Citilink akan memperbesar pendapatan penjualannya dari bisnis kargo pada tahun ini menjadi 20 persen dari sebelumnya 10 persen. Pesawat sudah siap, mitra terus dijajaki, dan pada Februari nanti akan diluncurkan.
Oleh
Erika kurnia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Citilink Indonesia akan memperbesar pendapatan penjualannya dari bisnis kargo pada tahun ini. Target ini dimungkinkan dengan hadirnya satu pesawat Boeing 737-500 yang diperuntukkan khusus untuk angkutan logistik.
Direktur Utama Citilink Indonesia Juliandra, kepada Kompas, Jumat (24/1/2020), mengatakan, pada 2019, bisnis kargo hanya menyumbang 10 persen pendapatan penjualan. Kontribusi itu didapat dengan memanfaatkan ruang bagasi pesawat penumpang.
”Dengan adanya satu pesawat freighter (kargo) ini, target pendapatan tambahan untuk kontribusi penjualan kargo per tahun jadi 20 persen,” kata Juliandra.
Bisnis kargo hanya menyumbang 10 persen pendapatan penjualan. Kontribusi itu didapat dengan memanfaatkan ruang bagasi pesawat penumpang.
Pemanfaatan pesawat untuk bisnis kargo tersebut, menurut Juliandra, ditetapkan berdasarkan kebijakan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk selaku induk grup perusahaan. Pesawat berkapasitas 13,5 ton sekali angkut itu direncanakan melayani pengangkutan logistik ke dalam ataupun luar negeri.
”Pesawat sudah siap, tinggal perizinan diselesaikan. Kami juga sedang mengkaji kerja sama dengan calon mitra perusahaan logistik. Kira-kira Februari kita akan terbangkan pertama kalinya,” ujarnya.
Kami juga sedang mengkaji kerja sama dengan calon mitra perusahaan logistik. Kira-kira Februari kita akan terbangkan pertama kalinya.
Penambahan layanan ini diharapkan memenuhi kebutuhan masyarakat akan permintaan pengiriman barang. Utamanya terkait perdagangan elektronik atau e-dagang.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Masita, saat dihubungi Kompas, Minggu (26/1/2020), mengatakan, pengiriman kargo lewat udara selalu naik, rata-rata 15 persen per tahun. E-dagang juga menjadi salah satu penopangnya.
”Kargo udara merupakan moda penting bagi Indonesia sebagai negara kepulauan. Penghubung antarpulau hanya ada dua moda, yaitu laut dan udara. Namun, kedua moda ini sangat jauh beda harga dan waktu tempuhnya,” jelasnya.
Menurut Zaldy, sebagian besar barang yang dikirim memakai kargo udara adalah barang-barang pos, onderdil kendaraan, dan hasil perikanan yang mempunyai nilai tinggi. Tak hanya itu, kebutuhan pengiriman antarpulau juga tinggi pada barang-barang yang dipasarkan lewat e-dagang.
”Proyeksi pertumbuhan pengiriman barang kargo udara tahun ini bisa lebih tinggi. Ini akan terjadi kalau fasilitas kargo di bandara-bandara di Indonesia lebih baik, lebih sederhana, dan tidak memakan waktu lama,” ujarnya.
November tahun lalu, Garuda Indonesia dan Citilink Indonesia meluncurkan platform aplikasi untuk pengiriman barang bernama Tauberes. Aplikasi itu menghubungkan layanan kargo udara dengan agen pengiriman barang kepada masyarakat atau konsumen (Kompas, 11/9/2019).
Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha Garuda Indonesia Mohammad Iqbal mengatakan, pertumbuhan bisnis logistik semakin tinggi, yakni meningkat 12 persen setiap tahun. Sementara pertumbuhan e-dagang mencapai 50 persen.
”Dalam hal pengiriman barang, tuntutan masyarakat saat ini adalah pengiriman yang cepat,” katanya.
Bisnis lengkap
Rencana pemanfaatan pesawat kargo oleh Citilink pun melengkapi bisnis proses perusahaan tersebut. Saat ini, Citilink memiliki armada penerbangan mulai dari pesawat pengumpan untuk jarak pendek hingga pesawat berbadan lebar untuk penerbangan jarak sedang hingga jauh.
Pada 2019, Citilink tercatat memiliki 60 pesawat, terdiri dari 51 Airbus A320, 7 ATR 72-600, dan 2 Airbus A330-900 NEO. Pada 2020, 5 ATR 72-600 dan 1 Airbus A330 akan didatangkan sesuai perjanjian bisnis yang dibuat pada tahun sebelumnya.
”Ini peluang kami dengan Garuda Indonesia yang saling bersinergi. Bisnis yang lengkap ini diharapkan bisa dikomersialisasi dan menambah pendapatan dari bisnis inti kami,” kata Juliandra.
Ini peluang kami dengan Garuda Indonesia yang saling bersinergi. Bisnis yang lengkap ini diharapkan bisa dikomersialisasi dan menambah pendapatan dari bisnis inti kami.
Pada 2019, Citilink Indonesia meraih margin laba bersih (net profit margin) sekitar 5 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nilai itu tertinggi sejak Citilink beroperasi pada 2012.
Sepanjang 2019, Citilink Indonesia telah menerbangkan 12,2 juta penumpang. Perusahaan itu juga membuka 21 rute penerbangan domestik baru dan 6 rute internasional baru menuju ke Malaysia, China, Kamboja, dan Australia.
Pada 2020, Citilink Indonesia membuat target untuk dapat menerbangkan 17 juta penumpang. Target itu dimungkinkan dengan penambahan kapasitas pesawat dan pembukaan rute penerbangan baru. Salah satu rute baru tahun ini adalah Denpasar-Melbourne yang pertama dioperasikan pada 24 Januari 2020.