Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dihentikan sementara pada Jumat pagi seiring anjloknya harga saham hingga 5,01 persen. Namun, pemerintah meminta pelaku pasar untuk tidak panik. Stimulus disiapkan.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Akibat sentimen negatif yang ditimbulkan kasus Covid-19, Indeks Harga Saham Gabungan bergerak di zona merah. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat semakin melemah. Menanggapi hal ini, Otoritas Jasa Keuangan meminta pelaku usaha tidak panik karena pemerintah telah menyiapkan paket stimulus perekonomian.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menilai, paket stimulus perekonomian bisa menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan, termasuk pasar modal, yang menjaga keyakinan pelaku pasar dan investor.
”Paket stimulus ini menjadi sentimen positif karena menunjukkan pemerintah memberikan ruang untuk perbaikan lebih cepat bagi pengusaha, termasuk yang menjadi emiten,” ujarnya dalam konferensi pers yang diadakan di Jakarta, Jumat (13/3/2020).
Perdagangan saham pada Jumat pagi sempat dihentikan sementara (trading halt) pada pukul 09.15 waktu JATS (Jakarta Automated Trading System) setelah IHSG anjlok 5,01 persen ke 4.650,58. Penghentian sementara itu ditempuh sesuai Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020 perihal Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat.
Wimboh juga meminta pelaku usaha yang memiliki portofolio di pasar global untuk tak panik. Dia memaparkan, Indonesia tengah mengupayakan segala hal yang terbaik melalui transparansi protokol yang berkaitan dengan perdagangan di pasar modal berdasarkan koordinasi dengan Bank Indonesia.
Pergerakan bursa efek dan nilai tukar rupiah saat ini dipengaruhi oleh sentimen negatif yang timbul akibat meluasnya wabah penyakit yang disebabkan oleh virus korona baru tersebut. Tak hanya dari Indonesia, situasi itu membutuhkan upaya secara global.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, psikologis keamanan akibat adanya ancaman kesehatan menjadi akar persoalan fluktuasi di pasar keuangan. ”Kami di jajaran perekonomian terus berusaha memitigasi dampaknya dengan bottom line yang tetap pada kesehatan,” katanya.
Upaya itu, menurut Sri Mulyani, tampak dari fleksibilitas kebijakan dan kecepatan merespons dalam menanggapi perkembangan kasus Covid-19 yang terjadi saat ini. Kedua aspek ini disampaikan pada seluruh pelaku ekonomi secara transparan.
Sri Mulyani menambahkan, pemerintah senantiasa berkoordinasi dan bekerja sama di sektor kesehatan dalam menangani dan menghadapi perkembangan kasus Covid-19. Karena berdampak pada pergerakan ekonomi dunia, dia mengharapkan terdapat mekanisme di tataran kepemimpinan global dalam sinkronisasi langkah-langkah mitigasi.