Menang dengan Bacang
Semasa kecil, Welly merasa terhina dengan julukan "Si Bakcang". Namun, ikhtiar mengembangkan bacang justru membawanya menjadi pemenang kehidupan.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2Ff5d67a01-3721-4c5f-957f-fa7ab7d55b72_jpg.jpg)
Welly Muljono, pemilik usaha Bacang Surabaya ”Asli” Cap Jempol
Benci mungkin akronim dari benar cinta. Welly Muljono, pengusaha dari Surabaya, Jawa Timur, telah membuktikan. Sempat benci, tetapi kemudian benar cinta dengan bacang. Semasa kecil merasa terhina disematkan julukan ”Si Bakcang”. Namun, cibiran itu diubah dengan ikhtiar mengembangkan Bacang Surabaya sehingga menjadi pemenang kehidupan.
Bacang atau bakcang adalah salah satu penganan populer warga China dan peranakannya di seluruh dunia. Kudapan berbentuk limas segi tiga, berbahan beras atau ketan, berisi kombinasi daging, sayur, tahu, dan atau telur, berbungkus daun bambu, dan dikukus atau direbus, ini setua peradaban manusia bumi.
Bacang diyakini telah dibuat sejak tiga milenium lalu semasa kekuasaan Dinasti Zhou di Daratan Tiongkok atau China. Bacang yang berarti berisi daging merupakan salah satu simbol perayaan Peh (Liong) Cun atau Duanwu setiap tanggal 5 bulan 5 kalender Imlek untuk menghormati leluhur.
Leluhur Welly berasal dari daratan ”Negeri Tirai Bambu” yang bermigrasi dan beranak pinak di Surabaya. Nenek dan kakek membangun rumah di Kedungdoro 7 yang kini menjadi basis produksi bacang. Membuat penganan yang mengenyangkan ini menjadi ”keahlian” sang nenek untuk melestarikan resep kuno nan-otentik. Ayahanda, Alim Muljono, meneruskan keterampilan ibunda membuat bacang, terutama demi menyambung nafkah keluarga sejak 1970.
”Sejak pertama kali buat, Papa menyebutnya Bacang Surabaya, dijual keliling, enak dan murah, tetapi tidak pernah berkembang,” ujar Welly di rumah yang menjadi sentra Bacang Surabaya, seusai tahun baru Imlek 2020.
Lulusan pendidikan sarjana ekonomi dari Universitas Katolik Widya Mandala ini sempat emoh meneruskan tongkat estafet usaha ayahanda berjualan bacang karena kurang mendatangkan cuan alias kemakmuran. Namun, pandangan itu berubah saat ibunda, Ninik Diantoro, sakit pada 2007. Ibunda berpesan kepada Welly yang dinilainya cerdas dan kukuh untuk membantu usaha bacang ayahanda.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2Fd0da7bfb-dc21-4b35-b9e3-c0f3c46409db_jpg.jpg)
Bacang Surabaya ”Asli” Cap Jempol yang diproduksi di rumah nomor 23 A Jalan Kedungdoro 7, Surabaya, Jawa Timur.
Meski ragu, lelaki pehobi sepak bola sekaligus pemuja Real Madrid dan Persebaya Surabaya ini menerima amanat ibunda.
”Waktu kecil, saya sempat merasa terhina karena diledek Si Bakcang, tetapi ketika mama berpesan, saya menerimanya sebagai janji bakti saya kepada orangtua,” ujarnya ditemani aroma gurih dan lezat daging babi dan ayam serta kesibukan pegawai membuat penganan yang populer dengan sebutan bacang cap jempol itu.
Selanjutnya, Welly meminta izin mengendalikan secara penuh usaha ayahanda. Ibarat manajer klub sepak bola, si penggila lontong balap, kuliner khas Surabaya, ini membuat sejumlah strategi dan taktik berbekal ilmu ekonomi dari kampus.
Welly berkeliling ”Kota Pahlawan” dan membeli bacang-bacang untuk kemudian disantap bersama keluarga dan dibandingkan dengan buatan ayahanda. Ternyata, harga jual bacang ayahanda separuhnya atau jauh lebih murah. Rasa bacang buatan sendiri juga tak kalah legit dan lezat. Mulai muncul keyakinan bahwa Bakcang Surabaya buatan keluarga bisa bersaing dan menjadi pemenang.
Produksi
Produksi yang rerata 200 bacang per hari ditingkatkan menjadi dua-tiga kali lipat. Welly dan ayahanda berjibaku di dapur untuk pembuatan. Selanjutnya, Welly berkeliling Surabaya mencoba menitipkan bacang ke kedai, restoran, swalayan, hingga ke kelenteng, wihara, pura, dan gereja. Berbagai pameran kuliner di Surabaya dan luar kota dijelajahi untuk mengenalkan Bacang Surabaya.
Bungkus diberi kertas merek ”Cap Jempol” sebagai penanda. Kertas merek itu mengingatkan pada produk plester kesehatan. ”Dulu main ambil saja, tetapi kami modifikasi dengan banyak perbedaan agar tidak menjadi masalah hukum,” ujar Welly.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2Faf4663c7-d0af-4733-a6ed-ca40a4837895_jpg.jpg)
Welly Muljono, pemilik usaha Bacang Surabaya ”Asli” Cap Jempol.
Suami dari Dian Gianti ini ingat perjuangan setengah gila menitipkan bacang di salah satu restoran di Pasar Atom. Setiap hari, Welly datang ke rumah makan itu dan merayu pemilik usaha guna menyewa sepetak meja di atas tabung elpiji. Penolakan dihadapi dengan kegigihan dan ngeyel akut sehingga pemilik kedai besar itu luluh. Tetaplah berusaha meski ditolak berkali-kali sampai hati seseorang luluh dan menerima. Begitu juga cara Welly merebut cinta Dian, istrinya yang jelita kelahiran Ciamis, Jawa Barat, 16 Oktober 1985.
Selain membuat bacang, Welly juga mengembangkan usaha peternakan babi dan ayam. Welly mengambil alih beberapa peternakan yang nyaris bangkrut di Malang dan Blitar. Tata kelola peternakan diperbaiki. Pakan dan kesehatan ternak diawasi dan dipantau agar selalu baik. Tujuannya, daging ternak bermutu tinggi untuk konsumen di Surabaya. Welly tak lagi bingung mencari daging babi dan ayam yang segar dan berkualitas untuk produksi bacang.
”Saya berusaha disertai doa yang kencang. Kalau hasilnya belum baik, usaha dan doa tambah digedein,” kata Welly, Direktur CV Welly Group dan Komisaris Utama PT Sembodo Joyo Kamulyan ini.
Setia
Usaha bacang sempat jatuh sepeninggal ayahandanya. Saudaranya meminta hak pengelolaan Bacang Surabaya. Welly hanya diminta untuk mengurusi pemasaran. Demi menjaga keutuhan keluarga, Welly mengalah. Padahal, ayahanda dari tiga anak ini yang memiliki ”rahasia” resep turunan dari ayahanda sehingga tahu persis produksi bacang yang lezat dan legit.
Setelah ditangani saudara, produksi Bacang Surabaya menghadapi gelombang protes. Kalangan konsumen setia ngambek karena rasa penganan kurang segalanya. Berbagai komplain tadi yang menjadi ”senjata” Welly mengingatkan saudara-saudaranya. Singkat cerita, Welly kembali mendapat kepercayaan mengelola Bacang Surabaya.
Baca juga : Rempeyek Renyah nan Kriuk...
Welly kembali berjuang keras memulihkan kepercayaan konsumen. Ia mendatangi lagi tempat-tempat menitipkan bacang sekaligus menyampaikan maaf, penjelasan, dan komitmen. Dalam setahun, kepercayaan konsumen kembali dan pulih. Cap Jempol kembali jadi produk jempolan yang kini dapat ditemui di setidaknya 25 tempat penjualan makanan minuman.
Di akhir pekan atau saat hari raya keagamaan, penganan ini juga dijual di kelenteng, wihara, pura, dan gereja. Jika ada pesanan, Bacang Surabaya terbang hingga ke seluruh penjuru Nusantara hingga dibawa ke mancanegara.
Welly yang mengidolakan grup musik Kerispatih ini mengatakan, mutu produknya selalu dijaga agar berkualitas tinggi. Beras ketan karena belum mendapat pasokan stabil yang berkualitas dari dalam negeri terpaksa masih memakai produk Thailand. Daun bambu segar dibeli dari pekebun di Jombang. Welly menghindari pemakaian daun bambu impor karena diyakini memakai pengawet kimia sehingga bisa mempengaruhi rasa bacang.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2F85a1fd41-e605-4b2a-8936-b37e8d75c9cc_jpg.jpg)
Welly Muljono
”Bacang kami dimasak 10 jam sehingga beras ketannya menyatu,” ujar Welly. Tiada pengawet atau bahan kimia khusus untuk bacangnya. Disimpan dalam lemari es, bacang bisa bertahan 2 minggu. Jika masuk lemari beku, bisa bertahan sampai 1 tahun. Bacang dingin atau beku sebelum dinikmati sebaiknya dikukus. Uniknya, meski sudah berbulan-bulan disimpan di kulkas, setelah dikukus, rasa bacang tetapi gurih, legit, dan lezat seperti tidak terjadi degradasi kualitas.
Welly mengatakan, produksi harian untuk saat ini dipertahankan berkisar 1.000-1.500 bacang. Saat perayaan Imlek dan Peh Cun, produksi harian bisa 2.000-3.000 bacang selama satu-dua pekan. Bacang Surabaya menjadi tempat mencari nafkah delapan pegawai produksi, delapan karyawan pemasaran, tiga pengirim, dua penjaga stan, dan dua staf administrasi.
Produk cukup variatif, yakni bacang ayam, bacang babi, bacang babi telur, bacang istimewa, bacang vegetarian, dan bacang mini isi babi dan babi telur. Selain itu, kue cang yang dipesan secara khusus. Harganya kisaran Rp 12.000-Rp 27.000.
Saat ini, Welly sedang membangun rumah produksi bacang halal di Kedungdoro 6. Tujuannya, bacang tak identik dipahami sebagai penganan berisi daging babi meski ”bak” sendiri berarti babi. Lini produk Bacang Surabaya segera ditambah dengan varian berisi daging kambing, sapi, ikan, atau hewani laut. Selain itu, Welly mempertimbangkan membangun rumah bacang (house of bakcang) sebagai kedai khusus kuliner bacang dan kue cang.
Bacang adalah penganan yang lengket, legit, dan gurih manis. Dalam penganan ini terkandung filosofi dan harapan semoga penikmatnya beroleh rezeki atau kehidupan yang manis serta abadi alias lengket.
”Saya akan berusaha menggandeng produsen bacang lainnya di Surabaya agar penganan ini menjadi salah satu oleh-oleh khas dan kebanggaan Surabaya,” kata Welly.
BIODATA
Nama : Welly Muljono
Lahir : Surabaya, 29 Mei 1979
Jabatan : Direktur CV Welly Group, Komisaris Utama PT Sembodo Joyo Kamulyan
Usaha : Bakcang Surabaya ”Asli” Cap Jempol
Alamat : Jalan Kedungdoro 7 Nomor 23A, Sawahan, Surabaya, Jawa Timur
Bacang babi : bakcang_capjempol (Instagram), BakcanghalalsbyCapjempol (Facebook), 081703425366
Bacang halal : bakcang_halal (Instagram), Bakcang Cap Jempol (Facebook), 082132136766