”Start Up” Perikanan Garap Pasar Lokal dan Pasar Non-tradisional
Peluang pasar perikanan tetap terbuka di tengah pelemahan perekonomian global. Strategi pemasaran menjadi kunci untuk menggarap peluang.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
Perlambatan ekonomi global tak lantas menyurutkan peluang memasarkan produk perikanan. Dengan strategi yang jeli dan jitu, sejumlah pelaku usaha rintisan (start up) Tanah Air berhasil menangkap peluang itu.
Pendiri dan CEO Aruna, usaha rintisan bidang pemasaran perikanan, Farid Naufal, menyatakan, Aruna memasarkan 90 persen produk perikanan ke luar negeri dengan tujuan utama China, Taiwan, Hong Kong, Singapura, dan Malaysia.
Wabah Covid-19 sempat berimbas. Pengiriman ke beberapa negara tujuan utama tertahan, terutama produk ikan hidup dan segar, seperti kerapu, lobster, dan kakap. Namun, peluang di pasar baru terbuka. Kini ekspor kembali bangkit. ”Kasus (virus) korona mendorong kami lebih kreatif mencari pasar di luar pasar (ekspor) yang sudah ada serta memperluas pasar domestik,” katanya, di Jakarta, Selasa (10/3/2020).
Pasar yang tengah digarap Aruna antara lain Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Komoditas yang potensial mencakup ikan hidup, seperti kerapu, kakap, dan tengiri. ”Ini membuka mata kami bahwa ternyata permintaan di sana (pasar non-tradisional) cukup besar dan perlu terus digali,” kata Farid.
Peluang pasar domestik juga terbuka seiring meningkatnya konsumsi ikan per kapita di setiap provinsi. ”Persoalan yang perlu dibenahi adalah efisiensi distribusi untuk bisa mempertemukan nelayan dengan pasar ritel,” katanya.
Strategi yang ditempuh Aruna antara lain memasok kebutuhan ikan untuk pasar di kota-kota besar—antara lain supermarket, minimarket, hotel, dan restoran—dari sentra nelayan terdekat. Saat ini, Aruna bermitra dengan sekitar 5.500 nelayan yang tersebar, terutama di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Pihaknya juga bermitra dengan perusahaan pengelola gudang pendingin ikan serta penampung ikan hidup dan segar.
Farid menilai Indonesia berada di posisi strategis untuk menjadi negara sumber produksi perikanan hingga pemasaran. Persoalannya, fokus selama ini lebih pada produksi. Padahal, masalah dominan yang dihadapi nelayan adalah pemasaran dan permodalan.
Peluang bisnis di hilir perikanan merupakan keniscayaan mengingat Indonesia yang merupakan salah satu produsen utama perikanan dunia. Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) tahun 2018, Indonesia menempati posisi ke-3 produsen perikanan budidaya serta peringkat ke-2 dunia di penangkapan ikan laut. Meski demikian, di sisi ekspor, Indonesia hanya menempati urutan ke-12.
Pemasaran tumbuh
Menurut inisiator Digifish Network, Rully Setya Purnama, usaha rintisan perikanan berbasis digital yang bergabung dalam ekosistem Digifish Network terus bertambah. Penambahan itu antara lain di sektor pengolahan dan pemasaran ikan. Awal 2020, jumlahnya 26 usaha, naik dari tahun sebelumnya 18 usaha.
Peluang juga terbuka untuk inovasi produk perikanan siap saji melalui pemasaran daring. Usaha rintisan perikanan perlu memaksimalkan pasar lokal dengan menghasilkan produk inovatif dan kompetitif.
Pendiri Ikan Segar Indonesia, Mohamad Ronald David, menyatakan, aplikasi ikan segar dirancang mengedukasi generasi muda agar suka mengonsumsi ikan, antara lain dengan tips mengolah ikan hingga resep masakan. ”Indonesia punya keragaman jenis ikan dan potensi pasar dalam negeri yang besar. Ikan tangkapan nelayan diharapkan tersalur ke konsumen lokal,” ujarnya.