Pemerintah Indonesia mengeluarkan stimulus tambahan untuk meredam dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19. Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan juga mengambil sejumlah tindakan.
Oleh
TIM KOMPAS
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS— Pemerintah Indonesia mengeluarkan stimulus tambahan untuk meredam dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19. Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan juga mengambil sejumlah tindakan untuk menjaga kepercayaan investor.
Setelah mengalokasikan Rp 10,3 triliun untuk insentif fiskal, hibah ke pemerintah daerah, dan dana jaminan sosial, pemerintah mengeluarkan paket stimulus kedua untuk mengendalikan dampak Covid-19 terhadap perekonomian. Kali ini, stimulus fiskal dan nonfiskal diberikan agar sektor riil tetap bergerak serta menjaga daya beli masyarakat.
Pada penutupan perdagangan, Jumat (13/3/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,24 persen ke posisi 4.907,57 setelah sempat mengalami pembekuan perdagangan sementara (trading halt).
Stimulus fiskal dan nonfiskal diberikan agar sektor riil tetap bergerak serta menjaga daya beli masyarakat.
Perdagangan dihentikan selama 30 menit mulai pukul 09.15 waktu Jakarta Automated Trading System setelah IHSG anjlok 5,01 persen ke 4.650,58. Penghentian sementara itu ditempuh sesuai Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia 10 Maret 2020 perihal Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat.
Selain penghentian perdagangan untuk sementara, untuk mencegah penurunan IHSG berkelanjutan, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) juga memangkas batas bawah penolakan transaksi saham secara otomatis (autorejection) dari sebelumnya 10 persen menjadi 7 persen.
Jangan panik
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi meminta investor lebih rasional dan tidak ikut panik dengan kondisi saat ini. Pihaknya menjaga koordinasi dengan regulator dan asosiasi. Selain itu, beberapa perusahaan dana pensiun dan asuransi juga sudah berkomitmen membeli saham pada sesi perdagangan awal pekan depan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga meminta pelaku pasar tidak panik. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menilai, paket stimulus perekonomian menjadi sentimen positif untuk menjaga keyakinan investor. Indonesia tengah mengupayakan segala hal yang terbaik melalui transparansi protokol yang berkaitan dengan perdagangan di pasar modal.
Pergerakan bursa efek dan nilai tukar rupiah saat ini dipengaruhi sentimen negatif akibat meluasnya pandemi Covid-19. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, faktor psikologis akibat ancaman kesehatan menjadi akar persoalan fluktuasi di pasar keuangan. ”Kami berusaha memitigasi dampaknya dengan bottom line tetap pada kesehatan,” katanya.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) meningkatkan intervensinya untuk menstabilkan pasar keuangan. Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengatakan, rupiah mengalami tekanan signifikan karena berlanjutnya pelepasan Surat Berharga Negara (SBN) oleh investor asing yang panik pasar keuangan global goyah.
Demi meredakan tekanan, BI meningkatkan intensitas intervensinya di pasar keuangan melalui penjualan instrumen Domestic Nondeliverable Forward serta pembelian SBN dua kali pada sesi pagi dan sore.
Selain di Indonesia, investor global juga menantikan stimulus bank-bank sentral dan pemerintah, mulai dari Amerika Serikat hingga Australia. Stimulus diharapkan memompa likuiditas ke sistem keuangan sehingga mengurangi kekhawatiran atas dampak ekonomi Covid-19.
Pasar saham Eropa di awal perdagangan dan future indeks-indeks saham AS berada di zona positif, Jumat (13/3), seiring menanjaknya sejumlah pasar saham di Asia menjelang penutupan pasar. Menurut para analis, hal itu menjadi gambaran dari harapan akan diluncurkannya sejumlah stimulus dan paket kebijakan.