Pasokan Listrik Minim, Investor Urung Masuk ke Sumut
Minimnya pasokan energi listrik di Sumatera Utara membuat sejumlah kawasan industri yang sudah dibangun sepi investor. Pembangunan infrastruktur manfaatnya tidak maksimal karena pasokan listrik yang minim.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Minimnya pasokan energi listrik di Sumatera Utara membuat sejumlah kawasan industri yang sudah dibangun sepi investor. Pembangunan infrastruktur yang masif, seperti jalan tol, pelabuhan, jaringan kereta, dan kawasan industri, manfaatnya tidak maksimal karena tidak didukung pasokan energi listrik yang cukup.
”Sudah banyak calon investor yang datang ke kawasan industri di Sumut. Namun, begitu mereka tahu tentang pasokan listrik yang minim, mereka urung berinvestasi,” kata Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi saat menerima kunjungan kerja Komisi VI DPR di Medan, Jumat (28/2/2020) petang.
Edy mengatakan, kapasitas pembangkit listrik di Sumut saat ini mencapai 2.800 megawatt dengan beban puncak mencapai 2.100 megawatt. Kapasitas pembangkit yang hanya surplus 700 megawatt dinilai tidak cukup untuk mengembangkan industri di Sumut.
Edy menuturkan, sejumlah investor sudah beberapa kali datang ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei di Kabupaten Simalungun dan Kawasan Industri Kuala Tanjung di Kabupaten Batubara. ”Para investor tertarik karena kawasan itu didukung oleh Jalan Tol Medan-Tebing Tinggi yang sudah beroperasi dan sedang dilanjutkan pembangunannya hingga ke Kuala Tanjung,” kata Edy.
KEK Sei Mangkei seluas 2.002 hektar berkapasitas 200 pabrik dan disiapkan untuk hilirisasi industri sawit dan karet. Sejak diresmikan Presiden Joko Widodo pada 2015, baru dua pabrik yang beroperasi di kawasan itu, yakni pabrik oleokimia milik PT Unilever Oleochemical Indonesia dan pabrik minyak goreng kepunyaan badan usaha milik negara, PT Perkebunan Nusantara III. Kawasan Industri Kuala Tanjung pun kini masih terus dikembangkan untuk industri lainnya.
Menurut Edy, ongkos logistik dari dua kawasan industri itu juga efisien karena terintegrasi dengan Pelabuhan Kuala Tanjung yang kini sudah beroperasi. Kawasan industri itu terhubung jaringan kereta api dengan pelabuhan. Pelabuhan yang berada di bibir arus perdagangan dunia Selat Malaka itu pun terus dikembangkan untuk menjadi pelabuhan hub internasional Indonesia barat.
Namun, manfaat infrastruktur itu menjadi tidak maksimal karena pasokan energi listrik yang sangat minim. ”Perhitungan kami, dibutuhkan minimal 5.360 megawatt untuk mengembangkan kawasan industri Sumut,” ujar Edy.
Dibutuhkan minimal 5.360 megawatt untuk mengembangkan kawasan industri Sumut.
Edy mengatakan, salah satu jalan keluar untuk mengatasi minimnya pasokan listrik adalah dengan mengundang perusahaan pembangkit listrik swasta. Namun, pengembangan oleh swasta terkendala rumitnya perizinan dan perjanjian jual beli listrik dengan PT Perusahaan Listrik Negara. ”Ada perusahaan dari Korea Selatan yang ingin membangun pembangkit listrik. Sudah diajukan perizinan sejak Desember 2019, tetapi hingga saat ini belum ada kejelasan,” katanya.
Direktur Bisnis Regional Sumatera PT PLN Wiluyo Kusdwiharto mengatakan, salah satu kendala pengembangan listrik di Sumatera adalah masih terpisahnya sistem kelistrikan di Sumatera bagian selatan dengan bagian utara. ”Kebutuhan listrik untuk industri sangat besar di Sumatera bagian utara, tetapi sumber energi listrik berupa batubara sebagian besar berada di Sumatera bagian selatan,” katanya.
Untuk mengatasi hal tersebut, kata Wiluyo, mereka sedang membangun jaringan transmisi tulang punggung Sumatera untuk menghubungkan sistem di bagian selatan dengan utara. Dengan demikian, energi dari Sumatera bagian selatan bisa dialirkan ke bagian utara melalui jaringan transmisi. Selama ini, batubara dikirim dengan kapal sehingga membutuhkan ongkos yang mahal.
Wiluyo mengatakan, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2019-2028, PLN akan membangun pembangkit di sistem Sumatera dengan total kapasitas 3.662,4 megawatt, jaringan transmisi 2.841,4 kilometer sirkuit, dan gardu induk 8.330 megavolt ampere.
Wakil Ketua Komisi VI DPR Martin Manurung meminta agar PLN segera merealisasikan rencana peningkatan kapasitas listrik di Sumut. Ia menekankan, mereka akan terus mengawasi pengembangan listrik di Sumut. ”Energi listrik ini merupakan kebutuhan pokok untuk pengembangan industri di Sumut,” katanya.