Berdayakan Komunitas agar Manfaat Pariwisata Terasa
Pemberdayaan komunitas-komunitas warga berbasis koperasi bisa menjadi salah satu cara agar pengembangan pariwisata dirasakan manfaatkan oleh masyarakat.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengembangan destinasi pariwisata di suatu daerah dinilai harus dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat. Pemberdayaan komunitas-komunitas warga berbasis koperasi merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut.
”Teman-teman dari koperasi pariwisata mengingatkan jangan sampai pengembangan wisata baru, termasuk di Labuan Bajo, yang menikmati investor dari luar,” kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki seusai bertemu pengurus Koperasi Pariwisata Republik Indonesia (Koparri) di Jakarta, Jumat (31/1/2020).
Koparri mendorong agar pengembangan pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Hal ini sejalan dengan usulan Kementerian Koperasi dan UKM agar ada identifikasi produk atau komoditas unggulan di destinasi wisata. ”Fokus kami, antara lain, mencakup homestay, wisata alam, kuliner, pasokan kebutuhan hotel dan pariwisata, serta kerajinan,” kata Teten.
Menurut Teten, pemerintah tengah memetakan potensi dan penyesuaian kebutuhan di daerah yang menyangkut potensi dan lokasi keberadaan homestay, kelas memasak, pelatihan barista, pelatihan pemandu wisata, peluang melibatkan perancang dalam memperbaiki desain produk kerajinan, dan lainnya.
Kementerian Koperasi dan UKM juga mendorong penyiapan tenaga kerja terampil, seperti melalui sekolah menengah kejuruan, agar mampu memenuhi kebutuhan pariwisata yang bersifat jangka panjang.
Teten menuturkan, pihaknya mendorong pemberdayaan berbasis koperasi. ”Kami dorong, misalnya, kafe, restoran, dan wisata alam bergabung dalam koperasi. Supaya kemitraan, misalnya, hotel dengan masyarakat bukan lagi perorangan, melainkan hubungan bisnis, badan hukum. Jadi, terlindungi,” kata Teten.
Ketua Koperasi Pariwisata Republik Indonesia (Koparri) Yosef Tor Tulis mengatakan, pihaknya mengharapkan dukungan pemerintah. ”Kami berharap dana-dana pemerintah untuk kelas bawah tepat sasaran,” kata Yosef.
Yosef mengatakan, pada akhir Desember 2019, dilakukan pengukuhan Koparri Cabang Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur. ”Kami menghadirkan 18 koordinator komunitas. Ada tenun, kuliner, restoran, petani sayur, petani buah. Kami sudah konsolidasi. Mereka sekarang sedang mendata anggota,” katanya.
Berdasarkan data anggota tersebut, Yosef menuturkan, pihaknya akan mencoba mengajukan program pelatihan atau peningkatan kualitas dan produktivitas.
”Labuan Bajo menjadi sentra atau lokomotif yang diharapkan menarik ekonomi, bukan hanya di Kota Labuan Bajo, melainkan juga di seluruh daerah karena kebutuhannya sangat besar,” katanya.
Yosef mencontohkan, sekitar 80 persen kebutuhan sayur di Labuan Bajo dipasok dari luar daerah, seperti dari Makassar, Sulawesi Selatan dan Bima, Nusa Tenggara Barat. Pelatihan teknik bertanam agar mampu memasok produk standar kebutuhan hotel menjadi penting bagi petani setempat.
”Komunitas-komunitas yang ada nanti akan kami tarik sebagai anggota koperasi. Komunitas itu memperkuat diri dalam satu wadah bersama. Idealismenya begitu,” kata Yosef.