Sejumlah platform digital mitra pemerintah meraih keuntungan ganda dari program Kartu Prakerja. Selain menjadi platform mitra, mereka juga merangkap sebagai lembaga pelatihan.
JAKARTA, KOMPAS - Program Kartu Prakerja yang menjadi salah satu bagian dari jaring pengaman sosial selama masa pandemi Covid-19 telah berjalan hingga tiga gelombang. Berdasarkan data Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja, dalam waktu sekitar satu bulan, jumlah pendaftar mencapai 10,4 juta orang.
Per 14 Mei 2020, terdapat 228 lembaga dengan lebih dari 3.000 jenis pelatihan ditawarkan program Kartu Prakerja melalui delapan platform digital. Penelusuran Kompas pada delapan platform digital selama 4-31 Mei menemukan, sejumlah lembaga pelatihan yang dijajakan dalam etalase delapan platform digital merupakan entitas yang sama atau berhubungan dengan perusahaan.
Skill Academy, misalnya, dari total 95 kelas pelatihan yang disediakan, 50 di antaranya terafiliasi dengan Ruangguru yang merupakan pengelola Skill Academy. Sebanyak 13 kelas juga diampu oleh jajaran pimpinan Ruangguru dari level pemegang saham, hingga manajer. Akan tetapi, mayoritas tidak menuliskan keterangan posisinya di Ruangguru pada bagian identitas.
Di platform Pintaria, dari 129 kelas pelatihan, terdapat 29 kelas yang diampu oleh HarukaEDU. Pelatihan yang diselenggarakan induk usaha Pintaria itu setidaknya terbagi dalam tiga bidang, yaitu teknologi informasi, pemasaran, dan pembuatan daftar riwayat hidup (CV).
Keterkaitan antara lembaga pelatihan dan platform digital juga tampak di Sekolah.mu. Sebanyak 20 dari total 97 kelas yang tersedia di platform milik Najelaa Shihab itu berasal dari Sekolah.mu. Beberapa lembaga lain juga terafiliasi dengan Najelaa beserta keluarga.
Contohnya, Kampus Guru Cikal, Sekolah Cikal, dan Rencanamu, yang didirikan dan dipimpin Najelaa. Ada pula Pusat Studi Al-Quran dan Cariustadz.id, yang didirikan ayah Najelaa, Quraish Shihab.
Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari dalam perbincancangan daring di akun Instagram Kartu Prakerja, 18 Mei lalu, mengatakan, platform digital memang bukan lembaga pelatihan. “Lembaga pelatihan itu bisa mendaftar lewat platform digital. Jadi, pelatihan bukan dilakukan oleh yang delapan ini,” kata dia.
Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Guntur Saragih mengakui, ada potensi pelanggaran persaingan usaha di dalam program Kartu Prakerja.
Hal ini masih diteliti lebih lanjut oleh tim khusus dari KPPU. Potensi pelanggaran persaingan usaha ini terindikasi dari adanya integrasi vertikal dalam model bisnis Kartu Prakerja, karena platform digital merangkap juga sebagai lembaga pelatihan lewat anak perusahaan yang mereka miliki.
“Model bisnis itu sendiri tidak bermasalah, asalkan persaingan untuk badan usaha lain tetap dibuka dan tidak dihambat. Kita masih dalami lagi soal ini karena butuh pembuktian,” ujar Guntur, Selasa (16/6).
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai, keterkaitan dan keberadaan sejumlah lembaga pelatihan dalam satu lini bisnis dengan platform digital mengindikasikan persaingan usaha yang tidak sehat. Sebab, model itu berpotensi memperbesar porsi keuntungan pada rombongan platform digital dan mempersempit lingkup perputaran uang.
Sesuai prosedur
Chief Partnership Officer PT Haruka Evolusi Digital Utama (HarukaEDU) Gerald Ariff mengakui, terdapat sejumlah pelatihan yang diselenggarakan sendiri oleh Pintaria. Porsinya sekitar 10 persen dari total sekitar 200 lembaga pelatihan mitra.
Direktur Utama PT Sekolah Integrasi Digital (Sekolah.mu) Najelaa Shihab mengatakan, sebanyak 130 lembaga pelatihan yang menyediakan pelatihan Prakerja di Sekolah.mu merupakan hasil kurasi dari total 1.200 mitra Sekolah.mu. Selain bersedia, telah dikurasi oleh perusahaan, 130 lembaga itu juga sudah dikurasi Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja.
Ia menolak anggapan jika lembaga pelatihan yang dimilikinya dan keluarganya terlibat konflik kepentingan untuk tergabung dalam ekosistem Prakerja. “Kan tetap semuanya, mau ada afiliasi sama saya (atau tidak), misalnya Pusat Studi Alquran karena ayah saya yang mendirikan, tetapi tetap sudah melalui proses kurasi yang sama kok,” tegas Najelaa.
Public Relation Lead Ruangguru Sekar Krisnauli mengatakan, baik individu maupun lembaga yang menjadi mitra pelatihan Skill Academy telah diverifikasi dan dikurasi oleh Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja. “Proses kurasi berdasarkan kajian sesuai dengan kondisi saat ini, penilaian terhadap materi dan tingkat kesulitan penyelesaian kelas,” katanya.
Sementara itu, CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin mengatakan, Bukalapak berperan sebagan marketplace, platform bagi lembaga pelatihan yang akan menawarkan kelasnya kepada para peserta Prakerja. Semua lembaga berhak menawarkan kelasnya, asalkan mengacu pada peraturan pemerintah.
”Kelas dan lembaga yang menawarkan pelatihan di Bukalapak ini tentunya sudah melalui beberapa verifikasi termasuk dari pemerintah,” kata dia.
Baik Ruangguru, Pintaria, maupun Sekolah.mu pun menekankan, meski program Kartu Prakerja sudah berlangsung selama tiga gelombang, dan pelatihan terus berjalan, platform digital sama sekali belum menerima uang dari pemerintah.