Realisasi investasi domestik Jateng pada triwulan I-2020 sebesar Rp 14,63 triliun atau meningkat 49,74 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Di tengah hantaman Covid-19 pada perekonomian, Jawa Tengah memiliki harapan dengan tumbuhnya penanaman modal dalam negeri. Hal itu menjadi peluang baru saat penanaman modal asing sedang terhambat.
Menurut data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jateng, Selasa (28/4/2020), realisasi investasi di Jateng pada triwulan I-2020 ialah Rp 19,25 triliun. Jumlah itu hanya 71 persen dari target Rp 26,99 triliun untuk periode tersebut.
Dari capaian pada triwulan I tersebut, penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 14,63 triliun atau meningkat 49,74 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Sementara penanaman modal asing (PMA) sebanyak Rp 4,62 triliun atau anjlok 60,34 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2019.
Investasi PMDN Jateng pada triwulan I-2020 menempati urutan ketiga nasional, di bawah Jawa Timur dan Jawa Barat. Sementara investasi PMA Jateng berada di posisi ke-12 nasional.
Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian Penanaman Modal DPMPTSP Jateng Didik Subiyantoro, Selasa, mengatakan, sejumlah sektor penopang peningkatan investasi PMDN Jateng ialah transportasi, gudang, dan telekomunikasi; listrik, gas, dan air; industri mineral nonlogam; serta industri makanan.
”PMDN didominasi oleh usaha menengah dan kita ternyata memiliki kekuatan di tengah kondisi seperti ini (pandemi Covid-19). Ini disebabkan bahan baku dan pasarnya lokal sehingga tersedia, misalnya industri makanan,” kata Didik.
Kabupaten Tegal, Grobogan, dan Cilacap merupakan tiga daerah utama yang menjadi pilihan investor PMDN pada triwulan I-2020. Dari ketiganya, ada kecenderungan tren peminatan pada Grobogan yang terus meningkat.
Menurut Didik, Grobogan menjadi pilihan lokasi investasi karena strategis dan bebas dari rob atau limpasan air laut, seperti yang kerap terjadi di wilayah pantai utara (pantura) Jateng. ”Industri pakan ternak, kulit sintesis, garmen, dan lainnya mulai mengarah ke Grobogan,” ujarnya.
Peralihan ke APD
Didik menuturkan, sejumlah perusahaan garmen di Jateng juga beralih memproduksi alat pelindung diri (APD), terutama masker. Pengurusan izin penambahan bidang usaha sudah dilakukan 10 perusahaan, antara lain di Kota Semarang serta Kabupaten Semarang dan Sukoharjo.
”Kami membantu perizinannya karena memang ada kemudahan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Berkisar 1-3 hari, izinnya selesai. Selain itu, mereka juga mengurus sertifikasi APD ke Kementerian Kesehatan,” ujarnya.
Sebelumnya, Bupati Semarang Mundjirin menuturkan, pihaknya mendorong pembuatan masker bagi sejumlah industri terdampak Covid-19. Dengan demikian, sebagian tenaga kerja yang dirumahkan setidaknya bisa kembali bekerja.
Hingga akhir pekan lalu tercatat ada 31 perusahaan terdampak di Kabupaten Semarang. Kondisi itu membuat 12.100 pekerja dirumahkan dan 521 pekerja kehilangan pekerjaan. Peralihan produksi dari garmen ke APD menjadi salah satu solusi keberlanjutan usaha bagi industri.
Kepala Bidang Pengelolaan Data dan Informasi DPMPTSP Jateng Sucipto mengatakan, di tengah pandemi Covid-19 telah ada 464 perusahaan terdampak yang melapor ke DPMPTSP Jateng. Mereka terhambat antara lain terkait bahan baku, pasar, dan tenaga kerja.
Menurut dia, upaya yang dilakukan agar investasi tetap berjalan ialah dengan memberi pelayanan dan pendampingan proses melalui berbagai media komunikasi. ”Kami juga mendorong peminatan investor lokal (PMDN) terhadap peluang investasi yang ada,” kata Sucipto.