Selasa Besok, Presiden Jokowi Akan Umumkan Insentif Pariwisata
Sebagai target awal, besaran diskon dipatok berkisar 30-40 persen dari tarif awal. Diskon hanya berlaku untuk 10 destinasi yang dianggap paling terdampak Covid-19, antara lain Bali, Bintan, dan Manado.
Oleh
Agnes Theodora/m paschalia judith j
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Untuk mengantisipasi industri pariwisata yang melesu karena dampak penyebaran virus korona baru atau Covid-19, pemerintah menyiapkan sejumlah insentif fiskal. Insentif itu akan diumumkan Presiden Joko Widodo pada Selasa (25/2/2020) siang seusai sidang kabinet.
Insentif tersebut diberikan bagi maskapai penerbangan, industri perhotelan, dan agen perjalanan. Sebagai gantinya, dalam waktu dekat, perusahaan yang bergerak di sektor perhubungan dan pariwisata itu didorong memberikan diskon pengurangan tarif sebesar 30-40 persen selama tiga bulan.
Skema pemberian insentif untuk menggenjot industri pariwisata itu dibicarakan lintas kementerian dalam rapat koordinasi di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Senin (24/2/2020). Hasil pembahasan dalam rapat itu akan diputuskan bersama dalam sidang kabinet bersama Presiden Joko Widodo, Selasa (25/2/2020) siang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kerangka skema insentif yang akan diberikan pemerintah segera difinalkan. Pemberian insentif itu untuk merespons dampak wabah Covid-19 yang mulai memengaruhi roda perekonomian sejumlah negara, termasuk Indonesia.
China adalah salah satu investor terbesar dan salah satu negara pemasok jumlah wisatawan mancanegara terbanyak untuk Indonesia.
”Sampai saat ini, pemerintah masih menghitung detail persentase penurunan pertumbuhan ekonomi dunia dan China akibat virus korona itu terhadap Indonesia,” ujarnya.
Pemberian insentif itu untuk merespons dampak wabah Covid-19 yang mulai memengaruhi roda perekonomian sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Menurut Sri Mulyani, beberapa sektor sudah jelas menerima pukulan dari epidemi tersebut, terutama di bidang pariwisata. Untuk itu, langkah-langkah kebijakan awal bisa diambil lebih dini.
”Beberapa negara sudah bersiap untuk beberapa skenario pelemahan yang cukup serius. Kita juga perlu melakukan antisipasi. Paket-paket ini nanti diharapkan bisa memengaruhi pertumbuhan ekonomi agar bisa berjalan lebih cepat,” katanya.
Terkait diskon tarif penerbangan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, pemberian insentif berasal dari tiga sumber, yaitu dari pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dari PT Angkasa Pura I dan II, serta dari PT Pertamina (Persero).
Salah satu insentif itu berupa penurunan harga avtur. ”Dari ketiga sumber itu, berikutnya ditentukan berapa besaran diskon yang diberikan dari maskapai penerbangan,” ujarnya.
Menurut Budi, sebagai target awal, besaran diskon dipatok berkisar 30-40 persen dari tarif awal. Diskon hanya berlaku untuk 10 destinasi yang dianggap paling terdampak Covid-19, antara lain Bali, Bintan, dan Manado.
Pemberian diskon itu berlaku selama tiga bulan sembari pemerintah mengevaluasi dampak dari Covid-19 dan perkiraan epidemi itu mulai mereda. Jika efek dari wabah virus itu berkepanjangan, diskon bisa berlaku lebih lama.
”Namun, besaran angka insentif dari tiga sumber itu belum ketemu. Ini semua masih akan dikonsultasikan dengan Presiden. Nanti akan diumumkan begitu sudah final dibicarakan,” kata Budi.
Besaran diskon dipatok berkisar 30-40 persen dari tarif awal. Diskon hanya berlaku untuk 10 destinasi yang dianggap paling terdampak Covid-19, antara lain Bali, Bintan, dan Manado.
Saat ditanya total nilai insentif fiskal dari pemerintah yang akan dikeluarkan untuk membantu industri pariwisata, Sri Mulyani mengatakan, hal itu baru akan diputuskan bersama Presiden.
”Diskon pesawat, agen travel, itu akan kita susun formulasinya. Pada kuartal satu ini, dampaknya memang sangat besar, terutama untuk lalu lintas turisme yang menurun drastis,” ujarnya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengemukakan, pemberian insentif itu akan diberikan pada berbagai sektor yang bergerak di bidang perjalanan dan pariwisata. Tidak hanya tiket penerbangan, tetapi juga perhotelan, agen perjalanan, restoran, dan lain-lain.
”Ini hanya berlaku untuk daerah-daerah yang menjadi destinasi wisata. Lebih detailnya akan ditentukan saat pembahasan di sidang kabinet di Istana. Kami akan bawa proposal, minta persetujuan (Presiden),” katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada 2019, ada 16.107 kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Dari jumlah itu, sebanyak 12,86 persen atau 2,072 kunjungan berasal dari China.
Tahun ini, Indonesia menargetkan kunjungan dari 17 juta wisatawan mancanegara. Rata-rata masa tinggal wisatawan mancanegara diharapkan selama 10 hari dengan nilai belanja sebesar 1.500 dollar AS sampai 2.000 dollar AS.
Mengacu pada data neraca pembayaran Indonesia, pada 2018, sebanyak 15,891 juta wisatawan mancanegara datang ke Indonesia dan membelanjakan 16,426 miliar dollar AS. Nilai belanja wisatawan tersebut selama melancong di Indonesia rata-rata 1.033 dollar AS.