Pusat-pusat perbelanjaan mulai tutup sementara untuk mengantisipasi penyebaran virus korona baru sekaligus menekan biaya operasional akibat sepinya pengunjung. Namun, sejumlah gerai tetap buka untuk melayani konsumen.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pusat perbelanjaan mengalami tekanan mendalam sejak pandemi Covid-19. Tingkat okupansi kini tinggal 10-20 persen. Penutupan sementara pusat perbelanjaan mulai ditempuh sebagai salah satu langkah mencegah penyebaran virus sekaligus menekan beban operasional.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan, mengemukakan, penutupan sementara pusat perbelanjaan mulai berlangsung di Jabodetabek dan luar Jawa. Jumlah mal yang tutup diprediksi akan terus bertambah seiring dampak pandemi Covid-19. Penutupan sementara itu berlangsung hingga tanggal 5-8 April 2020.
“Ada mal yang merasa lebih baik tutup. Intinya, mencegah penyebaran virus corona dan menghentikan jalur penyebaran,” kata Ridwan, di Jakarta, Selasa (24/3/2020).
Beberapa pusat perbelanjaan yang tutup antara lain Plaza Indonesia, Senayan City, Central Park di Jakarta, dan Mal Ratu Indah (Makssar). Selain itu, 3 pusat perbelanjaan Summarecon Mal di Kelapa Gading (Jakarta Utara), Serpong (Tangerang Selatan), dan Bekasi. Meski operasional mal dihentikan sementara, beberapa gerai di mal masih tetap beroperasi, antara lain supermarket, farmasi, serta anjungan tunai mandiri untuk melayani kebutuhan harian konsumen.
Ridwan menambahkan, jumlah mal yang akan tutup sementara diperkirakan bakal melebihi 10 pusat belanja. Langkah penutupan mal di lain pihak akan menghemat biaya operasional, seperti penggunaan listrik yang merupakan komponen terbesar biaya.
Sementara itu, pusat perbelanjaan yang tetap beroperasi mengalami kemerosotan jumlah pengunjung. Lalu lintas pengunjung mal rata-rata tinggal 10-20 persen. Beberapa tenant di mal juga tutup operasional. Meski pengunjung minim, pengelola pusat perbelanjaan berkomitmen menyiapkan segala sarana untuk mencegah penyebaran Covid-19 seperti hand sanitizer, pemeriksaan suhu, dan mengatur jarak antarpengunjung yang dalam antrean pembayaran.
“Penurunan trafik terutama terjadi di mal-mal kelas menengah atas. Ini situasi yang sangat serius. Kondisi (mal sepi) begini belum pernah kami alami, belum pernah kami hopeless untuk pendapatan,” kata Ridwan.
Industri pusat perbelanjaan dan ritel selama ini berhubungan langsung dengan pemasok dan industri yang terkait, serta menyerap banyak tenaga kerja. Penutupan sementara maupun penurunan pengunjung mal akan berdampak terhadap tenaga kerja, khususnya tenaga kerja dengan upah minimum, dan tenaga kerja harian. Pihaknya kini tengah mendata tenaga kerja dengan upah minimum dan harian, termasuk tenaga kerja dari penyewa (tenant) di pusat perbelanjaan se-Indonesia yang terkena dampak.
Secara terpisah, Head of Corporate Communications PT Summarecon Agung Tbk Cut Meutia, mengemukakan, penutupan tiga Summaerecon Mall Kelapa Gading, Summarecon Mall Bekasi dan Summarecon Mall Serpong bersifat sementara dan dilakukan serentak mulai tanggal 25 Maret hingga 7 April 2020. Namun, penyewa (tenant) yang melayani kebutuhan pokok masyarakat, seperti supermarket dan farmasi tetap buka dengan jam operasional tertentu,
Langkah itu merupakan upaya memutus rantai penularan virus sehubungan dengan ditetapkannya penyebaran Covid-19 sebagai bencana non-alam dengan status keadaan daurat bencana di Indonesia.
Kita fokus memutus rantai penularan Covid-19 agar pemulihan dunia usaha juga makin cepat.
“Kondisi ini memang dirasakan berat oleh semua pihak sehingga konsekuensi pasti ada. Tapi saat ini kita fokus untuk memutus rantai penularan Covid-19 dulu agar pemulihan dunia usaha juga akan semakin cepat,” kata Cut Meutia, dalam keterangan tertulis.
Dewan Penasihat Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia Tutum Rahanta, mengemukakan, hingga saat ini hanya 10 persen dari total 500 merek dan 50.000 gerai dari 238 perusahaan ritel yang masih buka. Penutupan sebagian besar gerai ritel ini merupakan langkah win-win di tengah wabah Covid-19.
Di tengah omzet yang terus merosot karena sepinya pengunjung pusat perbelanjaan, maka perusahaan ritel akan sulit bertahan untuk membayar sewa (tenant) dan biaya operasional. Jika gerai dipaksa terus beroperasi, arus kas perusahaan dikhawatirkan hanya bisa bertahan untuk biaya operasional 1-2 bulan ke depan. Sebaliknya, jika tutup sementara, arus kas diprediksi mampu untuk bertahan 3-4 bulan ke depan.
Di lain pihak, jika gerai ritel terus beroperasi, maka akan menimbulkan kerawanan bagi karyawan di tengah wabah Covid-19. Setiap hari, karyawan harus berjuang menggunakan moda transportasi umum yang dibatasi jamnya.
“Dengan penutupan ini, nafas usaha jadi lebih panjang. Ini win-win solution untuk saat ini,” kata Tutum.