Pandemi Covid-19 telah membuat sebagian warga di Kota dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan menggadaikan barang.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pandemi Covid-19 telah membuat sebagian warga di Kota dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mulai memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan menggadaikan barang. Hal ini terpaksa dilakukan karena pemasukan keluarga menurun. Kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk kebutuhan pangan, mulai dirasakan warga.
Rodiah (52), salah seorang warga Kelurahan Wates, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, mengatakan, dirinya terpaksa menggadaikan kalung dan cincin emasnya untuk menenuhi kebutuhan keluarganya di rumah. ”Saya terpaksa menggadaikan perhiasan karena saya butuh uang belanja untuk makan sehari-hari,” ujarnya, Senin (20/4/2020).
Rodiah mengatakan, saat ini keluarganya nyaris tidak mendapatkan pemasukan. Sebelum terjadi wabah Covid-19, dia mendapatkan penghasilan dengan membuka kedai, menjual aneka jus dan jajanan. Semula, dia bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp 100.000 hingga Rp 150.000 per hari. Namun, setelah terjadi pandemi, dalam dua minggu terakhir, dia hanya mendapatkan kurang dari Rp 50.000 per hari.
Ekonomi keluarga pun makin terpuruk karena proyek pembangunan tempat suaminya bekerja berhenti. Sementara dua anaknya pun tidak lagi mendapatkan gaji karena bengkel tempat mereka bekerja tutup untuk sementara waktu.
Kesulitan ekonomi juga dirasakan Ririn (55), warga Kebondalem, Kelurahan Potrobangsan, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang. Dirinya terpaksa menggadaikan cincin dan gelang emasnya karena bulan ini tidak lagi mendapatkan kiriman uang dari suaminya yang bekerja di Jakarta.
”Suami saya tidak lagi bisa mengirimkan uang karena sebulan ini dia dirumahnya dan hanya mendapatkan separuh gaji, yang hanya cukup untuk kebutuhannya sendiri di Jakarta,” ujarnya.
Bulan ini dirinya tidak lagi mendapatkan kiriman uang dari suaminya yang bekerja di Jakarta.
Suaminya bekerja di sebuah biro travel, yang sementara ini menutup kegiatan usahanya. Saat suaminya masih bekerja, Ririn biasa mendapatkan kiriman uang sekitar Rp 4 juta per bulan.
Menggadaikan perhiasan, menurut dia, adalah solusi sementara. Dia pun tidak tahu apa yang harus dilakukan jika kondisi ini berlangsung berkepanjangan.
Adapun Sri (54), salah seorang warga Desa Sedayu, Kecamatan Muntilan, mengatakan, dirinya terpaksa memperpanjang masa gadai perhiasan emasnya karena tidak memiliki solusi lain untuk mencukupi keperluan hidup. Selain itu, dirinya juga membutuhkan dana untuk menjalankan usaha berdagang buah di pasar di Kecamatan Dukun. ”Hampir sebulan ini pasar sepi. Banyak buah yang tidak laku akhirnya terpaksa saya makan sendiri,” ujarnya.
Pengelola Pegadaian Unit Muntilan, Imawati, mengatakan, nilai transaksi di pegadaian saat ini terus menunjukkan peningkatan. Jika pada Januari 2020, nilai transaksi mencapai Rp 11,7 miliar, pada Februari terdata mencapai Rp 12,1 miliar.
Adapun selama Maret, total nilai transaksi mencapai 12,3 miliar. Pada 1-18 April saja, nilai transaksi sudah melambung mencapai Rp 12,4 miliar.
Imawati mengatakan, jenis barang yang digadaikan antara lain adalah kendaraan bermotor, telepon seluler, perhiasan emas hingga peralatan masak, seperti mixer atau blender.
Kendatipun demikian, mayoritas barang yang digadaikan adalah emas. Dengan membawa 2 hingga 10 gram emas, rata-rata pelanggan bisa mendapatkan uang pinjaman Rp 2 juta hingga Rp 10 juta.
Imawati mengatakan, wabah ini sungguh memukul kondisi perekonomian warga. Selain dari nilai transaksi yang cenderung terus meningkat, menurut dia, hal ini terlihat dari semakin banyaknya nasabah baru yang berdatangan setiap hari. ”Setiap hari, kami melihat banyak wajah-wajah yang tidak pernah muncul tiba-tiba saja datang sembari membawa barang berharga untuk digadaikan,” ujarnya.