Ekosistem Digital Buka Peluang Usaha bagi Pensiunan
Ekosistem Kios Warga merupakan model bisnis yang mengandalkan perputaran ekonomi di permukiman. Warung tradisional merupakan kekuatan ekonomi rakyat yang sudah lama ada.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aparatur sipil negara atau ASN dapat membuka usaha pada masa pesiunnya. Kegiatan wirausaha ini dapat membuat mereka tetap produktif sekaligus menjaga daya perputaran ekonomi dari permukiman.
Peluang usaha itu terwujud melalui program Kios Warga, layanan PT Taspen (Persero) yang bekerja sama dengan PT Jaring Sistema Semesta (JSS) sebagai konsolidator penyedia barang dan jasa. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bergabung dalam ekosistem Kios Warga mendapatkan fasilitas pembiayaan usaha kios dengan margin harga produk mencapai 18 persen dan layanan pembayaran tagihan secara daring (payment point online bank/PPOB).
Fasilitas lain yang didapat adalah aplikasi penjualan dan aplikasi pemesanan. Dengan demikian, proses bisnis dapat ditinjau secara standar perbankan untuk memperoleh kredit serta pembayaran dengan kode respons cepat (QR).
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki menilai ekosistem Kios Warga merupakan model bisnis yang mengandalkan perputaran ekonomi di permukiman. ”Warung tradisional merupakan kekuatan ekonomi rakyat yang sudah lama ada, bahkan sebelum kehadiran ritel modern,” katanya saat acara peluncuran Kios Warga secara daring, Rabu (10/6/2020).
Ekosistem Kios Warga merupakan model bisnis yang mengandalkan perputaran ekonomi di permukiman.
Menurut Teten, Kios Warga dapat membuat warung tradisional sebagai salah satu bentuk usaha mikro memiliki daya saing jika mesti berhadapan dengan jaringan ritel modern. Layanan sumber suplai barang dagangan dengan harga bersaing, pengelolaan inventori dengan sistem digital, dan pembayaran digital menjadi nilai tambah bagi kios-kios tradisional itu.
Selain itu, jaringan kios dalam ekosistem Kios Warga juga dapat menjadi offtaker atau penyerap produk-produk UMKM dan koperasi di sekitarnya. Pelaku UMKM dan koperasi tersebut berpeluang memiliki jaringan pasar dan promosi.
”Oleh sebab itu, ekosistem digital tersebut memberikan dampak berganda,” ujarnya.
Dari sisi modal pembiayaan bagi pensiunan ASN yang ingin membuka kios dalam ekosistem Kios Warga, Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI Catur Budi Harto mengatakan, BRI menyiapkan penyaluran dana dalam skema BRIguna maupun kredit usaha rakyat. ”Hal ini merupakan upaya kami agar UMKM dapat lebih produktif dan memiliki daya tawar,” katanya.
Selain itu, Catur menyebutkan, BRI juga membantuk para pemilik kios untuk menjual produk-produk UMKM binaan BRI. Pemilik kios pun berkesempatan untuk menjadi agen BRILink untuk mendekatkan masyarakat sekitar pada layanan perbankan.
Pemilik kios pun berkesempatan menjadi agen BRILink untuk mendekatkan masyarakat sekitar pada layanan perbankan.
Direktur Utama PT Taspen Antonius Kosasih mengemukakan, program Kios Warga menjadi alternatif kegiatan wirausaha bagi para pensiunan. Dengan berwirausahaa, para pensiunan tetap dapat berdaya dan menjaga kesejahteraannya.
Penghasilan
Sri, pemilik kios dalam ekosistem Kios Warga di Cirebon, Jawa Barat, mengaku telah memulai usaha sejak Maret lalu dengan modal mandiri Rp 25 juta. Kini, omzet dari kiosnya mencapai Rp 25 juta-Rp 30 juta per bulan.
Ekosistem Kios Warga membuatnya memperoleh suplai barang dengan harga bersaing melalui aplikasi daring. ”Saya pun dapat mempekerjakan karyawan, menggajinya, dan memberikan tunjangan hari raya,” ujarnya.
Banjar, pemilik kios Kios Warga di Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyatakan, usahanya membuatnya tetap produktif meski sudah pensiun. Dia mendapatkan omzet sebesar Rp 3,5 juta-Rp 4 juta per bulan.
Sementara Sinta, karena memiliki lapak tak terpakai, pemilik kios Kios Warga di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, itu tertarik bergabung. Dia mendapatkan omzet sebesar Rp 500.000-Rp 700.000 per hari dari kiosnya.