Pemerintah Targetkan Seluruh Desa Dialiri Listrik Tahun Ini
Pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi 100 persen tahun ini dengan melistriki 433 desa yang saat ini masih gelap gulita. Sejumlah pihak dilibatkan untuk mengeksekusi program ini.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menargetkan seluruh desa di Indonesia teraliri listrik tahun ini. Saat ini tercatat masih ada 433 desa di Indonesia yang belum memperoleh akses listrik. Target ini sejalan dengan target rasio elektrifikasi sebesar 100 persen pada tahun 2020.
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Zulkifli Zaini mengatakan, Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan PLN agar berkoordinasi dengan beberapa pihak untuk mempercepat program ini.
Menurut dia, PLN akan mendapatkan dukungan dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bakal dilibatkan dalam program. Pasalnya, beberapa daerah sasaran ada di wilayah terpencil, seperti di Papua, yang membutuhkan dukungan personel TNI untuk masalah keamanan.
”Kami akan memanfaatan sumber energi setempat. Untuk menyimpan daya listrik, PLN berinovasi menggunakan tabung listrik yang fungsinya sebagai penyimpan daya listrik,” ucap Zulkifli dalam keterangan resmi, Jumat (3/4/2020).
Model tabung listrik praktis untuk dibawa atau dipindahkan (portable). Daya yang disimpan dapat mencukupi kebutuhan listrik untuk penerangan lampu di rumah warga.
Tabung listrik adalah inovasi yang dihasilkan dari kerja sama PLN dengan lima perguruan tinggi, yaitu Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Cendrawasih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Model tabung listrik praktis untuk dibawa atau dipindahkan (portable). Daya yang disimpan dapat mencukupi kebutuhan listrik untuk penerangan lampu di rumah warga.
”Setelah situasi pandemi Covid-19 normal, kami segera mengeksekusi program ini,” ujar Zulkifli.
Data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hingga 2019 lalu, rasio elektrifikasi di Indonesia sebesar 98,89 persen. Rasio elektrifikasi adalah perbandingan jumlah rumah tangga berlistrik dengan total rumah tangga yang ada di suatu wilayah. Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah satu-satunya provinsi dengan rasio elektrifikasi terendah, yaitu 85 persen.
Menurut Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana, pembangunan jaringan distribusi dan transmisi listrik menjadi kunci peningkatan rasio elektrifikasi di Indonesia. Kondisi geografis berupa kepulauan menjadi tantangan tersendiri memperluas jaringan listrik di Indonesia. Oleh karena itu, potensi sumber energi terbarukan harus dioptimalkan.
”Jaringan menjadi kunci. Masalahnya, tak semua pelanggan listrik terjangkau oleh jaringan karena kondisi geografis yang menantang. Untuk wilayah terpencil, misalnya, ongkos penyambungan listrik ke pelanggan rumah tangga jauh lebih mahal ketimbang di wilayah yang jaringan listriknya sudah mapan,” kata Rida.
Untuk optimalisasi pembangkit dari sumber energi terbarukan, sampai 2019, porsi energi terbarukan dalam bauran energi pembangkit listrik PLN sebesar 12,36 persen. Batubara masih berperan dominan sebesar 60,5 persen disusul gas 23,11 persen dan bahan bakar minyak 4,03 persen.
Khusus pembangkit listrik dari energi terbarukan, pemerintah menargetkan kapasitas terpasang tahun ini menjadi 10.843 megawatt atau naik dari kapasitas terpasang tahun lalu yang sebesar 10.157 megawatt.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan pada Kementerian ESDM Harris mengatakan, setidaknya perlu investasi senilai 17,8 miliar dollar AS untuk pengembangan sumber energi terbarukan dalam lima tahun ke depan. Total kapasitas terpasang untuk investasi energi terbarukan tersebut mencapai 9.050 megawatt.
Adapun jenis sumber energi terbarukan yang hendak dikembangkan adalah panas bumi, tenaga surya, bayu, hidro, dan bioenergi. ”Kami berencana mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya bukan hanya untuk kebutuhan rumah tangga, melainkan juga untuk pemenuhan listrik bagi industri skala kecil,” kata Harris.