Suplai Terbatas, Harga Bawang Merah di Pantura Jateng Merangkak Naik
Harga bawang merah di sejumlah daerah di pantura bagian barat Jawa Tengah merangkak naik sejak pekan lalu. Kenaikan harga dipicu oleh terbatasnya suplai bawang merah akibat menurunnya hasil panen.
Oleh
KRISTI UTAMI
·2 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Harga bawang merah di sejumlah daerah di pantura bagian barat Jawa Tengah merangkak naik sejak pekan lalu. Kenaikan harga bawang merah dipicu oleh terbatasnya suplai bawang merah akibat menurunnya hasil panen.
Sejak pekan lalu, harga bawang merah di beberapa daerah seperti Kota Pekalongan, Kabupaten Tegal, dan Kota Tegal naik dari Rp 20.000-Rp 25.000 per kilogram menjadi Rp 30.000-Rp 35.000 per kilogram. Padahal, pada pekan terakhir Februari harganya Rp 18.000-Rp 20.000 per kilogram. Tren kenaikan harga bawang di tiga wilayah tersebut terpantau mulai terjadi pada awal Maret.
Wasem (60), pedagang bawang merah di Pasar Pagi, Kota Tegal, menyebutkan, kenaikan harga bawang merah kali ini merupakan yang kedua terjadi sepanjang 2020. Sebelumnya, kenaikan harga bawang merah terjadi pada awal Januari. Kala itu harga bawang merah tembus Rp 40.000 per kilogram.
”Saya khawatir nanti harganya akan melambung seperti awal tahun lalu. Harga di atas Rp 30.000 per kilogram ini belum pernah turun sejak mulai naik pada minggu lalu,” kata Wasem, Senin (16/3/2020).
Menurut Wasem, kenaikan harga dipicu oleh terbatasnya suplai bawang merah ke pasaran. Jika biasanya mampu mendapat 1 kuintal bawang merah dalam seminggu, kini Wasem hanya mendapat sekitar 80 kilogram per minggu.
Saya khawatir nanti harganya akan melambung seperti awal tahun lalu. Harga di atas Rp 30.000 per kilogram ini belum pernah turun sejak mulai naik pada minggu lalu.
Adanya keterbatasan suplai bawang merah ke pasaran dibenarkan oleh pedagang lain, Sipah (55). Menurut Sipah, keterbatasan jumlah stok bawang merah diakibatkan oleh menurunnya hasil panen karena musim hujan.
”Suplai bawang merah dari petani menurun karena musim hujan membuat sebagian bawang merah petani membusuk. Hal ini rutin terjadi saat musim hujan,” ujar Sipah.
Produktivitas menurun
Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari mengatakan, hujan ekstrem yang melanda sejumlah daerah membuat produktivitas bawang merah menurun. Normalnya, produktivitas bawang merah mencapai 12-15 ton per hektar. Pada musim hujan kali ini produktivitasnya sekitar 6 ton per hektar.
”Hal ini terjadi merata di beberapa daerah penghasil bawang merah, seperti Brebes, Kendal, Demak, Pati, dan Grobogan. Bahkan, ada beberapa daerah tidak panen sama sekali,” tutur Juwari.
Selain penurunan produktivitas, berkurangnya luas tanam juga menyebabkan jumlah bawang merah lebih sedikit. Jika biasanya lahan tanam bawang merah mencapai 8.000-10.000 hektar, saat ini luasan tanam bawang merah sekitar 4.000 hektar. Penurunan luasan lahan tanam bawang tersebut, menurut Juwari, terjadi karena sebagian lahan tanam bawang merah ditanami padi.
Juwari memperkirakan suplai bawang merah ke pasaran akan kembali normal pada akhir Maret. Harga bawang merah akan kembali turun pada akhir Maret karena beberapa lahan bawang di daerah Brebes bagian selatan mulai panen.