikatan Alumni Universitas Diponegoro dalam rangka Hari Koperasi Nasional Ke-73, Minggu (12/7/2020).
Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan, per 31 Desember 2019, jumlah koperasi yang ada di Indonesia mencapai 123.048 unit dengan total 22,46 juta anggota.
Untuk memperkuat akses pendanaan bagi koperasi di masa pandemi, Teten menyebutkan, pemerintah telah menambah suntikan dana Rp 1 triliun kepada Lembaga Pengelolaan Dana Bergulir (LPDB). ”Gangguan likuiditas turut dialami koperasi. Utamanya, koperasi simpan-pinjam yang anggota-anggotanya sedang kesulitan membayar cicilannya,” ujarnya.
Sejak tahun ini, Teten mengatakan, LPDB telah direformasi sebagai lembaga dengan model pendekatan modal ventura, bukan perbankan. Prosedur pengajuannya pun sudah disederhanakan dari 12 tahap menjadi tiga tahap.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koperasi periode 1993-1998 Subiakto Tjakrawerdaya menuturkan, koperasi dicita-citakan sebagai soko guru perekonomian nasional dengan pendekatan tanggung renteng. Artinya, koperasi membentuk jaringan dari hulu ke hilir hingga ke tingkat nasional, bahkan global, dengan modal ekonomi dan sosial yang dimiliki.
Sementara ittu, Koordinator Presidium Perhimpunan Ikatan Alumni Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Maryono menilai, koperasi menjadi salah satu aset perekonomian bangsa dengan prinsip ekonomi berbagi. Oleh karena itu, jaringan koperasi mesti diperkuat, utamanya untuk memanfaatkan aliran pasokan dari desa ke kota.
Selain akses permodalan, digitalisasi juga berperan dalam menguatkan peran koperasi di tengah pandemi Covid-19. Menurut anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Tirta Segara, digitalisasi dimulai dari elektronifikasi pencatatan laporan keuangan dan transaksi di koperasi.
Koperasi dicita-citakan sebagai soko guru perekonomian nasional dengan pendekatan tanggung renteng.
Teten mengatakan, digitalisasi membuat koperasi berkesempatan memperluas akses pasar. Selain itu, digitalisasi juga mendorong koperasi membangun proses bisnis yang akuntabel dan efisien.
Koperasi pangan
Secara spesifik, Teten menyatakan, pemerintah tengah membangun koperasi di sektor pangan, terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19. ”Kami sedang membentuk model koperasi pangan di perhutanan sosial. Setiap kepala keluarga mendapatkan 2 hektar,” ujarnya.
Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Riza Damanik menambahkan, lahan tersebut berasal dari 4 juta hektar dan bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dalam menggarap lahan itu, pemerintah menggandeng PT Perhutani.
Berdasarkan data yang dihimpunnya, Riza memaparkan, koperasi di sektor pangan saat ini berjumlah 11 persen dari total koperasi yang ada. Kontribusinya pada volume usaha koperasi secara total berkisar 7,25 persen.