Perindo merencanakan penyerapan hasil tangkapan nelayan dan hasil budidaya petambak di enam wilayah, yakni Natuna, Tahuna, Ternate, Bacan, Merauke, dan Sulawesi Selatan.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perum Perikanan Indonesia menargetkan penyerapan produk perikanan hasil tangkapan nelayan dan pembudidaya ikan sebesar 3.000 ton setiap bulan. Ini dalam rangka meningkatkan daya beli nelayan dan pembudidaya ikan.
Direktur Utama Perum Perikanan Indonesia (Perindo) Farida Mokodompit mengatakan, pihaknya mendapat penugasan Menteri Badan Usaha Negara Milik Negara untuk menyerap produk perikanan. Produk ikan yang akan diserap, meliputi tongkol, ikan kembung, ikan cakalang, dan ikan hasil budidaya dari petambak.
Penyerapan ikan 3.000 ton per bulan membutuhkan dana yang tidak sedikit sehingga dukungan sumber pembiayaan akan sangat membantu. ”Dukungan pembiayaan diperlukan untuk meningkatkan kapasitas pembelian hasil tangkapan nelayan dan hasil budidaya petambak,” katanya, dalam siaran pers, Rabu (13/5/2020).
Penyerapan ikan 3.000 ton per bulan membutuhkan dana yang tidak sedikit sehingga dukungan sumber pembiayaan akan sangat membantu.
Kementerian BUMN memberikan opsi sumber pembiayaan berupa pinjaman bank Himbara, serta Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU LPMUKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Untuk tahap awal, Perindo merencanakan penyerapan hasil tangkapan nelayan dan hasil budidaya petambak di enam wilayah, yakni Natuna, Tahuna, Ternate, Bacan, Merauke, dan Sulawesi Selatan. Dalam kurun Januari-April 2020, Perum Perindo menyerap 1,6 juta kg ikan atau 1.832 ton.
Permintaan ikan kaleng
Sementara permintaan produk ikan kaleng selama Ramadhan 2020 melonjak hingga sekitar 200 persen. Peningkatan ini menyerupai situasi di tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19 mendera.
Ketua Harian Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (APIKI) Ady Surya mengemukakan, permintaan ikan masyarakat Indonesia terus meningkat di masa pandemi Covid-19, terutama permintaan produk ikan kaleng. APIKI telah melakukan konsolidasi stok ikan nasional untuk mengutamakan pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
”(Peningkatan permintaan) ini meskipun mungkin sifatnya temporer, tetapi diharapkan bisa menjadi momentum mengembalikan kepercayaan publik dan kecintaan terhadap produk ikan kaleng Indonesia,” katanya saat dihubungi dari Jakarta, beberapa waktu lalu.
Peningkatan konsumsi ikan sejalan dengan ajakan Presiden Joko Widodo untuk terus mengonsumsi ikan karena dapat meningkatkan daya tahan dan immunitas tubuh di masa pandemi Covid-19.
Peningkatan permintaan ini, meskipun mungkin sifatnya temporer, diharapkan bisa menjadi momentum mengembalikan kepercayaan publik dan kecintaan terhadap produk ikan kaleng Indonesia.
Meskipun terjadi peningkatan permintaan produk ikan kaleng, pihaknya berkomitmen tidak akan menaikkan harga jual produk tersebut. Industri pengalengan ikan juga dinilai siap memasok kebutuhan masyarakat dan menopang ketahanan pangan.
Ady menambahkan, di tengah kenaikan permintaan, pihaknya berharap dukungan pemerintah untuk menjaga suplai bahan baku ikan dan pembenahan di sektor hulu. Di samping itu, industri padat karya itu juga diharapkan memperoleh fasilitas bebas bea masuk untuk komponen impor penunjang industri, yakni kaleng (tinplate), pasta, dan tepung pengental.
Secara terpisah, Sekretaris Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Kementerian Kelautan dan Perikanan Berny Subkhi mengemukakan, stok ikan untuk Ramadhan hingga Lebaran dinilai cukup memadai.
Direktur Logistik Kementerian Kelautan dan Perikanan Innes mengemukakan, pihaknya tengah mendata kapasitas gudang pendingin ikan yang kosong untuk membantu mengatasi atau menyimpan kelebihan produksi di daerah tertentu. Di 10 provinsi, kapasitas penyimpanan di gudang pendingin ikan yang belum termanfaatkan mencapai 1,4 juta ton.
Sementara itu, dari hasil pendataan terhadap 568 perusahaan perikanan, stok ikan sebesar 109.035 ton. Adapun kapasitas gudang pendingin yang masih bisa dimanfaatkan sebesar 239.161 ton.