Pemkot Surabaya Perbanyak Bilik Sterilisasi, Warga Diminta Aktif Mensterilkan Diri
Di tengah situasi kota yang semakin lengang, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sejak Rabu (25/3/2020) pagi sudah keliling ke berbagai penjuru Surabaya untuk meninjau langsung lokasi bilik sterilisasi di ruang publik.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Di tengah situasi kota yang semakin lengang, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sejak Rabu (25/3/2020) pagi sudah keliling ke berbagai penjuru di Kota Surabaya untuk meninjau langsung lokasi yang sekiranya membutuhkan bilik sterilisasi. Bilik tidak hanya ditempatkan di pintu masuk Kota Surabaya, seperti bandara, pelabuhan, terminal, dan stasiun, tetapi juga di pintu masuk pusat perbelanjaan serta keramaian lain.
Pemasangan bilik sterilisasi sudah dilakukan sejak Senin (23/3/2020) di sekitar balai kota, beberapa instansi di lingkungan pemkot, dan di Bandara Internasonal Juanda. ”Bilik sterilisasi terus diperbanyak, untuk itu warga diminta aktif melakukan sterilisasi diri, terutama ketika pulang kerja atau sebelum masuk ke rumah mereka masing-masing,” kata Risma.
Situasi Kota Surabaya pada Rabu semakin lengang, termasuk di pusat perbelanjaan. Karyawan pusat perbelanjaan dan hotel masih bekerja karena jam buka dan tutup masih seperti biasa. Hanya setiap orang yang masuk ke pusat perbelanjaan, atau tempat publik, wajib mengikuti protokol penanggulangan virus korona, antara lain jaga jarak, termasuk di dalam lift; wajib melalui bilik sterilisasi; dan sering membersihkan tangan.
Bilik sterilisasi terus diperbanyak, untuk itu warga diminta aktif melakukan sterilisasi diri, terutama ketika pulang kerja atau sebelum masuk ke rumah mereka masing-masing.
Hotel pun umumnya sepi tamu. ”Masih ada, tetapi sangat sedikit, semua mungkin benar-benar jaga kondisi badan sehingga tak melakukan kegiatan di luar rumah. Paling maksimal tingkat hunian hotel sekitar 10 persen,” kata General Manager Hotel Santika Premier Surabaya Agus Triyono
Hampir semua hotel yang selama ini penuh dengan mobil tamu, terutama pada jam makan siang, kini kosong. Pusat perbelanjaan juga sepi pengunjung, termasuk toko buku dan restoran. Suasana agak ramai hanya terjadi di swalayan yang menyediakan kebutuhan sehari-hari, serta pasar tradisional.
Meski warga yang beraktivitas di luar rumah semakin sedikit, Pemkot Surabaya terus melengkapi berbagai fasilitas untuk menghadang penyebaran virus korona. Saat ini setiap hari pemkot bisa mengerjakan 10-20 bilik sterilisasi atau bahkan lebih.
Alasannya, bilik tersebut nantinya ada di tingkat kelurahan. Pembuatan bilik sterilisasi ini lebih efektif dibandingkan mengerahkan banyak orang untuk menyemprotkan disinfektan setiap hari. Untuk itu, pemkot memilih memasang bilik di banyak tempat, termasuk di permukiman.
Saat ini pemasangan bilik sterilisasi antara lain terpasang di Balai Kota Surabaya, Bandara Juanda, Taman Bungkul, Kebun Binatang Surabaya, Rumah Sakit Soewandhi, Rumah Sakit BDH, Rumah Sakit Siloam, Markas Polrestabes Surabaya, Kantor Kejaksaan Negeri Surabaya, Kantor Kejaksaan Negeri Tanjung Perak, dan berbagai kantor pelayanan publik lain.
Risma berharap warga Kota Surabaya benar-benar memanfaatkan bilik sterilisasi itu. Ia mencontohkan, ketika pulang dari tempat kerjanya, warga bisa menyempatkan waktu mampir di bilik sterilisasi itu. Tujuannya, ketika pulang ke rumah, warga dalam kondisi steril. ”Dengan begitu, keluarga yang di rumah tidak ikut tercemar virus atau bakteri yang dibawa dari luar,” ucapnya.
Namun, Risma juga meminta warga Kota Surabaya selalu menjaga jarak aman, terutama apabila harus antre di fasilitas bilik sterilisasi itu. ”Saya berharap jarak antre tetap 1 meter lebih. Jangan berdesakan ketika antre mau masuk bilik,” ujarnya.
Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini berkali-kali memastikan bahwa bilik sterilisasi semacam ini akan terus diproduksi sampai menyebar di hampir seluruh penjuru ”Kota Pahlawan”. Namun, yang paling penting warga harus tetap menjaga jarak aman.
Di samping itu, ia juga mengingatkan warga Kota Surabaya agar tidak bersalaman terlebih dahulu dan harus selalu menghindari duduk bersama atau berkumpul bersama-sama.
Siapkan ruang isolasi
Pemerintah Kota Surabaya terus melakukan berbagai upaya dalam mencegah penularan virus korona. Di samping itu, pemkot juga menyiapkan penanganannya, salah satunya dengan menyiapkan 100 ruang isolasi bagi orang dalam pemantauan (ODP) dan 30 ruang isolasi bagi pasien dengan pengawasan (PDP).
Koordinator Protokol Kesehatan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita mengatakan, selain masif melakukan penyemprotan disinfektan, pembagian hand sanitizer (cairan pembersih tangan) gratis dan pemasangan bilik sterilisasi, Pemkot Surabaya juga menyiapkan ruang isolasi bagi ODP dan PDP.
”Kalau kemarin hanya menyiapkan ruang isolasi bagi ODP, sekarang ruang isolasi bagi PDP. Sebanyak 100 ruang isolasi bagi ODP dan 30 ruang isolasi bagi PDP, ini gedungnya beda, bukan satu lokasi,” kata Febria. Ke-130 ruang isolasi itu sudah siap semuanya, tinggal menambah beberapa fasilitas di dalamnya. Ia juga memastikan tim medis sudah dipersiapkan untuk merawat warga yang akan diisolasi itu. ”Jadi, kami sudah persiapkan semuanya,” katanya.
Selain ruang isolasi yang disiapkan pemkot, Febria menjelaskan bahwa sekitar 15 rumah sakit rujukan di Surabaya juga menyiapkan ruang isolasi khusus. Masing-masing rumah sakit memiliki satu hingga dua ruang isolasi dan ruang isolasi ini hanya dikhususkan bagi PDP.
”Paling banyak ruang isolasi di RSU dr Soetomo Surabaya ada delapan. Di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya ada satu unit, sedangkan di RSUD Soewandhie ada dua, tetapi RSUD Soewandhie direnovasi, jadi selesainya minggu depan,” ungkapnya.
Sebenarnya, ODP bisa melakukan isolasi mandiri di rumahnya selama 14 hari. Hal ini sesuai dengan protokol yang ditetapkan Kementerian Kesehatan. Walaupun positif Covid-19, tetapi tidak ada gejala, seperti demam dan sesak napas, itu diwajibkan isolasi mandiri di dalam rumah selama 14 hari. ”Yang dikirim (untuk isolasi) ke rumah sakit dan ruang isolasi kami adalah yang ada sesaknya, baik itu ada sesak ringan maupun sesak berat,” katanya.
Menurut dia, jika ODP patuh terhadap isolasi mandiri yang telah ditetapkan Kemenkes, ia optimistis semua bisa aman. Namun, ia juga memastikan, petugas kesehatan dari puskesmas tetap melakukan pemantauan kepada ODP tersebut selama 14 hari ke depan. ”Tetap dilakukan pantauan 14 hari dari puskesmas. Puskesmas setiap pagi melihat kondisinya sampai lewat 14 hari sehingga virus benar-benar hilang,” katanya.
Untuk menghadapi kemungkinan kenaikan jumlah warga Surabaya yang terpapar virus korona, pemkot akan dibantu tim dokter pinere (penyakit infeksi emerging dan re-emerging). Mereka nanti yang menentukan apakah ODP tersebut diisolasi di ruang isolasi milik pemkot atau di rumah sakit atau bahkan cukup isolasi mandiri di rumah. ”Jadi, Tim Pinere yang merekomendasikan kapan pasien isolasi mandiri, kapan isolasi di ruang isolasi milik pemkot,” ujar Febria.