Covid-19, Momentum Capai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Pandemi Covid-19 memberi peluang untuk tetap mencapai agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030. Namun, perlu koordinasi dan koherensi berbagai tindakan nasional serta kemitraan global yang lebih kuat.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
Percepatan berbagai upaya guna mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dinilai dapat memulihkan kondisi negara dari dampak pandemi coronavirus disease atau Covid-19. Untuk itu, diperlukan rencana dan keputusan yang berpusat pada tujuan-tujuan tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menilai, terdapat beragam risiko besar terhadap kegagalan untuk bertindak cepat dan terkoordinasi. Meskipun masih belum jelas dampak terburuk akibat Covid-19, berbagai penilaian awal menunjukkan dampak serius.
Mengutip dari Rekomendasi Kebijakan PBB ”Achieving the SDGs (Sustainable Development Goals) through the Covid-19 response and recovery”, Rabu (24/6/2020), produk domestik bruto (PDB) global diperkirakan turun 5,2 persen pada 2020. Ini merupakan penurunan terbesar dalam kegiatan ekonomi sejak Depresi Besar dan jauh lebih buruk daripada krisis keuangan global tahun 2008-2009.
Sekitar 35 juta orang sampai 60 juta orang juga berisiko terdorong ke dalam kemiskinan ekstrem. Sebanyak 1,6 miliar orang yang bekerja di sektor informal, termasuk pekerja lepas, diperkirakan berisiko kehilangan mata pencarian, banyak di antaranya tidak memiliki akses ke segala bentuk perlindungan sosial.
Selain itu, ada tambahan 10 juta anak-anak di dunia yang akan menghadapi malnutrisi akut, jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan akut juga dapat meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan pada tahun 2019, yakni naik menjadi 265 juta jiwa. Penutupan sekolah turut memengaruhi lebih dari 90 persen populasi siswa dunia, yaitu sebanyak 1,6 miliar anak dan remaja.
SHARON UNTUK KOMPAS
Social Goals Summit 2018 bertemakan ”Our City: Live/Work/Play” menjadi salah satu bagian mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030.
Begitupun dengan keadaan ketenagakerjaan Indonesia, jumlah pekerja yang kehilangan pekerjaan akibat Covid-19, per 4 Mei 2020, tercatat mencapai 1.722.956 orang. Skenario peningkatan penganggur diperkirakan dari 2,92 juta orang hingga 5,23 juta orang.
Jumlah ini belum termasuk data Badan Pusat Statistik yang mencatat ada 7,05 juta penganggur terbuka per Agustus 2019. Selain itu, 8,14 juta orang saat ini sudah setengah menganggur dan 28,41 juta orang pekerja paruh waktu.
Dengan begitu, setiap keputusan yang diambil sekarang akan membentuk beragam konsekuensi di masa depan. Rekomendasi kebijakan tersebut memperingatkan, jika tanggapan-tanggapan coronavirus ini bersifat ad hoc, kekurangan dana, dan tidak mempertimbangkan tujuan jangka panjang, kemajuan selama puluhan tahun menuju pembangunan berkelanjutan akan mengalami kemunduran.
Sebagai contoh, SDGs sejauh ini telah membantu meningkatkan akses ke layanan kesehatan yang berkualitas (SDG 3) dan menjamin akses internet untuk sekolah dan pekerjaan (SDG 9).
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Pekerja melepas lelah setelah membersihkan taman di Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (16/4/2020).
Guna mendukung SDGs tetap berjalan, negara-negara harus memprioritaskan berbagai tindakan. Beberapa di antaranya, yakni melindungi kemajuan yang telah dibuat menuju SDGs, mempercepat penyediaan layanan dasar yang berkualitas, dan mempertahankan kemajuan lingkungan.
Rekomendasi tersebut menyiratkan, masih ada kemungkinan untuk mewujudkan tujuan-tujuan global. Namun, diperlukan koherensi dan koordinasi berbagai tindakan nasional yang lebih baik, serta kemitraan global yang lebih kuat bagi pembangunan.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyampaikan, perubahan ini dapat menjadi awal dari proses membentuk dunia menjadi lebih baik. Komunitas global harus melangkah lebih jauh, mengambil langkah-langkah aktif untuk menyelaraskan pemulihan dengan pembangunan berkelanjutan.
”Covid-19 telah menggagalkan berbagai rencana dan mengalihkan fokus dari perencanaan jangka panjang ke berbagai kebutuhan mendesak. Namun, krisis ini menggarisbawahi perlunya berpikir jangka panjang, membangun ketahanan, dan meminimalkan dampak krisis di masa depan,” ujar Guterres.
Siapkan peta jalan
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjaja Kamdani menyampaikan, Covid-19 telah membuat banyak perusahaan bertransformasi, mengevaluasi model bisnis, mulai dari bisnis proses hingga strategi bisnis ke depan.
Kompas/AGUS SUSANTO
Warga mencari ikan di Kali Ciliwung di Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (19/2/2020).
”Sebenarnya ini momentum yang baik bagi perusahaan untuk sejalan dengan SDGs karena selama ini perusahaan melihat SDGs hanya sebagai CSR (tanggung jawab sosial perusahaan), padahal seharusnya lebih dari itu. Model bisnis harus bisa sejalan dan terintegrasi dengan tujuan pembangunan berkelanjutan,” katanya.
Shinta, yang juga pemilik Sintesa Group, mengatakan, para pelaku usaha perlu melihat tujuan apa yang sesuai dari ke-17 tujuan pembangunan berkelanjutan untuk menjadi fokus menjalankan model bisnis. Peta jalan juga perlu dibuat untuk memastikan proses bisnis sejalan dengan poin-poin dalam SDGs.
Sebagai contoh, kata Shinta, dalam peta jalan yang disusun, salah satunya Sintesa Group kini lebih berfokus pada tujuan ke-3, yaitu memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua usia. Tujuan ini dicapai dengan memastikan karyawan memiliki kesehatan yang baik melalui penerapan protokol kesehatan.
”Hal penting juga buat kami, Sintesa Health sekarang sudah menjadi bagian dari upaya mendukung kesehatan masyarakat. Melalui upaya ini, kami menjadi lebih fokus menjalankan model bisnis untuk mencapai tujuan ke-3,” kata Shinta.
Meski demikian, Shinta mengakui belum banyak perusahaan di Indonesia yang sudah menginvestasikan lebih pada SDGs. Biaya tinggi menjadikan salah satu alasan mengapa pelaku usaha tidak menerapkan SDGs.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Pencari kerja memadati lokasi Job Market Fair dan Pameran Kewirausahaan di JX International, Surabaya, Rabu (11/9/2019).
”Terkadang, para pelaku usaha Indonesia melihat SDGs ini perlu modal yang tidak sedikit sehingga prioritas SDGs tingkatannya belum terlalu tinggi. Makanya, kami terus promosi dan sosialisasi kepada mereka untuk melihat tidak hanya jangka pendek, tetapi jangka panjang,” kata Shinta.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 diharapkan dapat menjadi obat pencegah terhadap berbagai guncangan di masa depan. Untuk itu, kebijakan harus berpusat untuk pada pembangunan berkelanjutan agar tidak ada seorang pun yang tertinggal.