Pandemi Covid-19 di dunia membuat segalanya berubah. Kita menyongsong normal yang baru di berbagai bidang kehidupan.
Oleh
Andreas Maryoto
·4 menit baca
Sebuah maskapai berbiaya murah di Asia Tenggara mengabarkan pada awal Mei 2020 akan membuka kembali jalur-jalur domestik di beberapa negara, termasuk Indonesia. Mereka menyebutkan, kendati dibuka lagi, mereka akan menerapkan pembatasan jumlah penumpang dan memberlakukan protokol kesehatan secara ketat.
Pekan-pekan mendatang sepertinya bakal makin menentukan bagi korporasi. Bisnis harus tetap berjalan kendati ada perubahan besar di pasar. Pandemi Covid-19 sudah berlangsung beberapa pekan. Sejumlah negara akan memilih mulai mengurangi penutupan, seperti Jordania, Israel, Spanyol, Iran, Austria, Denmark, dan Amerika Serikat. Beberapa negara lain sedang berjibaku menangani penyakit karena virus korona baru.
Pada saat bersamaan, muncul diskusi tentang kondisi normal baru, yakni kondisi lama tidak bisa dikembalikan, tetapi ada kenormalan baru yang harus dimulai dan dijalani. Perbincangan soal normal baru muncul di berbagai media pekan lalu. Beberapa gambaran bermunculan, seperti setiap keluar rumah bakal memakai masker terus, pengecekan suhu di berbagai tempat, dan pemerintah mungkin akan memantau secara ketat pergerakan orang melalui gawai.
Sekolah mungkin akan dibuka lagi dengan pengaturan jarak yang ketat sehingga sangat mungkin jam masuk sekolah pada masa lalu berlaku kembali. Siswa sekolah dasar kelas 1 sampai 3 akan masuk pagi, sedangkan kelas 4 sampai 6 akan masuk siang sehingga bisa mengatur pengisian kelas lebih sehat.
Tulisan di laman CNN memberi contoh lain, kelas tertentu mungkin masuk Senin-Rabu dan kelas lain masuk Kamis-Sabtu. Restoran bisa buka dengan pembatasan jumlah tamu. Sebelum masuk, tamu akan dicek suhu badannya. Mereka bisa makan dengan pelayan bermasker dan kaus tangan serta daftar menu yang sekali pakai langsung buang. Acara dengan banyak orang, seperti olahraga, hiburan, dan ibadah, agak sulit dilakukan dalam waktu dekat. Cara lain misalnya pembatasan jumlah peserta atau penonton dengan ketat.
Muncul diskusi tentang kondisi normal baru, yakni kondisi lama tidak bisa dikembalikan, tetapi ada kenormalan baru yang harus dimulai dan dijalani.
Dalam transportasi, kemungkinan penumpang harus punya aplikasi yang bisa membuktikan ia tak berdekatan dengan orang yang terinfeksi Covid-19, memiliki dokumen kesehatan, dan pengecekan suhu. Bisa jadi akan ada kartu identitas kesehatan. Mereka mungkin harus mencopot sepatu dan mencuci tangan sebelum masuk pesawat dan membersihkan diri dengan alkohol di pesawat.
Maskapai akan membatasi barang di kabin, kemungkinan hanya komputer jinjing, tas tangan, dan peralatan bayi yang boleh masuk ke pesawat.
Khusus untuk angkutan publik di sejumlah kota, jumlah penumpang harus dikurangi hingga 50 persen sehingga harus ada strategi dalam pengendalian mobilitas orang.
Masker kemungkinan bakal menjadi salah satu item di industri mode menyusul baju, celana, topi, potongan rambut, perhiasan, dan perawatan kecantikan. Perancang mode akan mengembangkan masker yang menarik dan mempercantik tampilan pemakainya tanpa meninggalkan esensinya, yaitu perlindungan dari penyakit. Kelak, peragaan busana boleh jadi menampilkan produk masker yang unik dan menarik serta memunculkan keelokan. Orang juga tidak akan tampil dengan masker sembarang masker.
Di kalangan bisnis, perbincangan tentang normal baru juga bermunculan. Mereka beralasan, tidak bisa selamanya aktivitas bisnis berhenti. Mereka kemudian menduda-duga normal baru itu. Pada awalnya, orang pasti akan menunggu. Kecemasan yang muncul sudah beberapa pekan tidak mungkin dihilangkan dalam waktu dekat. Namun, mereka akan mulai percaya diri ketika semua protokol sudah dipenuhi.
Ketika awal pandemi ini mulai terjadi, beberapa pebisnis merespons. Respons awal dilakukan perusahaan yang terkait dengan penanganan pandemi, seperti perusahaan otomotif dan permesinan yang membuat ventilator serta industri mode yang banting setir membuat alat pelindung diri. Dengan cara itu, mereka bisa membantu orang lain dan menyelamatkan perusahaan. Kemudian, perusahaan-perusahaan yang terdampak menyesuaikan. Semua perusahaan pada akhirnya harus memikirkan kondisi normal baru dan bisnis yang akan dijalankan.
Ada beberapa peneliti mengatakan, di tengah keadaan seperti ini, sebaiknya pimpinan perusahaan melibatkan staf, konsumen, klien, dan lainnya untuk memikirkan masa depan bisnis mereka. Mereka juga memahami nilai dan sumber daya yang selama ini dimiliki perusahaan.
Melihat berbagai perkembangan, pekan ini sepertinya menjadi penentu bagi bisnis, akan berjalan seperti apa pada saat normal yang baru itu tiba. Normal baru bakal segera mulai.