Rempah Berpeluang Masuk ke Mesir dan India lewat Jalur Daring
Rempah-rempah Nusantara berpeluang masuk ke pasar Mesir dan India melalui jalur daring di platform e-dagang. Namun, eksportir mesti memperhatikan mutu serta syarat nontarif, seperti keamanan pangan.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku rempah-rempah Tanah Air berpeluang mengekspor produknya ke Mesir dan India melalui kanal dalam jaringan. Agar peluang itu dapat dimanfaatkan secara optimal, standardisasi produk mesti menjadi perhatian.
Atase Perdagangan Kairo, Mesir, Irman Adi menuturkan, 41 persen pasar konsumen yang ada di Mesir berada di kelompok usia kurang dari 25 tahun. ”Karena konsumen berada di golongan muda, (eksportir) disarankan memanfaatkan kanal digital,” ujarnya saat diskusi daring, Rabu (8/7/2020).
Terkait dengan rempah-rempah di Mesir, Irman menilai, Indonesia menjadi salah satu unggulan. Rempah dari Indonesia biasanya menjadi campuran penambah cita rasa pada kopi yang diminum masyarakat Mesir.
Berdasarkan data yang dihimpun Atase Perdagangan Kairo, rempah-rempah yang paling banyak diekspor Indonesia ke Mesir ialah cengkeh, kayu manis, pala, lada, dan jahe. Sepanjang Januari-April 2020, nilai ekspor keempat komoditas itu secara berturut-turut mencapai 1,12 juta dollar Amerika Serikat (AS), 181.000 dollar AS, 100.000 dollar AS, 13.000 dollar AS, dan 6.000 dollar AS.
Pada komoditas pala, Indonesia menempati posisi kedua di Mesir setelah Guatemala sepanjang 2015-2019. Adapun cengkeh Indonesia menjadi nomor satu yang mengisi pasar Mesir pada periode yang sama.
Dalam mengekspor rempah-rempah ke Mesir, pelaku usaha mesti menyiapkan dokumen legal yang lengkap. ”Pihak Mesir sangat detail mengenai kualitas produk dan negosiasi harga. Mereka akan memantau dari proses pemilihan barang, kontainer, hingga pengiriman. Ini patut menjadi perhatian,” tuturnya.
Sama seperti Mesir, Ketua Indonesian Trade Promotion Center Chennai, India, Kumara Jati menyarankan, pelaku usaha rempah Indonesia memanfaatkan penjualan secara daring di platform e-dagang (e-commerce) India. ”Penjualannya dapat dengan merek dagang sendiri sehingga menarik pasar premium atau bentuk bulk (curah) yang tidak menyertakan merek untuk menjangkau pasar lainnya,” katanya dalam kesempatan yang sama.
Daftar laman e-dagang India yang ditampilkan terdiri dari www.amazon.in, www.indiamart.com, www.tradeindia.com, india.alibaba.com, dan www.olx.in. Adapun jumlah penduduk India yang mencapai 1,3 miliar jiwa dengan konsumsi rempah rata-rata 3,25 kilogram (kg) per kapita per tahun menjadi potensi pasar bagi Indonesia.
Berdasarkan data yang dipresentasikan, ekspor rempah Nusantara ke India didominasi cengkeh, pala, dan lada. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan negara lainnya, rempah Indonesia menempati ranking kedua setelah Vietnam di pasar India.
Sementara itu, Kumara menyebutkan, ekspor rempah Indonesia ke India tidak mengalami hambatan tarif lantaran adanya perjanjian perdagangan bebas antara India dan ASEAN. Rempah dari Indonesia dikeluarkan dari daftar komoditas yang dikenakan tarif most favoured nation (MFN).
Meskipun demikian, Kumara meminta pelaku rempah Tanah Air memperhatikan kebijakan-kebijakan nontarif yang tergolong ketat di India. Misalnya, pemenuhan standar yang ditentukan oleh Food Safety and Standards India yang menyoroti aspek kualitas bahan baku, klaim kesehatan, distribusi, dan penyimpanan, proses pembuatan produk, serta pelabelan.
Tak hanya menyasar ke kedua negara tersebut, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Kasan menyatakan, Indonesia perlu menggarap peluang ekspor rempah olahan yang digunakan industri di pasar-pasar lainnya. Contohnya, vanila olahan yang dimanfaatkan oleh industri es krim di Australia, Selandia Baru, serta negara-negara di kawasan Amerika Utara dan Uni Eropa.