Transaksi di pasar modal dalam negeri lagi-lagi mengalami pembekuan sementara menjelang penutupan perdagangan. Namun, kali ini, pelemahan IHSG tak terbendung.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sentimen pandemik Covid-19 masih mengganggu persepsi investor untuk kembali masuk ke pasar modal domestik. Jika pandemik ini tidak segera ditangani secara baik, pelemahan pada bursa saham domestik dan nilai tukar rupiah akan terus berlanjut.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (17/3/2020) kembali terkena pembekuan perdagangan sementara (trading halt) pada pukul 15.02 setelah anjlok sedalam 5 persen. Saat perdagangan kembali dibuka 30 menit kemudian, IHSG tak bisa berbuat banyak hingga ditutup melemah 4,99 persen atau 233,9 poin ke level 4.456,74.
Penutupan IHSG diiringi aksi jual saham investor asing sebesar Rp 1,01 triliun di seluruh pasar. Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 391,051 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 5,04 miliar lembar saham senilai Rp 6,75 triliun. Dari seluruh saham yang diperdagangkan sebanyak 68 saham naik, 357 saham menurun dan 91 saham stagnan.
Analis Panin Sekuritas, William Hartanto, menilai, anjloknya IHSG hari ini hingga sempat mencapai 5 persen masih dipengaruhi sentimen dampak penyebaran Covid-19 yang menjadi pandemi di berbagai belahan dunia.
”Sentimen penyebaran Covid-19 masih menjadi penjegal utama bagi laju IHSG. Namun, masih ada angin segar bagi IHSG, yakni pembagian dividen serta rilis kinerja emiten untuk periode triwulan I-2020,” ujarnya.
Masih ada angin segar bagi IHSG yakni pembagian dividen serta rilis kinerja emiten untuk periode triwulan I-2020.
Di samping menanti laporan kinerja emiten, pelaku pasar saat ini tengah menanti stimulus yang selanjutnya diberikan pemerintah untuk mendorong perputaran ekonomi domestik sehingga investor cenderung menunggu untuk kembali masuk ke pasar modal dalam negeri.
Adapun sentimen global, keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), memangkas suku bunga ke kisaran 0 persen-0,25 persen gagal membendung pelemahan bursa saham AS yang pada penutupan perdagangan Senin waktu setempat terkoreksi hingga dua digit.
Indeks saham Dow Jones pada perdagangan awal pekan ini ditutup melemah 12,93 persen ke level 20.188,52. Hal serupa dialami indeks komposit Nasdaq yang merosot 12,32 persen ke level 6.904,59.
”Ada kepanikan dari pelaku pasar yang melihat pemangkasan suku bunga (The Fed) hingga level terendah mengindikasikan akan terjadinya pelemahan ekonomi,” kata William.
Ada kepanikan dari pelaku pasar yang melihat pemangkasan suku bunga (The Fed) hingga level terendah mengindikasikan akan terjadinya pelemahan ekonomi.
Meski IHSG mengalami penurunan signifikan dalam beberapa waktu terakhir, Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich menilai, valuasi saham dan obligasi Indonesia saat ini semakin menarik. Secara fundamental efek juga masih cukup bagus.
”Hal yang perlu disesuaikan adalah horizon investasi investor, artinya pada dasarnya memang reksa dana saham dan obligasi akan memiliki kinerja lebih optimal di jangka menengah dan panjang,” ujarnya.
Pada perdagangan besok, menurut Farash, level pembukaan IHSG masih akan mengikuti level pembukaan bursa AS yang diproyeksi akan mengalami penguatan teknikal setelah terkoreksi dalam di hari sebelumya. Terlebih lagi, sejumlah bursa saham Eropa juga menguat saat pembukaan perdagangan, di antaranya FTSE Inggris (1,6 persen), DAX Jerman (3,6 persen), dan CAC Perancis (3,1 persen).
Selain IHSG, bursa saham di kawasan Asia lainnya ditutup bervariasi pada perdagangan hari ini. Bursa Nikkei 225 Jepang ditutup menguat 0,06 persen. Sementara indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,87 persen pada penutupan perdagangan. Penurunan indeks masih dialami Shanghai Composite yang melemah 0,34 persen dan Strait Times Singapura yang anjlok 1,44 persen.
Sejalan dengan pelemahan IHSG, nilai tukar rupiah juga terus melemah. Berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, Selasa ini, nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.083 per dollar AS.
Pelemahan rupiah saat ini tidak ada batasannya. Semakin lama pandemik korona tidak tertangani, rupiah akan berpotensi terus melemah.
Direktur Eksekutif Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, pelemahan rupiah yang terjadi dalam beberapa hari terakhir akibat mewabahnya Covid-19. Jika pandemik ini tidak segera ditangani, nilai tukar rupiah akan terus mengalami pelemahan berkepanjangan.
Pelemahan mata uang Garuda tidak bisa dihindari karena sentimen pasar masih negatif di tengah ketidakpastian ekonomi global seiring dengan tidak dapat diprediksinya hingga kapan penyebaran virus korona akan berakhir.
”Pelemahan rupiah saat ini tidak ada batasannya. Semakin lama pandemik korona tidak tertangani, rupiah akan berpotensi terus melemah,” ujar Piter.