Negara-negara eksportir minyak berencana berkumpul untuk membahas rencana pemotongan produksi minyak menyusul anjloknya harga minyak mentah dunia. Wabah Covid-19 menekan permintaan dan harga minyak mentah dunia.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Wabah virus korona memukul harga minyak mentah dunia. Negara anggota pengekspor minyak dan Rusia atau OPEC+ berencana menambah pemotongan produksi minyak menuju 1 juta barel per hari. Bagi Indonesia, situasi ini berdampak pada harga energi yang murah, tetapi sulit mengharapkan investasi hulu bergairah.
Data Bloomberg menyebutkan, harga minyak mentah jenis Brent pada perdagangan Selasa (3/3/2020) tercatat 52,33 dollar AS per barel. Sehari sebelumnya, harganya sempat menyentuh level 50 dollar AS per barel. Dibandingkan rata-rata harga minyak mentah tahun 2019 yang sekitar 65 dollar AS per barel, terlihat bahwa wabah virus korona berdampak signifikan bagi harga komoditas minyak.
Menurut pengajar pada Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti, Jakarta, Pri Agung Rakhmanto, perekonomian global sudah melemah sebelum wabah virus korona baru (Covid-19) terjadi. Wabah tersebut semakin memukul perekonomian yang berdampak pada kemerosotan harga minyak dunia. Bagi Indonesia, keadaan ini berpotensi membuat harga energi menjadi murah.
”Secara fundamental, pasar minyak dalam keadaan rendah dari sisi permintaan dan melimpah dalam hal pasokan. Kejadian wabah virus korona akan kian menekan harga minyak dunia,” kata Pri Agung.
Menurut dia, Indonesia bisa mengambil manfaat dengan kejatuhan harga minyak lewat penambahan stok. Syaratnya, ada infrastruktur yang memadai. Hanya saja, rupiah yang sedang melemah terhadap dollar AS sehingga manfaat tersebut tak bisa diambil dengan optimal. Sejak 2004, Indonesia berstatus sebagai negara pengimpor bersih (net importir) minyak.
Dampak terhadap harga bahan bakar minyak nonsubsidi sudah tampak sejak Januari 2020. Tercatat sebanyak dua kali PT Pertamina (Persero) menurunkan harga jual BBM jenis pertamax (gasoline) dan pertadex (gasoil). Per 5 Januari 2020, harga pertamax turun dari Rp 9.850 per liter jadi Rp 9.200 per liter. Harga kembali turun menjadi Rp 9.000 per liter sejak 1 Februari 2020.
”Penyesuaian harga sudah mengacu pada peraturan yang ditetapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, termasuk faktor harga minyak dunia,” ujar Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman.
Pemotongan produksi
Kantor berita AFP melansir kabar, OPEC akan menyelenggarakan pertemuan di Vienna, Austria, pada Kamis (5/3/2020) waktu setempat. Pada pertemuan itu akan dibahas reaksi OPEC terhadap permintaan minyak yang melemah akibat wabah virus korona. Pada pertemuan terakhir Desember tahun lalu, OPEC sepakat mengurangi produksi minyak sebanyak 500.000 barel per hari.
AFP juga melaporkan bahwa Arab Saudi merasa angka pemotongan itu masih kurang dan mengusulkan penambahan jadi 1 juta barel per hari. Sementara di satu sisi, Rusia yang menjadi mitra penting OPEC menyatakan bahwa harga minyak dunia saat ini bisa diterima. Hanya saja, Rusia dikabarkan akan bergabung dengan rencana pemangkasan produksi tersebut.
Pada laman Kementerian Energi Sumber Daya Mineral disebutkan, harga minyak Indonesia (ICP) per Januari 2020 tercatat 65,35 dollar AS per barel atau turun dari 67,18 dollar AS per barel pada Desember 2019. Penurunan ini disebutkan akibat wabah virus korona baru di China yang menyebabkan permintaan minyak dari negara tersebut merosot. Untuk ICP Februari 2020, Kementerian ESDM belum mengumumkannya.
Produksi minyak Indonesia sekitar 745.000 barel per hari, sedangkan kebutuhan BBM nasional mencapai 1,5 juta barel per hari. Nilai impor BBM dan minyak mentah sepanjang 2019 mencapai 19 miliar dollar AS.
Tingginya nilai impor tersebut berkontribusi terhadap defisit neraca perdagangan migas nasional. Badan Pusat Statistik mencatat, sepanjang tahun 2019, neraca perdagangan Indonesia defisit 3,2 miliar dollar AS, sementara pada Januari 2020 neraca perdagangan defisit 864 juta dollar AS.