Kolaborasi antara pelaku usaha kuliner dan layanan pesan antar makanan secara digital semakin dibutuhkan untuk membantu usaha tetap bertahan. Transformasi digital bagi pelaku usaha pun menjadi urgen dilakukan.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Layanan pesan antar makanan secara digital dalam fase normal baru di tengah pandemi Covid-19 dinilai semakin dibutuhkan oleh masyarakat. Peluang ini dapat menjadi kesempatan bagi para pelaku usaha kuliner untuk berkolaborasi dengan penyedia jasa.
Hasil survei Smesco Indonesia, sektor makanan olahan menjadi sektor yang paling terdampak akibat Covid-19. Berdasarkan survei yang dilakukan pada 31 Maret-20 April 2020, dari 722 responden yang merupakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebesar 35,6 persen terdampak Covid-19.
Asosiasi UMKM pun mencatat, ada peningkatan jumlah pelaku usaha yang bertransformasi ke digital selama masa pandemi Covid-19 dari 13 persen menjadi 25 persen. Namun, jika dilihat secara jumlah, baru sekitar 16 juta pelaku UMKM dari total 64,19 juta pelaku usaha yang sudah masuk dalam pasar digital.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki menyampaikan, pelaku usaha yang dapat bertahan dan bertumbuh dalam masa kenormalan baru adalah mereka yang sudah terhubung dengan dunia digital. Perlu juga ada adaptasi dan inovasi produk untuk menyesuaikan permintaan pasar.
”Ke depan, bukan hanya belanja di marketplace yang akan menjadi tren, melainkan bagaimana pengolahannya juga menjadi hal penting. Sebab, digitalisasi bukan hanya untuk memperluas pasar, melainkan mendorong proses bisnis agar lebih efisien dan berdaya saing,” kata Teten, Senin (29/6/2020).
Paparan ini dibahas dalam dialog webinar bertemakan ”Resep UMKM Kuliner Bangkit Bersama GoFood”. Acara yang diadakan oleh Gojek juga menghadirkan narasumber, antara lain Chief Food Officer Gojek Group Catherine Hindra; chef sekaligus praktisi bisnis kuliner, Arnold Poernomo; dan perwakilan mitra merchant Pempek Pistel Kiarin di Bandung, Dodi Sandra.
Terhubungnya pelaku usaha dengan digital dinilai akan menjadi aset untuk memperluas pasar. ”Maka, transformasi digitalisasi UMKM harus dipercepat dengan terus memanfaatkan usaha online,” kata Teten.
Lebih lanjut, Teten menyampaikan, dalam kondisi ini tidak hanya semata-mata menjual produk. Namun, pelaku usaha harus memperhatikan bagaimana menjamin kebersihan proses pengolahan, pengemasan, hingga pengiriman, dan pembayaran secara digital.
Arnold Poernomo menilai, penerapan protokol kebersihan menjadi standar dalam menyajikan makanan. Terlebih di masa Covid-19, konsumen akan semakin selektif dengan makanan yang dipilihnya.
”Saya selalu mengingatkan kepada teman-teman agar tidak lalai untuk tetap menerapkan kebersihan mulai dari cuci tangan, pakai masker, dan penggunaan hand sanitizer. Semua ini harus diterapkan bukan sebagai rutinitas, tetapi kedisiplinan agar kita lebih bersih dan sehat,” kata Arnold.
Kolaborasi
Catherine Hindra Sutjahyo menyampaikan, peningkatan omzet layanan antar pesan makanan di GoFood mencapai 20 persen dalam dua bulan terakhir. Untuk itu, penerapan protokol operasional kesehatan dari hulu hingga ke hilir penting dilakukan.
”Ada informasi kesehatan dari para driver Gojek kami yang dapat dilihat oleh konsumen ketika memesan makanan. Melalui posko aman Gojek, para driver sudah dicek suhu tubuh, disinfektan kendaraan, dan dibagikan masker serta hand sanitizer,” kata Catherine.
Adapun layanan pengantaran tanpa kontak dan pembayaran nontunai merupakan inovasi yang disesuaikan dengan perilaku baru konsumen. Bagi konsumen yang ingin mengambil makanan secara mandiri di outlet juga bisa menggunakan layanan GoFood pickup sehingga tidak perlu antre.
Bantuan GoFood dalam mengembangkan UMKM salah satunya dirasakan oleh Dodi Sandra yang bergabung sejak akhir 2019. Usaha pempek yang ia rintis di Bandung kini sudah berkembang menjadi usaha warung ayam dan juga makanan ringan, cireng.
”Jualan online di masa sekarang membantu sekali karena konsumen yang makan di tempat sangat berkurang. Omzet saya awalnya turun hingga 70 persen karena Covid-19, tetapi karena pempek saya ada di GoFood, penjualan tetap berjalan bahkan berangsur pulih,” kata Dodi.
Dapur bersama
Inovasi pun terus hadir untuk membantu 500.000 pelaku UMKM yang sudah tergabung menjadi partner GoFood. Catherine menyampaikan, untuk membantu UMKM untuk naik kelas, salah satunya dengan menghadirkan layanan Dapur Bersama.
Sejak dimulai pada Oktober 2019, layanan Dapur Bersama sudah memiliki 27 outlet yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, dan Medan. Melalui layanan ini, para partner GoFood dapat memperluas pasarnya.
”Jadi, kami bantukan cari lokasi dengan permintaan tinggi, tetapi belum ada outlet makanan dengan jarak yang dekat. Di situ kami membangun Dapur Bersama untuk memberikan akses kepada UMKM membuka usahanya,” kata Catherine.
Para pelaku usaha yang tertarik, kata Catherine, dapat membuka outlet barunya dengan sistem bagi hasil. Segala peralatan dasar untuk memasak pun sudah disediakan oleh GoFood.
Harapannya, melalui adanya Dapur Bersama, para pelaku UMKM dapat tetap mempertahankan dan mengembangkan usaha tanpa modal yang besar. Bagi konsumen pun dapat lebih terlayani dengan makanan-makanan yang tersedia dengan jarak dekat.