Seluruh negara yang bergabung dalam ASEAN mengapresiasi pengelolaan sampah di Kota Surabaya, Jawa Timur. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga menilai Surabaya menjadi kota terdepan dalam pengelolaan sampah. Hal ini terbukti dengan satu-satunya kota di Indonesia yang meraih Adipura Kencana pada 2018 lalu.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/ IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS - Seluruh negara yang bergabung dalam ASEAN mengapresiasi pengelolaan sampah di Kota Surabaya, Jawa Timur. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga menilai Surabaya menjadi kota terdepan dalam pengelolaan sampah. Hal ini terbukti dengan satu-satunya kota di Indonesia yang meraih Adipura Kencana pada 2018 lalu.
Dari segi sarana, Kota Surabaya dengan jumlah penduduk 3,2 juta jiwa berdasarkan penelitian dosen Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Warmadewanthi, salah satu faktor yang membuat Surabaya mampu menyelesaikan masalah sampah adalah gaya hidup bebas sampah yang dilakukan warganya.
Selain itu, Pemkot Surabaya juga berhasil mengurangi timbulan sampah sejak hulu dengan melibatkan partisipasi masyarakat yang tinggi. ”Warga Surabaya mulai berperilaku dan melakukan gaya hidup bebas sampah sehingga jumlah produksi sampah terus berkurang,” katanya.
Penelitian Warma pada 2016 menunjukkan bahwa timbulan sampah yang dihasilkan warga Surabaya rata-rata 0,4 kilogram per jiwa tiap hari. Jumlah ini lebih rendah 57 persen dibandingkan rata-rata nasional yang juga digunakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yakni sebanyak 0,7 kilogram per jiwa tiap hari.
Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK MR Karliansyah ketika berkunjung ke PDU Jambangan Surabaya pada Jumat (3/5/2019), Surabaya memiliki salah satu pusat daur ulang sampah yaitu Pusat Daur Ulang (PDU) Jambangan yang layak diadopsi oleh daerah lain.
Pendapatan dari sampah
Fasilitas daur ulang sampah yang dibangun pada 2015 ini dapat mengelola 5-6 ton sampah per hari, dengan kapasitas maksimum 20 ton/hari, serta pendapatan harian dari sampah yang terolah adalah Rp 6 juta/hari.
Pada kunjungan bersama Sekjen ASEAN H.E Dato Lim Jock Hoi serta beberapa perwakilan tetap negara anggota ASEAN, Karliansyah mengatakan pengelolaan sampah di Surabaya sungguh luar biasa dan patut menjadi contoh bagi kota lain di Indonesia dan ASEAN.
"Kita ingin menunjukkan kepada Sekjen dan Duta Besar Negara ASEAN, bahwa Surabaya sebagai percontohan dalam pengelolaan sampah. Pengelolaannya bukan hanya digerakkan oleh pemerintah daerah, tetapi muncul dari inisiatif masyarakat sendiri," ujarnya.
Lokasi daur ulang ini juga menerapkan teknologi Black Soldier Fly (BSF), yang merupakan hasil kerja sama antara KLHK dengan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya. Teknologi ini memanfaatkan larva lalat untuk memakan sampah organik dari sisa makanan/limbah rumah tangga, yaitu setiap 10 ribu larva, mampu mengurai limbah sebanyak 12 kilogram, dalam 12 hari.
Di PDU tersebut, yang merupakan proyek KLHK sejak 2015 menurut Kepala Bappeko Surabaya, Ery Cahyadi, saat ini Pemkot Surabaya akan membangun 5 PDU lagi yang seluruhnya memprodukisi kompos.
Sumber energi
Bahkan tiga PDU diantaranya bahkan , mampu mengolah sampah menjadi energi listrik. Tahun ini KLHK berencana menambah 12 PDU antara lain di DAS Citarum (Jabar), Labuan Bajo (NTT), Ponorogo (Jatim), Kabupaten dan Kota Bandung, Cimahi (Jabar).
"Kota di Indonesia patut menjadi contoh pengelolaan sampah bagi kota-kota di ASEAN. Saya berharap Indonesia dapat berbagi pengetahuan dan teknologi dengan negara ASEAN lain", kata Dato Lim Jock Hoi usai meninjau PDU Jambangan.
Apalagi di Jambangan juga ada bank sampah. Keberadaan bank sampah di kecamatan tersebut berhasil mengajak warga untuk menabung dengan cara menyetorkan sampah, kemudian setelah terkumpul dijual dan hasilnya diambil lagi oleh masyarakat saat membutuhkan. Biasanya uang penjualan sampah diambil saat Lebaran atau tahun ajaran baru.
Kota di Indonesia patut menjadi contoh pengelolaan sampah bagi kota-kota di ASEAN. Saya berharap Indonesia dapat berbagi pengetahuan dan teknologi dengan negara ASEAN lain
Di akhir kunjungan, Sekjen ASEAN mencoba Bus Suroboyo, transportasi ramah lingkungan yang mensyaratkan pembayaran ongkos bus dengan sampah plastik. Bagi penumpang dapat memilih untuk membayar ongkos bus, yaitu 5 botol untuk 600 ml, tiga botol ukuran 15 liter, atau 10 gelas air mineral. Dengan menukarkan sampah botol tersebut di halte maupun bank sampah, penumpang bisa berkeliling Surabaya selama 2 jam.