Maskapai Mulai Potong Gaji hingga Tawarkan Cuti
Garuda Indonesia akan memotong gaji mulai 10 persen untuk staf hingga 50 persen untuk direksi dan komisaris. Adapun Lion Air Group telah menawarkan cuti di luar tanggungan perusahaan secara sukarela kepada karyawan.
JAKARTA, KOMPAS — Masifnya penyebaran Covid-19 semakin berdampak pada sektor transportasi udara. Sejumlah maskapai penerbangan mulai memotong gaji, menawarkan cuti di luar tanggungan perusahaan, hingga mengalihkan bisnis.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra mengatakan, Garuda Indonesia telah memotong gaji pegawai untuk memastikan keberlanjutan bisnis perusahaan di tengah pandemi. Pemotongan gaji dilakukan proporsional mulai 10 persen untuk level staf hingga 50 persen untuk direksi dan komisaris.
Pemotongan gaji ini bersifat penundaan karena perusahaan akan mengembalikan akumulasi pemotongan saat kondisi memungkinkan sejalan performa kinerja perusahaan ke depan. Adapun tunjangan hari raya tetap akan diberikan sesuai aturan berlaku.
”Kami berkomitmen terus beroperasi menunjang kebutuhan masyarakat, baik layanan logistik maupun operasional penerbangan, meski fokus kami saat ini adalah bisnis kargo atau logistik. Berbagai hal dipertimbangkan untuk memastikan perusahaan tetap berkinerja maksimal,” ujarnya lewat pesan tertulis kepada Kompas di Jakarta, Minggu (19/4/2020).
Pemotongan gaji dilakukan proporsional mulai 10 persen untuk level staf hingga 50 persen untuk direksi dan komisaris.
Corporate Communications Strategic of Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro mengatakan, perusahaan telah menawarkan cuti di luar tanggungan perusahaan secara sukarela kepada karyawan, termasuk pilot. Kebijakan ini sebagai salah satu upaya mengurangi beban perusahaan karena penurunan kinerja bisnis akibat imbas Covid-19.
”Pandemi Covid-19 menyebabkan beberapa rute domestik dan internasional tidak dioperasikan sehingga bisnis angkutan penumpang menurun signifikan,” kata Danang lewat pesan tertulis.
Menurut Danang, kapasitas angkutan udara penumpang secara nasional dan internasional menurun. Ke depan diperkirakan masih akan turun juga. Sebenarnya, terlepas dari Covid-19, saat ini hingga Ramadhan memang merupakan masa sepi penumpang (low season).
Untuk tetap mengoptimalkan layanan, mekanisme operasional penerbangan penumpang reguler maupun layanan sewa angkut kargo dijalankan sesuai standar prosedur regulator dan operasional Lion Air Group.
”Jika ada permintaan dan secara bisnis ke bisnis kami akan melayaninya. Untuk carter dijalankan, antara lain Balikpapan, Banjarmasin, Makassar, dan Manado,” ujarnya.
Baca juga: Pariwisata Anjlok, Pemerintah Susun Rencana Mitigasi
Wakil Ketua Umum Bidang Perhubungan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Carmelita Hartoto menuturkan, transportasi udara termasuk moda yang terdampak pandemi Covid-19. Sejak penutupan rute penerbangan ke China pada awal tahun ini, kemudian berlanjut rute Arab Saudi dan Korea Selatan, frekuensi penerbangan terus menurun.
Di dalam negeri, imbauan pemerintah kepada masyarakat untuk tidak bepergian menyebabkan pendapatan maskapai dan pengelola bandara turun 20 persen-50 persen. ”Industri penerbangan juga membutuhkan dukungan stimulus, seperti penundaan pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) 21 dan PPh badan Pasal 23 selama enam bulan, mulai April 2020,” ucapnya.
Selain itu, lanjut Carmelita, dukungan lain yang dibutuhkan adalah penundaan pembayaran biaya bandara, biaya navigasi, dan biaya avtur selama enam bulan mulai April 2020. Industri penerbangan juga membutuhkan dukungan berupa peniadaan biaya parkir bagi pesawat-pesawat yang diimbau mengurangi penerbangan.
”Dana stimulus yang semula akan digunakan untuk mendorong insentif diskon tiket pesawat ke 10 destinasi wisata perlu dialihkan untuk bantuan kompensasi kepada karyawan perusahaan penerbangan yang dirumahkan secara proporsional dan efisien,” ujarnya.
Dana stimulus yang semula akan digunakan untuk mendorong insentif diskon tiket pesawat ke 10 destinasi wisata perlu dialihkan untuk bantuan kompensasi kepada karyawan perusahaan penerbangan yang dirumahkan secara proporsional dan efisien.
Efisiensi bandara
PT Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandara Juanda Surabaya memindahkan sementara operasional penerbangan domestik dari Terminal 2 ke Terminal 1 Bandara Juanda mulai Rabu (22/4). Pemindahan sementara ini disebutkan merupakan upaya lanjutan mencegah penyebaran Covid-19.
Penerbangan domestik Garuda Indonesia yang dipindahkan dari Terminal 2 ke Terminal 1 adalah penerbangan rute dari dan menuju Jakarta, Semarang, Lombok, Denpasar, Kupang, Makassar, dan Bandung. Jumlah penerbangan harian berkisar 9-20 penerbangan keberangkatan dan kedatangan per hari bergantung tingkat keterisian pesawat. Adapun AirAsia Indonesia sejak 1 April 2020 menghentikan sementara layanan penerbangan.
”Langkah itu merupakan upaya efisiensi di tengah menurunnya trafik penumpang akibat pandemi Covid-19. Kendati begitu, kami tetap memperhatikan prinsip keselamatan, keamanan, pelayanan, dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku,” kata Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi melalui siaran pers.
Baca juga: Maskapai-maskapai Penerbangan di Dunia Terancam Bangkrut
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin melalui siaran pers menuturkan, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, dan Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, mampu menjaga konektivitas transportasi udara di Ibu Kota guna melayani penerbangan.
”Kami menerapkan pembatasan sosial di kedua bandara tersebut sehingga terintegrasi dengan penerapan PSBB di DKI Jakarta dan Tangerang Raya,” kata Muhammad Awaluddin, Jumat (17/4).
Berdasarkan data Angkasa Pura II per 16 April 2020, maskapai yang beroperasi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta adalah Batik Air, Citilink Indonesia, Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Nam Air, My Indo Airlines, dan Qatar Airways.
Selain itu juga K-Mile Aie, China Airlines, EVA Air, Air China, Cathay Pacific Airways, Emirates, Federal Express, Trigana Air, Japan Airlines, All Nippon Airways, Asiana Airlines, Singapore Airlines, Vietnam Airlines, Airfast Indonesia, dan Lanmei Airlines.
Adapun maskapai yang beroperasi di Bandara Internasional Halim Perdanakusuma berdasarkan data per 16 April 2020 adalah Batik Air, Wings Air, Citilink Indonesia, Tri MG, Ekspres Transportasi Antarbenua, dan Travira Air.
Penuhi protokol kesehatan
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Udara Novie Riyanto melalui siaran pers menuturkan, mekanisme khusus akan diterapkan untuk mencegah penyebaran Covid-19 melalui aktivitas penerbangan. Ini untuk menindaklanjuti Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 18 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19.
”Kami akan memastikan penerbangan selalu memenuhi protokol kesehatan yang berlaku. Di bandara ataupun di pesawat, kami akan menerapkan protokol khusus penanganan Covid-19. Pada penerbangan penumpang dan kargo juga terdapat protokol khusus,” tuturnya.
Baca juga: Industri Penerbangan Butuh Suntikan Dana Pemerintah
Menurut Novie, penjagaan jarak fisik diberlakukan, baik di pesawat maupun bandara. Protokol kesehatan pun diterapkan di semua bandara di Indonesia, termasuk menempatkan pembersih tangan di tempat strategis, memastikan kesehatan para personel, dan pemeriksaan suhu tubuh.
”Selain itu, akan ada penyesuaian kembali tarif batas atas. Aturan tersebut akan segera difinalisasi,” katanya.
Novie menambahkan, penerbangan pengangkutan logistik untuk kebutuhan bahan pokok pangan, obat-obatan untuk pencegahan infeksi, dan pasokan medis akan beroperasi penuh. Kementerian Perhubungan akan terus berkoordinasi dengan semua pemerintah daerah, penyelenggara bandara, dan operator penerbangan untuk melakukan langkah terbaik mendukung pencegahan Covid-19.