Pegadaian Jadi Rujukan untuk Menyambung Hidup Warga
Menggadaikan barang masih menjadi pilihan bagi sebagian kalangan yang membutuhkan uang tunai dalam waktu singkat. Di masa sulit seperti saat ini, pegadaian masih menjadi tempat rujukan untuk mendapatkan uang tunai.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 mengancam keberlangsungan hidup warga. Sebagian dari mereka bertahan dengan meminjam uang di pegadaian untuk bertahan hidup. Konsultan keuangan meminta warga tetap memperhatikan kemampuan membayar dari uang yang dipinjam agar agunan tidak ditarik.
Reza Malik (24) mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sekitar dua minggu lalu. Dia bekerja di salah satu toko piza di Jakarta. Dia diberhentikan karena perusahaan butuh efisiensi.
Saat bersamaan, dia tetap memerlukan uang untuk keperluan sehari-hari. Dia pun terpaksa menghentikan kiriman bulanan ke orangtuanya di Tangerang, Banten. ”Lagi repot, Mas. Ini masih nyari pekerjaan. Aku sudah daftar kartu prakerja, tetapi belum bisa masuk karena kuota penuh terus,” katanya, saat ditemui di salah satu pegadaian swasta di Jakarta Barat, Senin (20/4/2020).
Kepada Kompas, ia mengaku sedang mengajukan perpanjangan pinjaman. Namun, keterangan itu berbeda dengan yang disampaikan karyawan di pegadaian tersebut. ”Pak Reza bukan perpanjangan, tetapi menggadaikan gawai sebesar Rp 450.000, merek Samsung,” kata pegawai itu.
Di kantor pegadaian swasta yang berada tak jauh dari Pasar Pisang, Palmerah, Jakarta Barat, sejumlah ibu-ibu tampak mengantre di ruang tunggu. Salah satunya adalah Wulan (34), warga Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Dia mengaku baru pertama kali ke pegadaian. Suaminya yang bekerja di salah satu ritel makanan di Tangerang, Banten, belum gajian. Sementara dia dan keluarga butuh uang.
Wulan menggadaikan gawai miliknya. Dia mendapat pinjaman Rp 195.000. ”Lumayan lah, untuk bertahan sampai suami gajian,” kata ibu dua anak ini.
Akhir-akhir ini, Wulan merasa khawatir akan pekerjaan suaminya. Beberapa teman suaminya sudah diberhentikan. ”Mudah-mudahan suami saya tidak ikutan kena (PHK). Kalau kena, ampun deh. Mau makan apa,” lanjutnya.
Dewi, Kepala Unit Pusat Gadai Indonesia, tempat Wulan menggadaikan gawai, menjelaskan, belum terjadi lonjakan warga yang menggadaikan barang. Di tempat dia, setiap hari rata-rata ada 40-50 orang yang menggadaikan barang. ”Sejak korona, belum terjadi peningkatan. Masih sama seperti hari normal,” katanya.
Akan tetapi, lanjutnya, pada hari normal banyak nasabah dengan jumlah pinjaman besar. Akhir-akhir ini, nasabah yang datang rerata meminjam uang dalam jumlah kecil, berkisar Rp 500.000-Rp 1 juta. Barang yang diagunkan umumnya barang elektronik. ”Ini kemungkinan warga yang butuh uang cepat dan mendesak,” katanya.
Dia menjelaskan, bunga pinjaman sebesar 10 persen dari total pinjaman. Mereka bisa mengangsur per bulan.
Di hari normal banyak nasabah dengan jumlah pinjaman besar. Akhir-akhir ini, nasabah yang datang rerata meminjam uang dalam jumlah kecil, berkisar Rp 500.000-Rp 1 juta. Barang yang diagunkan umumnya barang elektronik.
Butuh uang tunai
Perencana keuangan Tatadana Consulting, Tejasari Asad, menjelaskan, situasi saat ini memang sedang sulit. Masyarakat butuh uang tunai untuk bertahan hidup.
”Menggadaikan barang memang menjadi salah satu pilihan untuk bisa mendapat cash dengan cepat. Hanya saja, utang di pegadaian, terutama swasta, itu periodenya singkat, ditambah lagi dengan bunga yang besar,” katanya.
Dia menyarankan agar warga mendatangi perusahaan pegadaian milik negara (Perum Pegadaian). Ini untuk mendapat bunga pinjaman yang lebih rendah dibandingkan dengan pegadaian swasta ataupun pegadaian nonresmi.
”Selain itu, mereka juga harus memprediksi, dalam beberapa bulan ke depan sudah harus ada penghasilan yang bisa digunakan untuk membayar utang. Sebab, semakin lama, utang makin membesar. Dan, ada risiko barang akan ditarik kalau tidak bisa melunasi pinjaman,” ujarnya.